Selasa, 10 April 2012

Menuju DKI-1, Siapa Pemenangnya?


Menuju DKI-1, Siapa Pemenangnya?
Lucky Ali Moerfiqin, Anggota Departemen Hukum dan HAM DPP Partai Golkar
SUMBER : SUARA KARYA, 10 April 2012




Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta resmi menerima berkas enam pasang calon gubernur (cagub) DKI mendatang. Mereka, dua pasang calon dari jalur independen dan empat pasang calon dari partai politik (parpol) akan berkompetisi pada pilkada DKI, 11 Juli 2012 mendatang. Setiap pasangan calon memiliki kelebihan dan kekurangannya, dan masyarakat menunggu program yang akan ditawarkannya.

DKI Jakarta memiliki masalah yang sangat kompleks. Selain sebagai ibukota provinsi dan pusat pemerintahan RI, Jakarta juga sebagai pusat kegiatan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan hankam, serta tempat domisilinya para duta besar negara asing. Beberapa masalah krusial DKI, antara lain kemacetan, buruknya manajemen transportasi umum, rawannya keamanan, pendidikan dan kesehatan. Semua merupakan masalah yang sudah sangat mengganggu dan menghambat kegiatan masyarakat Jakarta. Namun, selama ini sepertinya tidak ada penanganan serius dari pemerintah daerah.

Figur pimpinan yang diharapkan oleh masyarakat Jakarta adalah pemimpin yang bersih, bebas dari korupsi, memiliki program jelas dan konkrit dalam menjawab kompleksitas permasalahan DKI.

Sekadar gambaran, mari simak profil setiap pasangan cagub. Pasangan Alex Noerdin dan Nono Sampono didukung oleh Partai Golkar, PPP, dan PDS. Alex Noerdin masih menjabat sebagai Gubernur Sumatera Selatan, mengusung slogan 'Tiga Tahun Bisa', yaitu membebaskan Jakarta dari kemacetan dan banjir dalam tiga tahun. Mereka menawarkan program bebas biaya pendidikan sampai SMU dan bebas biaya kesehatan yang akan dilaksanakan satu hari setelah dilantik sebagai gubernur. Menarik, karena program yang ditawarkannya merupakan langkah konkrit yang akan dilaksanakan.

Pasangan Hidayat Nur Wahid dan Didik J Rachbini didukung oleh PKS dan PAN menawarkan program pembenahan transportasi massal, seperti bus Trans Jakarta yang masih belum dikelola dengan baik, meningkatkan penanganan banjir dengan membangun sistem kanal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti program asuransi kesehatan bagi masyarakat.

Pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama (Jokowi-Ahok) didukung oleh PDIP dan Partai Gerindra. Pasangan muda ini menawarkan program perbaikan transportasi massal dan penataan serta pemanfaatan fasilitas publik. Seperti peremajaan kopaja, metro mini dan mikrolet serta penambahan armada dan shelter busway.

Sedangkan pasangan dari jalur independen Herdardji Soepandji dan Achmad Riza Patria menawarkan program meningkatkan pajak progresif bagi mobil pribadi dan pembatasan usia kendaraan secara bertahap dalam mengatasi kemacetan di Kota Jakarta. Dan, program resettlement berupa pembangunan rumah susun bagi masyarakat di daerah kumuh.

Pasangan calon independen lainnya, Faisal Basri dan Biem Benjamin menawarkan program penambahan ruang terbuka hijau dan membatalkan pembangunan tol dalam kota karena tidak mengatasi kemacetan di Jakarta.

Sementara pasangan calon incumbent Fauzi Bowo dan Nachrawi akan melanjutkan progam kecintaan masyarakat akan lingkungan seperti sudah terlaksananya car free day, penggunaan gas untuk bus Trans Jakarta, menambah ruang terbuka hijau dan meningkatkan ketersediaan dana untuk meningkatkan infrastruktur di Jakarta.

Walaupun incumbent diusung oleh Demokrat, partai penguasa dan koalisi terbesar, tetapi diprediksi sulit memenangi pilkada untuk kedua kali karena kondisinya berbeda dengan lima tahun silam. Pesaing yang cukup kuat datang dari pasangan Jokowi-Ahok. Jokowi yang masih menjabat sebagai Walikota Solo sudah populer dengan mobil Esemka-nya dan Ahok sukses sebagai Bupati Belitung Timur. Mereka dikenal sebagai tokoh-tokoh muda pimpinan daerah yang sederhana dan jujur serta sangat memperhatikan kesejahteraan ekonomi lemah dan turun langsung berdiskusi dengan masyarakat.

Selain itu, pasangan calon Alex Noerdin dan Nono Sampono juga patut diperhitungkan karena berhasil memimpin Sumatera Selatan dalam program bebas biaya pendidikan 12 tahun dan bebas biaya kesehatan hanya dalam waktu tiga bulan, sebagai rekam jejak (track record) yang baik pasangan ini. Pesaing utamanya, Hidayat Nur Wahid dan Didick J Rachbini memiliki mesin politik partai PKS yang handal terbukti solid dan efektif seperti pada pemenangan Pilkada Jawa Barat.

Pasangan calon independen memang masih menunggu hasil verifikasi dukungan suara. Apabila lolos, mereka masih dihadapkan pada kendala lapangan bersaing dengan calon dari jalur partai yang mesin politiknya di tingkat paling bawah sudah berjalan. Para kader di tingkat paling bawah ini adalah ujung tombak pemenangan Pilkada Jakarta 2012 sekaligus menjadi etalase dan barometer bagi pemenangan Pilpres dan Pemilu Legislatif 2014. Sudah barang tentu partai-partai besar memiliki kepentingan strategis dalam memenangkan Pilkada Jakarta ini.

Sebelum menentukan pilihan, mari kita pelajari dengan cermat tawaran program dari setiap pasangan dalam menjawab permasalahan ibukota dan rekam jejak (track record) mereka masing-masing. Kita berharap pimpinan Jakarta ke depan mampu membawa Jakarta sejajar dengan kota-kota besar lain di kawasan Asia karena Jakarta memiliki potensi yang luar biasa.

Masyarakat Jakarta saat ini tentu juga dapat menilai mana calon pemimpin yang punya kemampuan membenahi kota metropolitan ini. Track record dan program konkrit yang ditawarkan disertai keberpihakan kepada rakyat atau pro rakyat dapat dipastikan akan menjadi dasar penilaian rakyat. Mari kita memilih Gubernur DKI Jakarta yang amanah dan mampu membawa perubahan bagi masyarakat dan Kota Jakarta tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar