Perang
Mayantara dan Perdamaian
Joseph S Nye, Mantan Asisten Menteri Pertahanan dan Ketua
Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat, Guru Besar di Harvard University
SUMBER
: KORAN TEMPO, 23 April 2012
Dua tahun yang lalu, sejenis virus komputer
mengacaukan program nuklir Iran dan merusak centrifuge, mesin yang
digunakan untuk memperkaya uranium. Para pengamat menyatakan apa yang tampaknya
seperti sabotase ini merupakan pertanda tibanya suatu bentuk perang yang baru,
dan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta telah memperingatkan rakyat
Amerika akan bahaya serangan “Pearl Harbor maya” terhadap Amerika. Tapi apa
yang sebenarnya kita ketahui mengenai perang maya ini?
Ranah maya komputer dan kegiatan-kegiatan
elektronik yang terkait dengannya merupakan suatu lingkungan buatan manusia
yang kompleks, dan manusia-manusia yang bersaing dalam lingkungan ini adalah
makhluk yang gigih serta cerdas. Gunung dan lautan sulit dipindahkan, tapi
bagian-bagian tertentu dunia maya bisa dihidup-matikan dengan satu sentuhan.
Jauh lebih murah dan cepat memindahkan elektron melintasi bumi daripada
memindahkan kapal-kapal yang besar melintasi jarak yang jauh.
Tingginya biaya merancang dan membuat
kapal-kapal yang besar ini-–gugus tugas kapal induk pesawat dan armada kapal
selam-–merupakan perintang besar bagi banyak negara untuk ikut berbuat seperti
Amerika yang sekarang mendominasi dengan angkatan lautnya. Tapi biaya memasuki
ranah dunia maya begitu rendah sehingga pemain-pemain non-negara dan
negara-negara kecil bisa memainkan peran yang berarti dengan ongkos yang rendah
pula.
Dalam buku saya, The Future of Power,
saya berargumentasi bahwa sebaran kekuatan yang lepas dari tangan pemerintah
merupakan salah satu pergeseran politik yang penting abad ini. Dunia maya
merupakan contoh yang terbaik. Negara-negara besar seperti Amerika, Rusia,
Inggris, Prancis, dan Cina memiliki kemampuan yang lebih besar daripada
negara-negara lainnya serta dari pemain-pemain non-negara dalam menguasai laut,
udara, atau ruang, tapi tidak demikian halnya bila kita berbicara mengenai
dominasi di dunia maya. Bagaimanapun, ketergantungan pada sistem maya yang
kompleks dalam mendukung kegiatan militer dan ekonomi telah menciptakan
kerentanan baru bagi negara-negara besar, kerentanan yang bisa dimanfaatkan
para pemain non-negara.
Empat dekade yang lalu, Departemen Pertahanan
Amerika menciptakan Internet; sekarang Amerika masih merupakan negara utama
dalam penggunaan Internet di kalangan militer dan masyarakat. Tapi besarnya
ketergantungan pada jaringan komputer dan komunikasi ini telah membuat Amerika
lebih rentan daripada banyak negara lainnya, dan dunia maya telah menjadi
sumber utama ketidakamanan, karena, pada tahap perkembangan teknologi saat ini,
tindak ofensif lebih unggul daripada tindak defensif di dunia maya.
Istilah “serangan maya” mencakup berbagai
tindakan, mulai menyelidiki, menghapus website, menutup akses layanan,
sampai memata-matai dan merusak. Begitu juga istilah “perang maya” meliputi
berbagai perilaku yang mencerminkan perang menurut definisi dalam kamus, dari
konflik bersenjata sampai setiap bentuk persaingan (misalnya, “perang
antar-jenis kelamin” atau “perang melawan narkotik”).
Pada ujung lainnya, sementara pakar
menggunakan definisi yang sempit mengenai perang maya: suatu “perang tidak
berdarah” yang terdiri atas semata-mata konflik elektronik di dunia maya, tapi
definisi ini tidak memperhitungkan pentingnya interkoneksi antara lapisan fisik
dan maya dari dunia maya itu. Seperti ditunjukkan virus Stuxnet yang
menginfeksi program nuklir Iran, serangan perangkat lunak bisa membawa efek
fisik yang sangat riil.
Definisi lainnya yang lebih berguna mengenai
perang maya adalah tindakan permusuhan di dunia maya yang efeknya berlipat
ganda, atau setara dengan kekerasan fisik yang berat. Di dunia fisik, negara
memiliki monopoli yang nyaris sempurna atas penggunaan kekuatan secara
besar-besaran, pihak yang mempertahankan diri memiliki pengetahuan yang
mendalam mengenai medan, dan serangan berakhir karena terkurasnya tenaga atau
kelelahan. Dalam hal ini, baik sumber daya maupun mobilisasi menelan biaya yang
tinggi.
Sebaliknya, dalam dunia maya para pemainnya
beragam (dan kadang-kadang anonim), jarak fisik tidak ada artinya, dan beberapa
bentuk ofensif tidak menelan biaya yang tinggi. Karena Internet dirancang untuk
kemudahan penggunaan, bukan untuk keamanan, pihak penyerang saat ini memiliki
keunggulan atas pihak yang diserang. Evolusi teknologi, termasuk upaya
“merekayasa kembali” beberapa sistem demi meningkatkan keamanan, mungkin pada
akhirnya mengubah hal itu, tapi untuk saat ini begitulah adanya. Pihak yang
lebih besar itu memiliki kemampuan yang terbatas untuk melucuti atau
menghancurkan lawan, menduduki wilayah, atau menggunakan strategi kekuatan
balasan dengan efektif.
Perang maya, walaupun saat ini masih pada
tahap awal, merupakan ancaman potensial yang paling dramatis. Negara-negara
besar dengan sumber daya manusia dan teknis yang rumit, pada prinsipnya, bisa
menimbulkan kekacauan yang masif dan kerusakan fisik melalui serangan maya
terhadap sasaran-sasaran militer serta sipil. Respons terhadap perang maya
mencakup suatu bentuk penangkis antar-negara melalui penutupan dan rintangan,
kemampuan ofensif, serta rancangan yang disiapkan untuk memulihkan jaringan dan
infrastruktur dengan cepat jika upaya penangkisan tidak berhasil. Pada suatu
titik, mungkin dapat dilakukan upaya memperkuat langkah-langkah ini dengan
norma-norma dasar tertentu dan pengawasan terhadap senjata, tapi dunia masih berada
pada tahap awal dalam proses ini.
Jika kita menganggap apa yang dinamakan hackism
(peretasan) yang dilakukan kelompok-kelompok ideologis sebagai tidak lebih
daripada gangguan pengacauan, masih ada empat kategori utama ancaman maya
terhadap keamanan nasional, masing-masing dengan batasan yang berbeda: perang
maya umumnya dikaitkan dengan negara, sedangkan kejahatan maya dan terorisme
maya kebanyakan dikaitkan dengan pemain-pemain non-negara. Bagi Amerika, ongkos
yang paling mahal sekarang datang dari tindak memata-matai dan kejahatan, tapi
satu atau dua dekade yang akan datang perang dan terorisme bisa menjadi ancaman
yang lebih besar daripada sekarang ini.
Lagi pula, sementara aliansi dan taktik
berkembang, kategori-kategori ini semakin tumpang-tindih. Menurut Laksamana
Mike McConnell, mantan Direktur Intelijen Nasional Amerika, “Cepat atau lambat, kelompok-kelompok teror
akan mencapai tingkat kecanggihan maya. Ini seperti proliferasi nuklir, cuma
jauh lebih cepat.”
Dunia cuma baru mulai menyaksikan gambaran
sekilas perang maya-–dalam serangan berupa penutupan akses layanan yang
menyertai perang konvensional di Georgia pada 2008, atau sabotase yang
dilakukan baru-baru ini terhadap centrifuge di Iran. Negara punya
kemampuan paling besar, tapi pemain-pemain non-negaralah yang kemungkinan besar
akan memulai serangan yang membawa bencana besar. Kemungkinan besar serangan
maya model 11/9 yang bakal terjadi, bukan serangan maya model Pearl Harbor yang
sering disebut-sebut itu. Sudah waktunya negara-negara duduk bersama dan
membahas jalan bagaimana membatasi ancaman maya ini terhadap perdamaian dunia. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar