Kartini dan
Rok Mini
Toeti Prahas Adhitama, Anggota
Dewan Redaksi Media Group
SUMBER
: MEDIA INDONESIA, 20 April 2012
“Kalau kita bicara tentang
tergeraknya hasrat seksual lawan jenis karena busana perempuan, itu
relatif. Ada komentar lama yang masih
saja tetap lucu: “Bila bermental porno, melihat patung dua cicak bergumul pun
dia bisa terangsang.”
IWAN
Tirta (alm) suatu kali mengatakan, “Perempuan
ketika sedang berpakaian seperti menyiapkan strategi perang,“-berbusana
untuk menaklukkan (dressed to kill).
Menurut desainer yang gigih memajukan peran batik dalam seni busana Indonesia
itu, perempuan memang seyogianya dengan teliti dan rinci memilih pakaian dan
aksesori sesuai dengan yang ingin dia kesankan. Ada perempuan-perempuan yang
senang tampil sederhana. Ada yang gemar berpakaian dan menghias diri begitu
rupa sehingga, wow, pada akhirnya tampil meriah seperti pohon Natal yang
bergelayutan dengan hiasan. Publik pun akan langsung mengenali selera pemakai.
Apakah busananya sesuai dengan fungsi atau melanggar kepatutan?
Tentang
cara berpakaian yang patut, seorang perempuan tamu Gedung Putih pernah menjadi
bulan-bulanan media massa Amerika karena-sebaliknya dari yang serbaanggun dan
meriah--dia dianggap berbusana terlalu santai dan tidak sopan untuk perjamuan
resmi Gedung Putih. Dalam konteks berbeda, menjelang pertengahan Maret ini,
konferensi puncak tokoh-tokoh perempuan dunia di Lincoln Center mendengar
seloroh Hillary Clinton yang menyebut dirinya The Devil Wears Pantsuits;
merujuk pada film Meryl Streep yang berjudul senada.
Meryl
Streep bertugas memperkenalkan Hillary sebagai pembicara dalam konferensi untuk
memajukan peran kaum perempuan dunia di bidang politik. Ikon politik Amerika
itu menganjurkan perempuan di seluruh dunia terlibat dalam gerakan perubahan.
Dalam peristiwa sepenting itu, Hillary sekilas menyebut `setelan jas-celana'
untuk gaya pakaiannya menunjukkan bahwa perempuan diam-diam selalu sadar akan
busananya, apa pun jabatannya. Apa yang melatarbelakangi ucapan Hillary itu,
hanya dia yang tahu.
Busana Melanggar Etika
Apa
yang menentukan memadai tidaknya etika busana kita? Maka, ketika terjadi
kehebohan soal rok mini di Senayan, timbul banyak pertanyaan: mengapa dianggap
tidak pantas, siapa yang mengenakannya, berapa usianya, apa latarbelakang
profesinya, kelompok mana yang mereka wakili? Apa pula dam pak rok mini
terhadap citra lembaga tinggi DPR? Apakah ada aturan resmi cara berpakaian di
Senayan? Rasanya berlebihan kalau menganggap rok mini mengganggu profesi
anggota DPR. Terkait dengan rok mini pernah dijadikan alasan terjadinya
pemerkosaan di angkot-angkot, apakah itu bukan mengada-ada?
Faktanya,
pakaian minim tentu menarik perhatian. Apa pengaruh selanjutnya, itu berpulang
kepada masing-masing yang melihatnya. Alasan pemakai mungkin saja untuk
menggoda. Pihak lain bisa juga tergoda. Itu perlu bukti kelanjutannya.
Pemandangan
semacam di Senayan itu bukan keanehan di lapangan golf. Namun, gambar tiga
menteri kabinet diapit sederet gadis cantik mengenakan pakaian mini di lapangan
golf toh memancing komentar juru bicara Istana mengenai kepantasan. Gadis-gadis
dengan rambut terurai bebas sampai dada, mengenakan blus kaus ketat, dengan
tangan telanjang sampai mendekati bahu, dan kaki telanjang sampai beberapa inci
di atas lutut, memang membentuk penampilan yang aduhai. Rupanya selera demikian
sedang trendi di kalangan perempuan-perempuan muda, khususnya yang masih remaja
atau yang ingin tampil seperti remaja.
Gambar
foto yang menggelar gadis-gadis seronok dengan tiga menteri sekilas menyiratkan
perubahan peran lapangan golf. Dia bukan sekadar untuk olahraga, tetapi
olahraga plus. Gejalanya, dalam dasawarsa terakhir ini sebagian lapangan golf
di Indonesia dikelola seperti banyak lapangan golf lain di wilayah Asia. Sesuai
dengan kebijakan pengelola, gadis-gadis rupawan dikerahkan menjadi caddy. Akan tetapi soal gaya berpakaian,
caddy putri di lapangan selalu sopan,
tidak seperti yang digambarkan di koran. Di lapangan, umumnya mereka berseragam
kemeja dan celana panjang warna terang, dengan topi yang melindungi wajah dari
sengatan matahari. Sekalipun tidak dressed
to kill, pesona caddy putri bisa
saja menggiurkan.
Tebar Pesona Lewat Busana
Secara
kebetulan wacana pembentukan
satgas pornografi , yang bertujuan menjamin pemberlakuan UU Pornografi No 44
Tahun 2008, muncul hampir berbarengan dengan munculnya gambar tiga menteri dan
gadis-gadis lapangan golf. Itu tentu tidak ada sangkut pautnya walaupun soal
gaya berbusana pernah juga diserempetkan dengan pornografi , seperti yang ada
pada RUU Antipornografi dan Pornoaksi (RUU APP). Persoalan itu sempat
membangkitkan keributan di sejumlah daerah. Simak kalimat di RUU APP berikut
ini: ‘Setiap orang dilarang
mempertontonkan bagian tubuh tertentu yang sensual’.
Kalimat
yang terdapat pada Pasal 25, Bagian Kedua, Bab I tentang Ketentuan Umum itu
multiinterpretasi. Pemakai rok mini bisa kena. Bagaimana pula busana dalam
sendratari Jawa yang mempertontonkan penari dengan bahu terbuka dan lengan
telanjang? Tubuh yang telanjang di bawah leher sampai di atas payudara, dan dua
tangan telanjang merentang meliuk-liuk, jelas memberi kesan sensual. Itu salah
satu contoh.
Dalam
UU No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, yang jauh lebih ringkas daripada RUU
APP sebagai asal-muasal UU Tahun 2004, ada penjelasan berikut ini: `Yang
dimaksud dengan mengesankan ketelanjangan adalah suatu kondisi seseorang yang
menggunakan penutup tubuh, tetapi masih menampakkan alat kelamin secara
eksplisit'.
Bila
berbicara soal seluk-beluk busana, pikiran kita biasanya lebih fokus pada
busana perempuan. Wajar. Bukankah tubuh perempuan dianggap memiliki daya tarik
lebih besar daripada perawakan laki-laki? Begitu rupa sehingga para desainer
lebih tertantang merancang busana untuk perempuan. Apa yang tergerak di pikiran
perancang busana-busana Lady Gaga? Dalam sejarah karier penyanyi putri itu,
sekalipun caranya melantunkan lagu meng hanyutkan, Lady Gaga rasanya lebih
mendebarkan pesona lewat busana.
Namun
kalau kita bicara tentang tergeraknya hasrat seksual lawan jenis karena busana
perempuan, itu relatif. Ada komentar lama yang masih saja tetap lucu: “Bila bermental porno, melihat patung dua
cicak bergumul pun dia bisa terangsang.“ ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar