Minggu, 02 Agustus 2015

Dua Tentang

Dua Tentang

Eko Endarmoko Munsyi ;  Penulis Tesaurus Bahasa Indonesia
                                                       KOMPAS, 01 Agustus 2015      

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Perbincangan berikut bermaksud kembali membicarakan tentang kata tentang setelah Masmimar Mangiang, pemerhati bahasa Indonesia yang telaten dan jernih, menulis soal yang sama dalam catatannya (berjudul "Tentang 'Tentang'") di media sosial fesbuk, 26 Juli 2015. Perlulah saya utarakan di awal sini, barangsiapa tidak melihat masalah dalam kalimat pertama tulisan ini, saya kira ia belum, dan karenanya sangat perlu, membaca tulisan Masmimar tadi. Tampaknya baik saya ringkaskan lebih dulu pandangan Masmimar tersebut dan baru kemudian merentangkannya ke medan yang sedikit lebih lebar.

Masalah kebahasaan di kalimat awal-yang bersinggungan dengan tulisan Masmimar-itu terletak pada frase "membicarakan tentang". Boleh kita duga, orang yang rasa atau kepekaan bahasanya tipis tidak melihat ada persoalan di sana. Seperti dia yang kurang menyadari adanya jarak yang sangat jauh antara tentang yang punya arti (1) perihal, mengenai dan yang bermakna (2) lawan, tolak. Maka mestinya ada dua, bukan hanya satu, kata tentang. Soal ini nanti kita bincangkan lagi. Atau kurang peka menangkap beda miskin, melarat, kere dari duafa, fakir. Terasakah oleh anda nada rada kasar dan merendahkan kelompok kata bersinonim yang pertama? Kelompok yang kedua, kita mafhum, lebih sejuk sebab memberi perhatian, simpati. Akan tetapi, kembali ke perbincangan kita, saya setuju dengan pendapat jitu Masmimar: "'Membicarakan' adalah kata kerja transitif, kata kerja yang selalu diikuti objek, dan di antara kata kerja transitif dengan objek itu tidak diperlukan preposisi (seperti 'tentang')." Senada dengan ini adalah konstruksi "membahas tentang".

Bagaimana bisa tentang menyerobot masuk ke wilayah "terlarang" itu? Saya pikir di situ ada pengaruh atau interferensi dari cara ungkap berbeda untuk maksud yang sama. Lihatlah dua pasang konstruksi ini:

membicarakan (tentang) kata tentang - pembicaraan tentang kata tentang

membahas (tentang) kata tentang - pembahasan tentang kata tentang

Hadirnya tentang yang mubazir di antara kata kerja transitif dan obyek tadi, saya kira, akibat terjadinya semacam korsleting di otak. Asosiasi, pikiran, atau ingatan si penutur tanpa sadar menaut pada bentuk "pembicaraan tentang" dan "pembahasan tentang". Di tengah proses merumuskan ide, antara lain memilih kata yang tepat dan mereka kalimat dengan awal "membicarakan" yang pas, secara mendadak pikiran membelok, tergiring ke semacam pola pengalimatan yang sudah tercetak di dalam kepala. Prosesnya kira-kira serupa roda kereta api yang berjalan di atas simpangan rel, berkelok mendadak menyimpangi arah semula.

Melihat kata tentang lebih dekat lagi, bakal kita jumpai satu soal yang lain. Dalam banyak konteks, tadi saya sudah menyinggungnya sambil lalu, tentang sedikitnya punya dua kelas kata dengan dua arti. Sebagai partikel ia punya arti perihal, mengenai, dan sebagai verba tentang berarti lawan, tolak. Yang menarik, bila mendapat imbuhan, keretakan makna menjadi tampak kentara. Menentang, yang semakna dengan melawan, membandel, membangkang, memberontak, memerangi, memprotes, mendurhaka, sama sekali tak lagi punya pertalian makna dengan tentang dalam arti perihal, mengenai. Di sini tentang dan menentang sudah saling menjauhi, sama-sama minta cerai. Juga menarik adalah, kata mengenai sebagai partikel searti dengan tentang, sementara sebagai verba ia punya makna kena, mengantuk, menyenggol, menyentuh, menyinggung, menyerempet.

Berbeda secara mendasar dengan tentang (partikel) dan derivatnya, menentang (verba), yang artinya jadi sangat berjauhan, mengenai (partikel) dan kena (verba) masih punya hubungan darah yang rapat, berada di medan makna yang sama. Maka berbeda dari Tesaurus Bahasa Indonesia edisi I dan kamus bahasa Indonesia, dalam Tesamoko (Tesaurus Bahasa Indonesia edisi revisi-sudah di meja penerbit sejak Juni lalu) saya tak lagi menempatkan beberapa gugus kata yang berkerabat dengan tentang sebagai polisemi, melainkan memilahnya ke dua kata tentang sebagai homonimi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar