Ekonomi Pukul
15.00 di 2013
Rhenald Kasali ; Ketua Program MM UI
|
JAWA
POS, 25 Desember 2012
Kalau ditarik garis lurus
statistik, mestinya pada 2013 Indonesia akan menjadi negara yang makin hebat,
makin menarik secara ekonomi. Dan sulit disangkal bahwa pada 2012 ini hidup
ekonomi kita sangat bagus. Namun, gap yang semakin besar antara si kaya
dan si miskin, saya juga tak menyangkalnya.
Tapi, itu justru menjadi peluang untuk berbagi, bukan? Peluang untuk menjadi pemimpin besar, pejuang sosial, atau ekonom yang hebat masih terbuka lebar. Tinggal Anda mau mengambil posisi atau tidak. Bayangkan saja, Standard Chartered Bank berani meramalkan, tiga tahun lagi, rata-rata pendapatan per orang Indonesia double dari pendapatannya pada 2012, yaitu menjadi USD 6.000! Bahkan, diramalkan, tahun 2030, saat Tiongkok menyalip ekonomi Amerika, Indonesia (posisi ke-6 dunia) akan menyalip Jerman (posisi ke-7). Tapi, bukankah hari telah petang? Pada pukul 15.00, kita diberi kesempatan untuk bersiap-siap menghadapi gelap. Kesulitan Pertumbuhan Saat ekonomi dunia dilanda krisis, saya selalu menyatakan ''Selama bumi ini bulat, maka matahari selalu membagi sinarnya''. Tidak seperti Thomas Friedman yang menyatakan ''The world is flat'', saya bilang Columbus sudah membuktikan bahwa bumi ini tetap bulat. Ya, sekalipun kita semua sudah terhubung, matahari tetap adil. Di sana gelap, di sini terang. Kalau bumi sudah flat, satu gelap semua gelap. Artinya, wajar kita takut kalau Eropa sudah dilanda krisis. Terbukti, ramalan Friedman tak bisa digeneralisasi. Bahkan, ekonomi kita tidak segelap Eropa, tak tertular kesusahannya. Tapi, nanti dulu. Bumi terus berputar dan pada masanya gelap juga akan tiba di sini. Lantas, kalau menjadi gelap, bagaimana proses dan akibatnya? Sebenarnya, hukum ekonomi itu persis hukum alam. Gelap itu tak terjadi tiba-tiba. Semua ada tahapnya, sehingga manusia bisa mempersiapkannya. Mungkin tahun 2010-2012 dapat diibaratkan kita berada pada siang pukul 12.00-15.00. Terik terasa memicu keringat. Nah, saat itulah semua orang ingin datang ke sini, terutama mereka yang tak tahan menghadapi kedinginan di benua Amerika dan Eropa. Bahkan mereka dari negara-negara subtropis seperti Jepang, Korea, dan Tiongkok. Tengoklah bagaimana Toyota, Yamaha, dan lain-lainnya memindahkan pabriknya ke sini. Bukan sekadar pabrik, tapi pabrik terbesarnya di dunia. Tengok pula betapa apartemen-apartemen mewah yang dibangun Podomoro Group dan lain-lainnya habis disewa orang-orang asing di Jakarta. Lihat juga Jakarta Great Sales pada 2011 yang beromzet Rp 8,7 triliun, pada 2012 menembus angka Rp 10 triliun. Nah, masalahnya, kita sekarang mulai mendekati pukul 15.00, sinar mataharinya mulai adem, mulai teduh, sebelum akhirnya beranjak menuju gelap. Namun, pada saat gelap pun, kita bisa melihat rumah-rumah yang tetap terang benderang dengan anak-anak yang bermain ceria, sementara ada rumah yang anyep, dingin, dan gelap. Temboknya tinggi, namun tak tampak ada kehidupan. Ya, seperti itulah perekonomian, sebelum gelap, matahari tampak memerah di langit. Persis ramalan Standard Chartered Bank, Deutsche Bank, atau McKinsey Global Institute. Kalau sudah terang, ke depan akan terang terus. Indonesia diramalkan akan terus berkilauan. Padahal, utang pekerjaan kita masih bertumpuk, mulai sistem pendidikan sampai pemberantasan korupsi, mulai infrastruktur sampai reformasi birokrasi. Seperti apakah kesulitan-kesulitan yang akan dialami? Pertama, ekonomi pukul 15.00 akan ditandai oleh kesulitan-kesulitan mempertahankan ''the best talent''. Terjadi talent war dan orang-orang bagus sulit didapat, apalagi dipertahankan. Akibatnya, rekrutmen tidak bisa dilakukan setahun sekali, melainkan sebulan sekali. Kedua, terjadi lonjakan permintaan terhadap apa saja, khususnya energi dan bahan mentah. Bahkan, demandsudah melebihi supply. Ketiga, kompetisi akan semakin intens, yang berakibat Anda sulit mempertahankan business legacy. Keempat, data-data internal akan cepat bocor, diperdagangkan orang-orang dalam secara ilegal, karena ada pembelinya. Kalau dulu data-data itu terbatas pada customers-based, sekarang masuk hingga employee-based (data karyawan), keuangan, hingga teknologi. Kelima, lonjakan struktur biaya yang tidak diimbangi kesigapan eksekutif menata ulang cara berbelanjanya. Inefisiensi terjadi tanpa disadari dan terdapat keengganan untuk memeranginya karena kenyamanan tak terkira ada di dalamnya. Keenam, generation gap akan membuat banyak perusahaan dan badan-badan pemerintah sulit meningkatkan pelayanan, mempertahankan kaum muda, dan memperbaiki budaya korporat lembaganya. Ketujuh, akan marak terjadi pengambilalihan usaha-usaha menengah yang tidak dikelola dengan baik oleh pengusaha-pengusaha dari negara-negara tetangga menyusul pasar bersama ASEAN 2015. Hostile take overakan menjadi sangat biasa, namun anak-anak muda akan terus membangun usaha-usaha baru. Dengan tujuh poin tersebut, saya kira jelas kita semua harus berbenah. Pembenahan yang saya pikirkan bukanlah sekadar sebuah renovasi, melainkan agak revolusi. Ya, dimulai dengan paradigma atau cara berpikir yang benar-benar baru, yaitu ekonomi pukul 15.00 yang sebentar lagi memasuki masa gelap. Pada jam-jam peralihan itu, kata orang-orang tua, hantu-hantu jahat akan keluar dan mata kita agak rabun di senja hari. Selamat berlibur, sekarang bersenang-senang saja dulu, nanti kita pikirkan lagi bagaimana mengatasinya. Salam. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar