Jumat, 13 April 2012

The Magic of Gratitude


The Magic of Gratitude
Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
SUMBER : SINDO, 13 April 2012


Sikap positif untuk selalu bersyukur atau terima kasih itu memiliki keajaiban di luar yang kita perhitungkan. Sungguh tepat, hampir semua kitab suci dan agama yang saya pelajari selalu mengajarkan untuk selalu bersyukur atas anugerah hidup.

Apa pun kondisinya, selalu saja ada yang pantas sekali kita syukuri. Barangsiapa bersyukur, Allah pasti akan menambah nikmat yang sudah diterimanya. Tetapi, barangsiapa yang selalu mengingkari nikmat- Nya, pasti hidupnya akan menderita (Alquran, 14:7). Sikap bersyukur dan senang mengucapkan terima kasih hanya akan muncul dari orang yang mencintai kehidupan. Nasihat suci itu mudah sekali kita amati dan buktikan dalam pengalaman hidup sehari- hari.

Dalam ungkapan klasik dan populer,di alam semesta ini berlaku law of attraction. Hukum tarik-menarik antara sesama energi. Kalau seseorang selalu berpikir positif, gembira, dan mensyukuri hidup, energi dan nasib positiflah yang akan datang bergabung pada orang itu. Sebaliknya, orang yang selalu berpikir negatif dan serbamengeluh, dunia akan selalu terlihat gelap dan menyiksa. Mereka yang mempelajari teori kekuatan bawah sadar sangat percaya dengan formula ini.

Apa pun yang dibayangkan, pikirkan, dan bisikkan di hati, sesungguhnya seseorang tengah berjalan menuju apa yang dia dambakan. Lebih kuat lagi daya tarik sukses itu kalau disertai doa memohon kepada Allah untuk ikut campur tangan memudahkan jalannya. Coba amati perilaku diri kita masing-masing.Ketika hati dan pikiran jernih lalu mengalir darinya rasa syukur,menatap terbit matahari pagi pun akan terlihat indah. Pepohonan juga turut bicara.

Kehadiran mereka memberikan kesejukan mata dan berbagi oksigen yang diperlukan manusia. Belum lagi guyuran air di pagi hari yang membuat badan sehat dan segar.Semua itu menjadi hidup dan terasa melimpah hanya ketika seseorang memiliki hati dan pikiran positif untuk selalu mensyukuri anugerah kehidupan. Demikianlah selama 24 jam begitu melimpah anugerah Tuhan yang pantas kita syukuri,tanpa kehilangan sikap kritis dan peduli terhadap keadaan yang kurang nyaman.

Situasi sosial politik yang pengap bahkan merupakan salah satu panggilan dan peluang untuk berbuat kebajikan menolong sesama sebagai ungkapan rasa syukur utamanya bagi mereka yang memiliki ilmu, kekayaan, jabatan, serta kesehatan untuk mengisi hidup agar lebih bermakna. Pikiran itu ibarat kacamata. Jika warna kacanya hitam, pemandangan akan menjadi hitam. Tentu saja pikiran lebih dari kacamata karena pikiran akan memengaruhi kinerja organ-organ lain dalam tubuh kita, dari yang kasar sampai yang halus.

Pikiran yang sehat, kreatif, dan konstruktif akan membangun dunia imajinasi yang sehat. Pikiran negatif akan selalu mengutuk lingkungan yang dijumpai, di mana saja, kapan saja,dan siapa saja. Selalu berpikir negatif tak ubahnya mengoleksi memori negatif dalam album atau disket pikiran kita sehingga ketika muncul ke permukaan yang keluar adalah cerita dan narasi negatif.

Para nabi dan avatar telah memberikan contoh. Ibarat pohon teratai yang tumbuh di kolam yang kotor dan berlumpur, selalu saja pohon teratai memberikan bunga yang indah dan bersih. Mereka menghadapi dunia yang semrawut, amburadul, namun pikiran tetap kritis, konstruktif, dan hati jernih untuk membangun dunia baru yang beradab yang menjadi warisan dan kekayaan sejarah. Yang selalu merusak pribadi yang penuh syukur adalah sikap rakus dan sombong.

Orang yang rakus sulit mensyukuri anugerah yang sudah di tangan. Sebaliknya, dia akan selalu merasa kurang terus sehingga hatinya selalu merasa miskin dan gelisah. Inilah yang mungkin menjangkiti para politisi dan pejabat negara kita sehingga tidak mampu menahan dorongan korupsi. Berapa pun jumlah gaji dan kekayaan yang didapat akan selalu dirasakan kurang. Suasana batin ini diperparah lagi ketika bertemu dengan sikap sombong.Tidak rela, bahkan sakit hatinya, ketika melihat orang lain berlebih dari dirinya.

Karena itu, rakus, sombong, dan dengki selalu hadir dan bekerja bersamaan. Jika tiga penyakit itu bercokol pada orang yang memiliki kedudukan tinggi dalam pemerintahan, kekayaan negara dan hak rakyat akan dilibas dan dikeruknya. Berbahagialah mereka yang mampu memelihara hati dan pikiran untuk selalu bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan dan sesama mengingat nilai kekayaan dan kepintaran itu pada akhirnya bukan pada jumlahnya, melainkan pada fungsi dan manfaatnya untuk membuat kehidupan lebih bermakna.

Hidup lebih nyaman, terbebas dari perasaan salah dan dikejar dosa. Seorang koruptor bisa saja merasa menang dalam proses pengadilan.Tetapi, pengadilan nurani tak bisa dibohongi. Bagi orang yang beriman, kita semua akan menghadap pengadilan Tuhan yang tak mungkin disuap. Yang membela dan meringankan adalah amal kebajikan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar