El Nino dan Ekonomi Domestik
Firmanzah ; Rektor
Universitas Paramadina; Guru Besar FEB Universitas Indonesia
|
KORAN
SINDO, 03 Agustus 2015
Saat ini perekonomian nasional
tengah menghadapi tantangan baru dengan hadirnya fenomena alam El Nino.
Gelombang panas El Nino yang melanda Indonesia saat ini mengakibatkan
kenaikan temperatur dan memundurkan awal musim hujan di wilayah Indonesia.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengidentifikasi
wilayah-wilayah yang terdampak kekeringan akibat El Nino seperti Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Maluku Utara, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
El Nino yang melanda Indonesia
saat ini tergolong moderat, tetapi berpeluang menguat sampai November 2015.
Kekeringan, kebakaran hutan, kekuranganair, menurunnya produksi holtikultura,
dan tertekannya tingkat kesejahteraan petani serta potensi naiknya angka
kemiskinan terutama di perdesaan merupakan dampak yang harus diantisipasi,
baik oleh pemerintah pusat maupun daerah.
Tanpa penanganan yang serius dan
terpadu, dikhawatirkan El Nino akan memperparah kondisi perekonomian nasional
yang dalam beberapa waktu terakhir mengalami tekanan dari berbagai sisi. El
Nino dipastikan akan menambah tekanan baru bagi perekonomian nasional.
Di saat kita fokus untuk
memitigisi tekanan volatilitas di pasar saham, penurunan nilai tukar rupiah,
melemahnya permintaan dan harga komoditas ekspor utama nasional, serta
ketidakpastian pengumuman serta besaran kenaikan suku bunga di Amerika
Serikat, dampak El Nino akan meningkatkan risiko prospek perekonomian
nasional. Sementara di dalam negeri kita juga masih terkendala pelemahan daya
beli domestik, lambatnya serapan belanja pemerintah, terbatasnya pertumbuhan
industri dan sektor riil serta melambatnya pertumbuhan angkatan kerja.
Persiapan dan antisipasi kebijakan
yang tepat dan terukur perlu segera disusun agar dampak El Nino tidak
memperburuk situasi perekonomian dan kesejahteraan rakyat khususnya para
petani dan masyarakat yang tinggal di perdesaan. Dampak El Nino tidak bisa
dianggap ringan dan sederhana terutama bagi negara yang porsi ekonomi
pertanian dan perkebunannya sangat besar. Tidak hanya di Indonesia, tetapi
juga sejumlah negara akan terkena dampak yang sangat serius dari El Nino
seperti Australia, Malaysia, Filipina, dan India.
Sejumlah penelitian di beberapa
negara juga mendokumentasikan dampak El Nino yang sangat besar bagi
perekonomian suatu negara. Misalnya saja penelitian yang dilakukan Hoogeven
(2000) menunjukkan dampak El Nino yang terjadi di Filipina ke peningkatan
angka kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan dengan dampak krisis keuangan
1997-1998. Akibat El Nino pada waktu itu, sektor pertanian Filipina terkontraksi
sebesar 6,6% dan output industri turun 1,7%.
Hal ini mengakibatkan angka
pengangguran Filipina naik dua digit menjadi 10,1% di 1998 dan angka inflasi
juga tercatat dua digit seiring dengan penurunan produksi di sektor pertanian
yang mengerek harga komoditas. Pada akhirnya krisis membuat penerimaan negara
di Filipina turun dan memaksa belanja publik dipangkas. Tidak jauh berbeda
dengan Filipina, bagi Indonesia, sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan
memainkan peranan sangat penting bagi perekonomian nasional.
Kontribusi sektor ini tecermin
baik dari sisi penyerapan tenaga kerja, kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi, dan kontribusi terhadap pembentukan produk domestik bruto. Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS), per Februari 2015 dari 120 juta tenaga kerja
usia 15 tahun ke atas, tidak kurang dari 40 juta orang bekerja di sektor
pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perburuan. Sektor ini menyerap angkatan
kerja terbesar dan merepresentasikan serapan sebesar 33,2%.
Selain itu, juga menurut data BPS,
sektor ini menjadi salah satu kontributor penting pertumbuhan ekonomi kuartal
I 2015 dengan sumbangan sebesar 0,5% setelah sektor industri pengolahan
(0,85%) dan konstruksi (0,57%). Sektor ini menempati urutan kedua atas
pembentukan PDB sebesar 13,75% setelah industri pengolahan sebesar 21,14%.
Dengan kata lain, perekonomian
nasional memiliki sensitivitas yang sangat tinggi terhadap kinerja output
maupun ketenagakerjaan dari sektor pertanian dan perkebunan. Ketika sektor
ini mengalami penurunan akibat El Nino, sangat berisiko mengganggu
perekonomian domestik pada kuartal III dan IV 2015. Sementara
pemerintahsangat mengharapkan kinerja ekonomi di dua kuartal terakhir dapat
mengompensasi lambatnya pertumbuhan ekonomi pada kwartal I 2015 yang hanya
4,71% dan belum menggeliatnya ekonomi pada kuartal II 2015.
Apabila kondisi ini berlanjut
tanpa penanganan yang serius, tidak menutup kemungkinan realisasi pertumbuhan
ekonomi nasional akan semakin jauh di bawah target APBNP- 2015 sebesar 5,7%.
Terlebih isu yang beredar menguatkan The Fed akan menaikkan suku bunga pada
September 2015 yang berpeluang diikuti dengan kenaikan BI Rate. Apabila hal
ini terjadi, ekonomi nasional akan semakin tertekan akibat dampak kenaikan
suku bunga, masih melemahnya daya beli masyarakat dan terganggunya
produktivitas di sektor pertanian dan perkebunan yang berkontribusi cukup
besar terhadap pertumbuhan dan pembentukan PDB nasional.
Dampak lainnya yang akan terasa
adalah kesejahteraan petani, pengangguran, menurunnya produksi holtikultura,
dan memperbesar angka kemiskinan di sektor pertanian dan perdesaan. Data dari
BPS pada 2014 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan di perdesaan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan.
Terdapat 13,8% penduduk di perdesaan yang masuk dalam kelompok miskin, sedangkan
di perkotaan persentasenya sebesar 8,2%.
Kualitas hidup seperti akses dan
ketersediaan air bersih yang semakin menurun akibat kekeringan akibat El Nino
juga akan semakin menurun apabila tidak tertangani secara baik. BMKG juga
telah mengidentifikasi daerah seperti Jawa tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Timur (NTT), danNusa Tenggara Barat (NTB) telah mengalami musim kemarau yang
panjang serta kekeringan.
Belajar dari pengalaman sejumlah
negara ditambah dengan kondisi perekonomian nasional saat ini serta risiko ke
depan yang masih terus kita hadapi, sudah sepatutnya pemerintah mengambil
langkahlangkah serius memitigasi dampak El Nino terhadap perekonomian
nasional. Kebijakan lintas sektoral yang terpadu dan komprehensif perlu
dirumuskan yang melibatkan antarkementerian/ lembaga serta pemerintahan
daerah.
Kesibukan mempersiapkan pilkada
serentak juga tidak boleh mengalihkan perhatian kita semua, baik di pusat
maupun di daerah, atas ancaman El Nino, utamanya di sektor pertanian dan
perkebunan.
Mengingat peran dan kontribusi
sektor ini sangat besar bagi Indonesia, baik buruknya penanganan dampak El
Nino bisa menjadi penentu apakah ekonomi nasional di tahun 2015 berhasil atau
tidak mencapai target kinerja seperti yang diharapkan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar