Jumat, 20 April 2012

Bunga & Pembangunan UKM


Bunga & Pembangunan UKM
Achmad Deni Daruri, Presiden Director Center for Banking Crisis
SUMBER : SINDO, 20 April 2012



Langkah Bank Indonesia menjaga perekonomian Indonesia dari bubble dengan peningkatan uang muka untuk kredit akan menjaga pergerakan tingkat suku bunga dalam menstimulasi perekonomian nasional.

Tingkat suku bunga merupakan instrumen kebijakan ekonomi yang sangat strategis dalam mengembangkan sektor usaha kecil dan menengah (UKM). Negara-negara yang memiliki sektor UKM yang tangguh umumnya memiliki tingkat suku bunga yang relatif rendah dan stabil. Untuk itu UKM harus mengantisipasi dinamika dari perubahan suku bunga. Jika perusahaan besar cocok dengan rencana tahunan, UKM sebetulnya lebih memerlukan rencana bulanan.

Apalagi jika volatilitas dalam tingkat suku bunga dan harga-harga juga sulit untuk diantisipasi. Sayangnya metodologi khusus bagi kepentingan UKM kurang terangkat karena dominasi kekuatan dari perusahaan besar serta kekakuan dunia akademis dalam mengantisipasi kebutuhan perencanaan usaha sektor UKM.

Dalam konteks makroekonomi maka upaya bank sentral Amerika Serikat (Fed) dalam transparansi dengan membukan forecasting tingkat suku bunga hingga beberapa tahun ke depan dapat mengurangi unsur volatilitas dan ancaman akan tingginya tingkat suku bunga UKM di Amerika Serikat dan UKM di banyak negara lain mengingat peran besar Fed dalam perekonomian dunia. Fed sendiri kini terbuka dalam menciptakan target inflasi yang artinya sektor UKM dapat membaca penurunan daya beli mereka dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin tajam.

Dengan demikian sektor UKM dapat membaca gerakan Fed dalam beberapa tahun ke depan, khususnya dalam rangka menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak lagi. Untuk itu diperlukan keberanian bank sentral untuk menetapkan tingkat bunga yang rendah sekalipun inflasi sudah meninggi di atas target yang ditentukan. Hal ini juga dilakukan negara-negara yang memiliki sektor UKM yang tangguh seperti Israel.

Boleh dibilang bahwa Fed meniru langkah dari bank sentral Israel.Tidak juga mengherankan karena gubernur bank sentral Israel adalah guru dari Ben Bernanke. Dengan kehebatan dari Stanley Fisher dalam memainkan kebijakan suku bunga dan target moneter terbukti ampuh dalam menciptakan sektor UKM yang sangat tangguh,sektor UKM di Israel bukan hanya tangguh di bidang pertanian, tetapi juga sektor teknologi tinggi.

Jelas sekali kebijakan tingkat suku bunga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ini. Prancis juga akan mengoptimalkan kebijakan suku bunga untuk mendukung sektor UKM, bahkan Prancis akan membentuk bank milik negara yang fokusnya hanya untuk membiayai sektor UKM dan sektor strategis lain. Sangat mungkin Prancis akan melakukan subsidi bagi sektor UKM melalui tingkat suku bunga.

UKM di Indonesia

Dalam konteks perekonomian Indonesia, kebijakan suku bunga yang menguntungkan UKM harus juga memberikan keluluasaan bagi perbankan yang memiliki jangkuan yang luas bagi sektor ini seperti Bank BRI untuk meningkatkan kiprahnya dalam pere ko n o m i a n Indonesia. Jika Prancis masih dalam proses membentuk bank milik negara, Indonesia sudah memiliki bank milik negara yang juga sangat kuas dalam sektor UKM seperti BRI.

Dengan demikian perencana makroekonomi di Indonesia dalam lebih cepat ketimbang pemerintah Prancis dalam mendukung daya saing sektor UKM di Indonesia. Dalam konteks forecasting tingkat suku bunga yang baru saja dijabarkan oleh Fed, ancaman suku bunga tinggi untuk beberapa tahun ke depan cukup masuk akal. Dapat diperkirakan untuk tiga tahun ke depan dunia akan kembali masuk perangkap pada harga biaya modal yang mahal. Untuk itu, cetak biru perekonomian Indonesia harus mampu membaca secara jeli ancaman ini.

Apalagi tahun ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia juga masih belum cerah sehingga pemerintah Indonesia seharusnya berorientasi kepada pasar domestik. Upaya pemerintah untuk melakukan diversifikasi ekspor bukanlah upaya yang bijaksana karena pasar Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang sedang dalam proses pemulihan. Adapun pasar negara sedang berkembang lainnya sudah menjadi target bagi China untuk dilakukan penentrasi habis-habisan.

Jadi sangatlah berbahaya dan beresiko bagi sektor UKM di Indonesia jika harus dipaksa melakukan diversifikasi ekspor, sementara nilai tukar rupiah justru memperlihatkan kecenderungan yang terus menguat akibat capital inflow. Untuk menggairahkan pasar domestik, strategi expenditure switching harus segera dilakukan. Kebijakan tingkat suku bunga harus semakin rendah dan akan lebih ideal jika sektor UKM juga mendapatkan subsidi bunga melalui mekanisme APBN.

Defisit APBN juga sudah saatnya dinaikkan, tetapi dengan memberikan porsi pengeluaran bagi anggran pembangunan. Reformasi birokrasi juga sebaiknya dilakukan agar pengeluaran rutin dapat ditekan. Dengan demikian pasar domestik akan tumbuh lebih cepat ketimbang tidak dilakukannya kebijakan ini dan sektor UKM dipastikan akan tumbuh lebih cepat lagi. Perlu diingat bahwa sektor UKM merupakan sektor yang paling efektif untuk menyerap tenaga kerja ketimbang sektor usaha lainnya.

Jika memang pemerintah ingin melakukan diversifikasi ekspor, hal itu dapat dibebankan kepada perusahaan milik negara atau perusahaan besar lain yang mampu memperoleh dana murah tanpa intervensi pasar. Sektor UKM harus diprioritaskan untuk pasar dalam negeri. Selain subsidi bunga, proteksi bagi sektor UKM di dalam negeri sudah seharusnya dapat dilakukan. Proteksi bukan hanya dari produk dan jasa di luar negeri, tetapi juga dari usaha besar yang memiliki monopoli.

Monopoli itu terbentuk karena peraturan pemerintah dan bukan karena usaha itu memiliki keunggulan teknologi. Untuk itu sektor UKM di Indonesia juga harus melek teknologi. Pemerintah dapat memberikan subsidi bagi kredit bunga untuk investasi teknologi bagi sektor UKM. Dengan demikian sektor UKM di Indonesia akan terpacu untuk memiliki teknologi yang semakin bias terhadap peningkatan produktivitas.

Dengan meningkatnya margin produktivitas dari tenaga kerja, upah dari mereka juga meningkat. Buruh juga harus ikut menikmati proses pembangunan. Tidaklah mengherankan jika Pemerintah China juga meningkatkan upah minimum nasional mereka secara serentak sebesar 25%. Pada gilirannya daya beli perekonomian juga meningkat sehingga produktivitas sektor UKM juga terus meningkat.Ini merupakan lingkaran keberhasilan pembangunan ekonomi yang harus menjadi target kebijakan ekonomi pemerintah Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar