Senin, 23 April 2012

Selamat Jalan Sang Pencerah


Selamat Jalan Sang Pencerah
Rudi Rubiandini RS, Dosen Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB)
SUMBER : SINDO, 23 April 2012



Mas Wit––panggilan sehari- hari kami kepada almarhum Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo di kantor dosen Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB)––sering membawakan cerita yang menyenangkan dan lucu walaupun selintas terlihat seperti orang sangat serius layaknya guru besar pada umumnya.
Canda yang sering dibawakan selain hal-hal yang berhubungan dengan kasus pemerintahan, sosial,dan tidak jarang tentang agama, cinta, kasih sayang, dan wanita sekalipun. Namun, beliau akan sangat serius apabila sudah masuk pada diskusi mengenai energi dan penataan pembangunan. Keseriusan ini karena beliau bercita-cita Indonesia menjadi negara adidaya dengan dimulai dari ketahanan energi.

Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana teknik perminyakan bersama-sama mantan menteri ESDM Poernomo Yusgiantoro yang juga seangkatan di ITB, bersama Pak Menteri ESDM Jero Wacik dan Ibu Dijen Migas Evita Legowo, beliau melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat dengan mengambil dua buah master yaitu master bidang perminyakan dan master bidang teknik pengambilan keputusan, kemudian diteruskan mengambil doktor bidang ekonomi perminyakan.

Sekembalinya ke ITB, beliau langsung menjadi dosen di bidang ekonomi perminyakan dan menjadi dosen tamu di berbagai universitas. Beliau sempat menjadi wakil dekan bidang akademik di Fakultas Mineral ITB dan menjadi Dekan Fakultas Pascasarjana Studi Pembangunan ITB. Kiprahnya sebagai konsultan berbagai perusahaan migas dan berbagai instansi yang berhubungan dengan energi di seluruh Indonesia telah mengasah beliau menjadi begawan energi yang padat pengalaman dengan data yang akurat dan pemikiran yang mendasar untuk jangka panjang.

Pemikirannya tertuang dalam berbagai buku yang pernah diterbitkannya baik dalam bidang ekonomi perminyakan, studi pembangunan, pengambilan keputusan, maupun dalam bidang kebijakan pengelolaan migas. Setelah dinobatkan menjadi guru besar di ITB, beliau makin aktif menulis dalam jurnal nasional maupun internasional. Beliau aktif berbicara di berbagai kesempatan dan memberi training ke berbagai kalangan dalam rangka memberi pencerahan. Selain mengenai minyak dan gas bumi, juga mengenai panas bumi dan energi terbarukan sehingga ketajaman dalam energi makin beliau kuasai.
Pucuk dicinta ulampun tiba, beliau diangkat menjadi wakil menteri ESDM sehingga serta-merta berbagai ide yang selama ini ada tersalurkan. Mulai percepatan birokrasi di lingkungan Kementrian ESDM, pembenahan BBM dan energi terbarukan, revisi UU Migas, revisi jenis kontrak di KKKS industri migas, pemanfaatan semaksimal mungkin pertambangan batubara, dan banyak rencana perbaikan lainnya.

Pendapat beliau tentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sampai harga Rp 6.000 memang belum dapat direalisasikan. Namun, pemikiran itu menjadi fondasi bahwa kenaikan tersebut bisa membuat energi lain menjadi bisa tumbuh. Dengan kenaikan itu, keinginan masyarakat untuk menggunakan transportasi umum akan meningkat dan beban kendaraan pribadi di jalanan akan berkurang sehingga akan banyak sekali penghematan energi dapat terlaksana di negeri ini.

Kesederhanaannya seringkali mengecoh, karena selain bergaya rambut gondrong, pakaian sederhana, begitu pula kendaraan yang ditumpangi. Seringkali—meskipun sudah menjadi wakil menteri—beliau ikut kendaraan teman-temannya dan tidak jarang menggunakan moda transportasi umum sampai ojek sekalipun. Padahal sebenarnya beliau termasuk kelompok orang kaya—setidaknya tidak masuk golongan miskin—karena di antara dosen-dosen beliau terkenal sebagai “tuan tanah” karena memang beliau banyak berinvestasi lewat tanah.

Kecintaannya pada alam sangat kuat. Salah satu aset tanahnya di Maribaya, utara Bandung, dibuat menjadi rumah akademia yaitu tempat istirahat di alam terbuka yang sejuk untuk para pejalan kaki teman dan kerabat beliau bila ada kesempatan. Para mahasiswa sering diajak jalan untuk menaiki gunung atau sekadar menaiki Bukit Jaya Giri sampai di Tangkuban Perahu. Selain dengan para mahasiswa, dia juga melakukan itu dengan rekan dan teman kerjanya.

Yang paling menakjubkan adalah hampir setiap tahun beliau menaiki gunung di dalam maupun luar negeri dengan berbagai organisasi/perkumpulan. Sering pula hanya sendirian mengunjungi teman di luar negeri atau di tempat terpencil yang dianggap unik. Silaturahmi dengan berbagai kalangan, dari tingkat mahasiswa, rekan kerja, berbagai pengusaha, para pejabat, sampai para menteri sekalipun beliau miliki. Cara berpikirnya begitu sederhana sehingga mudah dimengerti berbagai kalangan.

Cara berpikir itu dilengkapi oleh kehidupannya yang tidak berpihak pada sesuatu yang nisbi kecuali kebenaran dan keadilan. Jadilah beliau seorang teman, senior, guru, dan pemimpin yang menyenangkan. Kegigihan beliau di akhir pengabdiannya saat memberi pencerahan kepada berbagai media cetak dan elektronik saat menjelang rapat DPR tentang kenaikan BBM membuat beliau begitu kelihatan lelah.

Banyak teman mengingatkan agar cukup istirahat dan lebih bersabar. Namun, Allah berkehendak lain, pada saat beliau begitu bergairah mengabdi, akhirnya dipanggil di tempat yang beliau cintai selama ini yaitu alam, gunung, kebebasan, dan kebenaran. Selamat jalan begawan energi yang gigih, tanpa pamrih, berani tidak populer, dan mencerdaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar