Jumat, 07 Desember 2012

Pendidikan yang Membangunkan Impian


Pendidikan yang Membangunkan Impian
Abdushshabur Rasyid Ridha ;  Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia
JAWA POS, 05 Desember 2012


SUATU hari seorang murid bercerita kepada gurunya, "Bu, ketika teman-temanku bercita-cita ingin menjadi dokter atau tentara, aku hanya ingin jadi nelayan seperti ayah. Apa ada yang salah jika aku jadi nelayan? Rasanya aku tidak ingin pergi jauh-jauh ke tanah itu. Aku hanya ingin di sini, dan akan aku jadikan di sini seperti di sana."

Itu ungkapan salah satu anak negeri yang tinggal di kepulauan terluar Indonesia di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Anak kecil ini berani memupuk harapan yang besar. Dia ingin suatu saat nanti dapat memajukan daerahnya seperti halnya kota-kota besar di Indonesia. Meski, kenyataannya, realitas tak sejalan dengan harapan.

Sangihe hanyalah satu di antara banyaknya tempat di mana impian anak bangsa bersemayam namun tak diiringi fasilitas pendidikan yang memadai. Hingga tebersit pertanyaan, mengapa mimpi mereka seakan diragukan? Mengapa keberadaan mereka seperti tidak dianggap? Padahal, mereka termasuk generasi penerus bangsa yang berhak punya masa depan. 

Kisah-kisah seperti ini akan banyak kita dapatkan dari mereka, para pengajar muda yang tergabung dalam Gerakan Indonesia Mengajar. Tak dimungkiri, saat ini merekalah segelintir pihak yang memahami betul seberapa baik kualitas pendidikan yang tersedia di pelosok-pelosok pulau di negeri ini. Indonesia begitu kaya akan sumber daya alam. Negeri ini juga dianugerahi sumber daya manusia yang besar. Namun, tidak banyak yang turun tangan untuk berkontribusi langsung terhadap nasib pendidikan bangsa ini di masa yang akan datang.

Siswa Bukan Plastisin 

Dalam suatu kesempatan di Jakarta, pencetus Gerakan Indonesia Mengajar Anies Baswedan mengatakan, "Indonesia itu tidak bisa disamakan semuanya. Tapi, sering orang berpikir bahwa pendidikan di mana saja sama dengan Jakarta. Itu tidak bisa."

Tidak banyak orang yang menyadari bahwa masyarakat yang berada di kepulauan terluar Indonesia ini tidak selalu bisa diibaratkan sebuah gelas kosong, yang bisa diisi dengan mudah. Siswa tidak sama dengan plastisin yang dapat dibentuk sesuai dengan keinginan gurunya. Seperti anak kecil dalam kisah di atas, anak-anak di sana sudah membawa nilai-nilai budaya dari lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Alangkah bijak bila gurunya menyelipkan nilai-nilai kearifan lokal dalam setiap bentuk proses pendidikan di sana.

Bila pendidikan di sana lebih diperhatikan, semangat belajar mereka akan mengalahkan keterbatasan yang mereka hadapi. Tak perlu kurikulum yang begitu terperinci. Yang mereka butuhkan hanyalah sedikit perhatian dari pemerintah untuk mau membantu mengembangkan potensi wilayah mereka. Katakanlah model pendidikan ini disebut dengan pendidikan berbasis kearifan lokal.

Pendidikan yang berkiblat pada kearifan lokal dapat melestarikan sekaligus meningkatkan mutu sumber daya spesifik yang dimiliki suatu daerah. Karena mencintai kearifan lokal, bukan berarti mereka ketinggalan zaman. Bangsa Jepang merupakan satu contoh bangsa yang maju karena menjunjung tinggi kearifan lokalnya, sekalipun mereka sudah menguasai berbagai teknologi modern. Pendidikan berbasis kearifan lokal ini juga dapat mewujudkan mimpi masyarakat Indonesia untuk menjadikan bangsa yang maju dan berkembang. 

Bangsa di Tangan Guru 

Memaksakan pendidikan ala modern kepada para penduduk yang belum mengalami modernisasi merupakan metode pendidikan yang kurang tepat, juga belum tentu bermanfaat untuk mengembangkan potensi daerahnya. Tidak mungkin pendidikan dipisahkan dari nilai-nilai dan konteks pandangan hidup yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah komunitas.

Menurut Anies Baswedan, letak keberhasilan dan kegagalan sebuah pendidikan nasional ada di tangan para guru. Ketika guru memiliki pemahaman dan kemampuan yang baik dalam mentransfer ilmu serta memahami peserta didiknya, tujuan pendidikan itu akan tercapai. Tiga hal yang harus diperhatikan pemerintah adalah kualitas guru, distribusi guru, dan kesejahteraan guru.

Semua orang hebat di dunia ini tentu memiliki seorang guru, dan guru yang baik adalah mereka yang mampu memahami kondisi peserta didiknya. Kembali kita dapat melihat sebuah implementasi dari konsepsi guru yang sesuai konteks dalam diri para pengajar muda yang membawa lilin harapan kepada anak-anak di sana. Kehadiran mereka ikut membangunkan impian di dalam hati para calon orang hebat dan pembaharu bangsa tersebut.

Dengan mengimplementasikan pendidikan yang berkiblat pada kearifan lokal para pengajar ini dapat memberikan solusi untuk pemerataan pendidikan, serta mendorong proses kemajuan pendidikan di Indonesia. Guru berperan menyampaikan kepada anak-anak bangsa di mana pun mereka berada bahwa cakrawala pengetahuan itu begitu luas. Karena itu, anak-anak tersebut berani membangun impian yang bukan hanya terbatas oleh hamparan laut dan hutan belantara, tapi hingga langit di atasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar