Jumat, 13 April 2012

Berkah Kotak-kotak Jokowi


Berkah Kotak-kotak Jokowi
Rif’an Zaenal Ehwan, Guru SMAN 1 Jakenan dan SMK Nasional Pati
SUMBER : SUARA MERDEKA, 13 April 2012


MENARIK, ide kreatif Jokowi, Wali Kota Solo, yang kini maju sebagai cagub DKI Jakarta. Dia berencana memproduksi secara massal kemeja kotak-kotak seperti yang dia pakai bersama Ahok (Basuki Tjahaya Purnama) saat mendaftar ke KPU DKI Jakarta beberapa waktu lalu untuk biaya kampanye (SM, 02/04/12).

Alasan yang diungkapkan terkait ide jualan baju kotak-kotak ini adalah karena dia tidak memiliki cukup dana dan cukup bandar (sponsor) jika harus membagi-bagikan kaus, spanduk, apalagi bagi-bagi uang. Jawaban yang ringan namun cerdas. Bahkan menyentil beberapa calon kepala daerah lain yang ketika memasuki masa kampanye sibuk mencari donatur untuk membiayai kampanye.

Kesan calon pemimpin yang kreatif dan pekerja keras akan tersemat padanya berkat ide brilian ini. Meskipun beberapa kalangan melihat cara ini sebagai trik klise mencari perhatian, alumnus Fakultas Kehutanan UGM itu tidak ambil pusing. Dalihnya, sebagai mantan pengusaha, jiwa bisnis bisa muncul di mana dan kapan saja. Konsekuensinya pun jelas yakni untung atau buntung.

Ide mem-branding-kan sebuah kostum untuk kampanye bagi Jokowi memang bukan kali pertama. Saat maju kali pertama sebagai calon kepala daerah Solo, dia tampil dengan ciri khas jaket yang dikenakannya tiap hari. Begitu juga ketika maju kali kedua, dia memakai baju batik bermotif godong kates (daun pepaya-Red). Namun, ide memproduksi massal baju kotak-kotak untuk biaya kampanye baru kali pertama.

Baju kotak-kota, menurut dia, menunjukkan siap menjadi pemimpin di tengah pluralitas warga Jakarta. Toh baju ini tidak identik dengan warna dan lambang partai yang mengusungnya sehingga ketika musim pilkada usai baju ini tetap nyaman dikenakan. Tak seperti kaus partai yang sering kita temui berbahan tipis dengan kualitas di bawah standar. Belum lagi keengganan si pemakai untuk kembali mengenakannya di kemudian hari jika ”empunya” kaus kalah dalam pemilu.

Ekonomi Daerah

Bahan baju kotak-kotak ini dibeli dari Pasar Grosir Tanah Abang Jakarta untuk kemudian dijahit di pusat UKM konfeksi di Kalioso Kabupaten Karanganyar dan Kalijambe Kabupaten  Sragen. Ratusan tenaga kerja akan terserap. Mulai penjual kain, jasa pengiriman barang, sopir, penjahit baju, hingga penjual baju di pasar-pasar tradisional.

Hal ini juga dapat dimaknai bahwa Jokowi lebih memilih berkoalisi dengan UKM dan pedagang kecil ketimbang pengusaha properti di Jakarta yang lebih tebal uangnya. Alasannya cukup gampang diraba. Politik balas jasa yang lazim terjadi di berbagai daerah bisa diminimalisasi. Sebagaimana kita sadari ketika ada calon kepala daerah maka pengusaha berduyun-duyun menawarkan bantuan. Utamanya menjaring suara dari si miskin yang jumlahnya lebih besar dari pengusaha. Kemudian ketika calon itu memenangi pilkada mereka akan meminta balas jasa berupa kemudahan perizinan atau kemudahan lainnya.

Terkait dengan konsep Jokowi, nilai positif lain yang bisa kita ambil adalah masyarakat diajak kembali, atau minimal diingatkan, untuk menoleh atau memilih produk dalam negeri. Baju kotak-kota yang semula dibeli di toko di Jakarta seharga Rp 400 ribu per 3 potong atau rata-rata Rp135 ribu/ kemeja akan diproduksi dan dijual ulang dengan harga Rp 75 ribu-Rp 100 ribu per potong. Terlihat lebih murah, namun UKM dan para pengecer tetap bisa memperoleh keuntungan.

Selain bisa menggalang dana kampanye, UKM dan home industry di Jateng pun akan mendapat berkahnya. Omzet penjualan meningkat dan ciri khas daerah juga menguat. Bahkan jika sang calon kepala daerah tersebut belum berhasil memenangi pilkada, ia telah berjasa mengangkat ekonomi masyarakat kecil. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar