Sabtu, 19 Juli 2014

Kerawanan Bus Pemudik

                                          Kerawanan Bus Pemudik

Totok Siswantara  ;   Pengkaji Transformasi Teknologi dan Infrastruktur
KORAN JAKARTA,  18 Juli 2014
                                                


Jumlah pemudik Lebaran tahun ini yang memakai moda transportasi massal sekitar 19 juta. Ada kecenderungan jumlah pemudik yang menggunakan angkutan bus meningkat karena tiket pesawat dan kereta api terbatas. Memang beberapa tahun belakangan, pengusaha bus mengeluh saat Lebaran karena tidak laku karena praktik mudik bareng.

Rasanya mudik bareng yang diselenggarakan perusahaan atau parpol relatif menggunakan bus-bus bagus. Sementara itu, pemudik yang menggunakan bus umum panas waswas karena kondisi bus antarkota antarprovinsi (AKAP) dan antarkota dalam provinsi (AKDP) banyak masalah. Umumnya bus sudah tua sehingga sangat mengkhawatirkan. Bus tua itu dipoles ala kadarnya untuk angkutan Lebaran. Maka, perlu sekali diadakan uji kelaikan bus. Kecelakaan bus juga bisa karena jalan rusak yang hanya ditambal sulam. Selain itu, perawatan busa tidak maksimal karena suku cadang makin mahal.

Perusahaan tidak mampu meremajakan armada karena pendapatan semakin menurun. Kementerian Perhubungan perlu memberi insentif misalnya keringanan bea masuk impor suku cadang atau impor bus. Selama ini, perusahaan terus berupaya menekan biaya operasional. Tetapi ini cenderung mengurangi kenyamanan dan merawankan keselamatan penumpang.

Cara-cara teknis dalam menekan biaya operasional seperti menerapkan sistem transmisi bus otomatis belum dilakukan seluruh pengusaha. Meski begitu, satu dua perusahaan mulai memperkenalkan bus dengan transmisi otomatis. Penggunaan transmisi otomatis bisa menekan biaya operasional. Contohnya penggantian oli transmisi hingga 240 ribu km sehingga sangat efisien. Sedangkan pada transmisi manual penggantian oli dilakukan per 40 ribu km. Perbandingan harga transmisi manual sekitar 75 juta rupiah per unit, sedangkan harga transmisi otomatis 185 juta. Selisih harga tersebut bisa ditutup dengan efi siensi pada kanvas rem dan umur ban yang lebih panjang.

Pihak yang telah menerapkan aplikasi transmisi otomatis dengan baik adalah pengelola bus Transjakarta. Pada transmisi otomatis putaran mesin diatur dengan perangkat Transmission Control Module (TCM). Perangkat tersebut memungkinkan gigi transmisi berpindah dinamis mengikuti batas putaran mesin yang ditentukan, biasanya di kisaran 2000 RPM. Dengan TCM karakter pengemudi juga bisa diketahui, ugal-ugalan atau bukan. Rem Hasil penelitian menunjukkan bahwa rem menjadi penyebab utama kecelakaan bus karena tidak berfungsi. Pemerintah jangan hanya memikirkan pembangunan ruas jalan tol.

Jalan nontol juga harus dibangun. Yang sudah ada dipelihara dengan baik agar memenuhi kualitas atau standar jalan. Pemeliharaan jalan nontol selama ini dilakukan secara serampangan dan sarat korupsi. Ketidaknyamanan pengemudi membuat cepat lelah karena ergonomi pada kabin pengemudi bus yang tidak sesuai dengan rata-rata kondisi fisik orang Indonesia. Maka perlu analisis kursi, pedal, setir, perseneling, dashboard, display, dan panel. Untuk mengurangi kerawanan angkutan bus perlu kajian mendalam atas regulasi dan perkembangan desain bodi bus. Perlu dikani ketentuan dan standardisasi sasis, sistem kemudi, tangki bahan bakar, serta panel kontrol unit elektronik.

Komponen ini dibuat langsung agen pemegang merek (APM) atau pabrikan. Disinyalemen ada karoseri yang mengubah tanpa rekomendasi atau sertifi kasi. Selain itu, karoseri juga acap kali mengubah dimensi keseluruhan kendaraan, tanpa mengikuti ketentuan. Hingga kini belum ada standar angkutan bus seperti konfi gurasi tempat duduk yang sebenarnya bisa mengurangi risiko bila kecelakaan. Angkutan massal pemudik Lebaran membutuhkan infrastruktur terminal terpadu yang sampai kini masih parsial seperti di terminal Pulogebang Sentra Timur. Belum ada integrasi yang baik antarmoda sehingga infrastruktur tersebut kurang efektif mendukung arus mudik Lebaran.

Terminal terpadu mengintegrasikan antarmoda transportasi guna memenuhi kebutuhan warga kota. Pembangunan terminal terpadu mestinya juga berdasarkan proyeksi penumpang yang valid hingga beberapa tahun ke depan. Terminal terpadu sebaiknya juga terkait moda kereta api dan bisa menyusun rantai logistik lebih efektif serta mengurangi kemacetan.

Sebab terjadi konsolidasi pengangkutan barang sebelum masuk ke dalam kota. Tak bisa dipungkiri usaha logistik semakin mencari bentuk lebih efektif, inovatif dan sesuai dengan tempat usaha. Saat ini, pembangunan terminal terpadu semakin kurang efektif karena ekspansi usaha angkutan travel yang melayani penumpang dari titik pemberangkatan di pusat-pusat bisnis. Hal itu telah melemahkan usaha angkutan bus.

Pemerintah sebaiknya antisipatif dan segera mencari solusi untuk mengatasi tingkat kerawanan angkutan bus bagi pemudik Lebaran. Kondisi operator angkutan bus harus dibantu keluar dari berbagai persoalan tadi, utamanya semakin mahalnya biaya perawatan dan suku cadang. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar