Sabtu, 21 April 2012

Wadon Nir Wadonira


Wadon Nir Wadonira
Tandi Skober, Budayawan
SUMBER : MEDIA INDONESIA, 21 April 2012



KE mana gerangan telunjuk emansipasi dialamatkan? RA Kartini yang berdarah Jawa-kah? Bisa jadi Dewi Sartika dari Pasundan, atau Siti Aisyah We Tenriolle dari Sulawesi Selatan, tak mustahil Sultanah Safiatuddin dari Aceh, Rohana dari Padang, dan entah siapa lagi, itu tentu sulit terdeteksi. Yang bisa diasketik, ternyata selalu saja ada yang salah dari sejarah dan wanita Indonesia, yang dibiarkan berjalan di atas pecahan cermin tanpa cahaya. Kenapa? Literasi kuno memosisikannya sebagai `wong wadon nir wadonira suarga nunut neraka katut'. Wanita tercipta di sebuah ruang yang disucikan. Ia kudu nunut ke mana arah langkah sang suami.

Sri Mulyani Indrawati dipastikan lebih memilih alur karier ketimbang nunut ke mana suami melangkah. Sri tahu bahwa bermula dari air mata Dewa Ular Antaboga dalam mitos Dwi Srilah, kartu kredit emansipasi dikantongi. “Saya ingin katakan bahwa saya menang,“ ucap Sri Mulyani Indrawati (MI, 20/5/2010). “Saya berhasil karena mereka tidak berhasil mendikte saya.“ Seusai itu, Sri Mulyani melangkah ke ruang tarung lebih luas menjadi Managing Director of World Bank.

Air Mata Antaboga

Ke mana gerangan telunjuk emansipasi dialamatkan? Bisa jadi itu terarah ke air mata Dewa Ular Antaboga. Konon, air mata itu saat jatuh ke Tanah Air berubah menjadi telur mustika. Telur itu kelak menetaskan sosok perempuan sangat cantik bernama Nyi Pohaci Sanghyang Sri.

Dewi Sri, seperti halnya Sri Mulyani, tidak hanya cantik jasadi, tapi juga memiliki apa yang sering dituturkan sang dalang Cirebon, “Ngelmu kala koni kanthi laku.
Lakune lawan kas tegese kas nyantosani setya budya pengekese durang kara
.“ Artinya, memiliki inner smart, kalbu yang jernih, istikamah, dan kesadaran untuk memusnahkan angkara murka. Konon, hal itu membuat Batara Guru kesengsem tresno jalaran suku ngelmu. Jatuh cinta disebabkan kecerdasan yang terpancar dari langkah laku Dewi Sri. Itulah sebabnya Dewi Sri diberi kewenangan untuk menata per bendaharaan elmu (ilmu) Sastra Jendra Hayuningrat.

Para dewa pun iri. Kartel politik dikibarkan. Skenario pun disusun untuk menciptakan rangkaian fitnah yang mema tikan. Sekali tempo, dewan para dewa menegur Dewi Sri, “Wong ngawula ing ratu luwih pakewuh. Nora kena ming gang-minggring. Kudu manteb sartanipun. Setya tuhu maring gusti. Ditun miturut sapakon.

Artinya, bila mengabdi jangan setengah-setengah. Harus mantap! Setia kepada pimpinan dan melaksanakan segala perin tahnya.

Dewi Sri ternyata tidak mau didikte. Ia tetap pada pendiriannya bahwa setya budya pangekese dur pangekese dur angkara. Maka, seperti halnya Anne Robert Jacques Turgot (1727 1781), ia terpuruk di sudut gelap politisasi dewan dewa. Kolusi untuk memastikan kematian Dewi Sri tidak bisa dibendung.
Dewan Dewa memutasi mati Dewi Sri kehamparan bumi nun jauh dari sorgaloka.

Mutasi mati Dewi Sri itu kerap dituturkan dalam kiser megatruh Dewi Sri yang pedih. Saat wafat, dari kepala Dewi Sri muncul pohon kelapa; dari hidung, bibir, dan telinganya muncul berbagai tanaman rempah-rempah wangi dan sayur-mayur; dari rambutnya tumbuh rerumputan dan berbagai bunga yang cantik dan harum; dari payudaranya tumbuh buah-buahan yang ranum dan manis; dari lengan dan tangannya tumbuh pohon jati, cendana, dan berbagai pohon kayu yang bermanfaat; dari alat kelaminnya muncul pohon aren atau enau bersadap nira manis; dari pahanya tumbuh berbagai jenis tanaman bambu; dan dari kakinya muncul berbagai tanaman umbi-umbian dan ketela; akhirnya dari pusaranya muncullah tanaman padi!

RA Kartini seperti Dewi Sri, juga mati muda. Namun, selalu ada pelangi seusai langit dihijab mega mendung. Simak, enam tahun setelah Kartini wafat pada 1911, Abendanon menerbitkan kumpulan suratsurat Kartini dengan judul Door Duisternis tot Lich. Dua tahun setelah penerbitan buku Kartini, Hilda de Booy-Boissevain mendirikan Komite Kartini Fonds, yang diketuai CTh van Deventer. Terus? Surat-surat Kartini diterbitkan dalam edisi bahasa Inggrisnya, bertajuk Letters of a Javanese Princess. Terus? Dalam tempo singkat, pada 1922 itu diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Dari catatan tersebut, pantaskah RA Kartini sebagai pemilik kartu kredit emansipasi? Tentu hanya waktu yang akan memberi tanda. Saya berpendapat Kartini lebih dicahayai alur cemas JH Abendanon dan Cristiaan Snouck Hurgronje jika dibandingkan dengan `Kartini-Kartini' lainnya. Maklum, pada era itu, pemerintahan Hindia Belanda di penghujung abad ke-19 dicemaskan aliran deras nilai-nilai baru holistisme khas Islam. Ihwal tersebut dinilai Snouck sebagai transformasi yang sistematis sekaligus perusakan struktur kultur lama melalui penetrasi struktur kultur yang baru. “Pem-Barat-an kaum elite pribumi melalui dunia pendidikan adalah langkah penting untuk menjauhkan mereka dari Islam,“ ungkap Snouck (Politik Islam Hindia Belanda, Dr Aqib Suminto).

Usaha Snouck Hurgronje berhasil. Kartini meyakini bahwa orientalis-kolonialis Balanda itu sosok suci, berkebudayaan tinggi, dan patut dijadikan ki tab kebudayaan. Itu bisa disimak dari surat Kartini untuk Abendanon bertanggal 18 Februari 1902, `Apabila Nyonya bertemu dengan teman Nyonya Dr Snouck Hurgronje, sudikah Nyonya bertanya kepada beliau tentang hal berikut, apakah dalam agama Islam juga ada hukum akil balig seperti yang terdapat dalam undang-undang bangsa Barat? Ataukah sebaiknya saya memberanikan diri langsung bertanya kepada beliau? Saya ingin sekali mengetahui sesuatu tentang hak dan kewajiban perempuan Islam serta anak perempuannya' (Surat-Surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan Suaminya, hal 234-235).

Habis gelap ternyata Kartini kian digelapkan alur pikir Snouck Hurgronje. Bisa jadi dalam jemari nalar Kartini, sosok Snouck Hurgronje ialah pemikir Islam yang mumpuni. Ia murid para Syaikh al-Azhar Kairo yang berganti nama menjadi Abdul Ghaffar pada 1885. Snouck juga dianggap `Mufti Hindia Belanda' bergelar `Syaikhul Islam Jawa'.

Padahal, sejatinya, seperti ditulis PSJ van Koningsveld dalam Snouck Hurgronje en Islam, Snouck Hurgronje merupakan pengikut jejak orientalis Yahudi, Ignaz Goldziher. Snouck ialah hantu yang menyamar sebagai muslim.

“Sesungguhnya agama ini meskipun cocok untuk membiasakan ketertiban kepada orang-orang biadab, itu tidak dapat berdamai dengan peradaban modern.“

Langkah Salah

Kartini barangkali bukan kartu kredit emansipasi. Bisa jadi ia cuma putri sejati yang sedang mencari jati diri yang namanya diharumkan Abendanon dan orientalis Snouck Hurgronje. Ia terperangkap dalam sebuah kamar bercahaya redup. Andai berusia lanjut, tidak mustahil Kartini sadar bahwa mengikuti jejak pikir Abendanon dan Snouck Hurgronje tidak lebih dari langkah salah wanita.

Lagi pula siapa bisa menyangkal bahwa transformasi di era globalisasi pada akhirnya hanya bisa membuat wanita seperti adonan yang bisa dicetak, diarahkan, dan dibonsaikan? Bila sudah begini, peradaban kembali merotasi ke frase lama wong wadon nir wadonira suarga nunut neraka katut.

1 komentar:

  1. Bahasa, ulasan, dan cara bertutur Bung Tandi Skober super sekali. Enak dibaca dan perlu.

    Salam,
    Natsir Kongah

    BalasHapus