Kerawanan
Bus Pemudik
Totok Siswantara ;
Pengkaji Transformasi Teknologi dan Infrastruktur
|
KORAN
JAKARTA, 18 Juli 2014
Jumlah pemudik Lebaran tahun ini yang
memakai moda transportasi massal sekitar 19 juta. Ada kecenderungan jumlah
pemudik yang menggunakan angkutan bus meningkat karena tiket pesawat dan
kereta api terbatas. Memang beberapa tahun belakangan, pengusaha bus mengeluh
saat Lebaran karena tidak laku karena praktik mudik bareng.
Rasanya mudik bareng yang diselenggarakan
perusahaan atau parpol relatif menggunakan bus-bus bagus. Sementara itu,
pemudik yang menggunakan bus umum panas waswas karena kondisi bus antarkota
antarprovinsi (AKAP) dan antarkota dalam provinsi (AKDP) banyak masalah.
Umumnya bus sudah tua sehingga sangat mengkhawatirkan. Bus tua itu dipoles
ala kadarnya untuk angkutan Lebaran. Maka, perlu sekali diadakan uji kelaikan
bus. Kecelakaan bus juga bisa karena jalan rusak yang hanya ditambal sulam. Selain
itu, perawatan busa tidak maksimal karena suku cadang makin mahal.
Perusahaan tidak mampu meremajakan armada
karena pendapatan semakin menurun. Kementerian Perhubungan perlu memberi
insentif misalnya keringanan bea masuk impor suku cadang atau impor bus.
Selama ini, perusahaan terus berupaya menekan biaya operasional. Tetapi ini
cenderung mengurangi kenyamanan dan merawankan keselamatan penumpang.
Cara-cara teknis dalam menekan biaya operasional
seperti menerapkan sistem transmisi bus otomatis belum dilakukan seluruh
pengusaha. Meski begitu, satu dua perusahaan mulai memperkenalkan bus dengan
transmisi otomatis. Penggunaan transmisi otomatis bisa menekan biaya
operasional. Contohnya penggantian oli transmisi hingga 240 ribu km sehingga
sangat efisien. Sedangkan pada transmisi manual penggantian oli dilakukan per
40 ribu km. Perbandingan harga transmisi manual sekitar 75 juta rupiah per
unit, sedangkan harga transmisi otomatis 185 juta. Selisih harga tersebut
bisa ditutup dengan efi siensi pada kanvas rem dan umur ban yang lebih
panjang.
Pihak yang telah menerapkan aplikasi
transmisi otomatis dengan baik adalah pengelola bus Transjakarta. Pada
transmisi otomatis putaran mesin diatur dengan perangkat Transmission Control
Module (TCM). Perangkat tersebut memungkinkan gigi transmisi berpindah
dinamis mengikuti batas putaran mesin yang ditentukan, biasanya di kisaran
2000 RPM. Dengan TCM karakter pengemudi juga bisa diketahui, ugal-ugalan atau
bukan. Rem Hasil penelitian menunjukkan bahwa rem menjadi penyebab utama
kecelakaan bus karena tidak berfungsi. Pemerintah jangan hanya memikirkan
pembangunan ruas jalan tol.
Jalan nontol juga harus dibangun. Yang
sudah ada dipelihara dengan baik agar memenuhi kualitas atau standar jalan.
Pemeliharaan jalan nontol selama ini dilakukan secara serampangan dan sarat
korupsi. Ketidaknyamanan pengemudi membuat cepat lelah karena ergonomi pada
kabin pengemudi bus yang tidak sesuai dengan rata-rata kondisi fisik orang
Indonesia. Maka perlu analisis kursi, pedal, setir, perseneling, dashboard,
display, dan panel. Untuk mengurangi kerawanan angkutan bus perlu kajian
mendalam atas regulasi dan perkembangan desain bodi bus. Perlu dikani
ketentuan dan standardisasi sasis, sistem kemudi, tangki bahan bakar, serta
panel kontrol unit elektronik.
Komponen ini dibuat langsung agen pemegang
merek (APM) atau pabrikan. Disinyalemen ada karoseri yang mengubah tanpa
rekomendasi atau sertifi kasi. Selain itu, karoseri juga acap kali mengubah
dimensi keseluruhan kendaraan, tanpa mengikuti ketentuan. Hingga kini belum
ada standar angkutan bus seperti konfi gurasi tempat duduk yang sebenarnya
bisa mengurangi risiko bila kecelakaan. Angkutan massal pemudik Lebaran
membutuhkan infrastruktur terminal terpadu yang sampai kini masih parsial
seperti di terminal Pulogebang Sentra Timur. Belum ada integrasi yang baik
antarmoda sehingga infrastruktur tersebut kurang efektif mendukung arus mudik
Lebaran.
Terminal terpadu mengintegrasikan antarmoda
transportasi guna memenuhi kebutuhan warga kota. Pembangunan terminal terpadu
mestinya juga berdasarkan proyeksi penumpang yang valid hingga beberapa tahun
ke depan. Terminal terpadu sebaiknya juga terkait moda kereta api dan bisa
menyusun rantai logistik lebih efektif serta mengurangi kemacetan.
Sebab terjadi konsolidasi pengangkutan
barang sebelum masuk ke dalam kota. Tak bisa dipungkiri usaha logistik
semakin mencari bentuk lebih efektif, inovatif dan sesuai dengan tempat
usaha. Saat ini, pembangunan terminal terpadu semakin kurang efektif karena
ekspansi usaha angkutan travel yang melayani penumpang dari titik
pemberangkatan di pusat-pusat bisnis. Hal itu telah melemahkan usaha angkutan
bus.
Pemerintah sebaiknya antisipatif dan segera
mencari solusi untuk mengatasi tingkat kerawanan angkutan bus bagi pemudik Lebaran.
Kondisi operator angkutan bus harus dibantu keluar dari berbagai persoalan
tadi, utamanya semakin mahalnya biaya perawatan dan suku cadang. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar