Senin, 07 Juli 2014

Debat Capres

                                                           Debat Capres

Jaya Suprana  ;   Budayawan
KOMPAS,  05 Juli 2014



MANFAAT acara debat capres bisa diperdebatkan secara jauh lebih seru ketimbang sang acara debat capres an sich. Namun, hasil perdebatan akhirnya juga kurang jelas, terutama apa manfaat bagi para pemeran utama dalam kehidupan bernegara dan berbangsa ini yang sebenarnya adalah rakyat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata debat bermakna pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.

Menarik bahwa KBBI menambahkan contoh debat lain yang terkesan tidak terlalu positif, yaitu debat kusir sebagai bentuk debat yang tidak disertai alasan yang masuk akal.

Dapat disimpulkan bahwa pada kenyataannya yang disebut debat itu tidak selalu bagus sebab tidak terjamin selalu disertai alasan yang masuk akal.
Dalam falsafah Pancasila, istilah yang digunakan sebagai bentuk interaksi komunikasi demi mencapai mufakat adalah musyawarah, bukan debat.

Dalam budaya Indonesia memang sikap dan perilaku debat tidak terlalu diutamakan, beda dengan masyarakat Yunani Kuno zaman Sokrates atau politik Inggris dan Amerika Serikat masa kini.

Masyarakat tradisional Jawa tidak menyenonohkan anak muda mendebat orang tua. Di TNI, mendebat atasan sangat tidak dibenarkan, bahkan tergolong pelanggaran disiplin kelas berat!

Karena pada hakikatnya debat tidak termasuk budaya bangsa, tampaklah suasana trial and erroryang meraba-raba ke sana ke mari untuk menatalaksana acara debat capres. Kesannya masih kaku dan terlalu diatur.

Manfaat

Jika acara debat capres diharapkan dapat membantu rakyat agar bisa memilih mana capres dan cawapres terbaik, sebenarnya hasil debat jauh panggang dari api.

Pandai berdebat pada hakikatnya bukan syarat utama bagi presiden dan wakil presiden agar mampu memimpin sebuah negara dan bangsa besar seperti Indonesia.

Memang kemampuan debat membuat seseorang mampu meyakinkan orang lain tentang kebenaran pendapatnya. Jika pendapat sang pemimpin memang positif dan konstruktif, nilai debat juga menjadi positif dan konstruktif.

Sayang, belum tentu keyakinan seorang pemimpin positif dan konstruktif sebab bisa saja negatif, bahkan destruktif. Kepiawaian berdebat bisa disalahgunakan untuk menisbikan pendapat yang sebenarnya bermanfaat bagi kepentingan rakyat.

Lebih celaka lagi, kepandaian berdebat bisa disalahgunakan untuk mematahkan anggapan yang sebenarnya benar-benar benar sehingga menjadi terkesan tidak benar.

Sejarah membuktikan bahwa tokoh-tokoh diktaktor, mulai dari Napoleon sampai Hitler, merupakan tokoh-tokoh yang sangat pandai meyakinkan dalam berdebat, padahal sebenarnya pendapatnya sangat keliru. Ibarat tong kosong, para diktaktor itu nyaring bunyinya.

Ada pula yang meyakini kemampuan berdebat sebagai cerminan kecerdasan seorang pemimpin, apalagi sebagai presiden Republik Indonesia. Jangan lupa fakta bahwa para penipu dan koruptor pada lazimnya cerdas.

Makin cerdas seorang penipu dan koruptor makin kecil pula kemungkinan penipuan dan korupsi akan ketahuan. Begitu banyak penipu dan koruptor yang sedemikian cerdas sehingga leluasa merajalela tanpa pernah tertangkap.

Produk hiburan

Manfaat debat capres bisa diperdebatkan sampai akhir zaman. Namun, yang tidak bisa diperdebatkan adalah memang debat capres benar-benar bermanfaat, yaitu sebagai produk hiburan industri jurnalistik!

Konon, acara adu-debat antarcapres kali ini memiliki nilai rating tidak kalah tinggi dibandingkan dengan acara adu-tendang-bola Piala Dunia.

Pengelola stasiun televisi bisa menjual acara adu-debat capres sebagai produk hiburan dengan harga setinggi langit, tetapi tetap digandrungi para pemasang iklan terlepas dari bermutu tidaknya acara itu sendiri.

Bahkan, mereka yang disebut atau menyebut dirinya sebagai pakar pengamat politik sampai pengamat bahasa tubuh bisa ikut menikmati honor dari jasa analisis dan komentar mengenai apa saja yang terjadi ataupun tidak terjadi di arena adu-debat capres.

Mereka yang disebut ahli public relations bersaing menawarkan jasa konsultasi pencitraan (dengan harga tidak murah) tentang bagaimana cara berbicara dan berdebat yang tepat, cara berbusana dan menata rambut, sampai senyum yang konon ampuh meningkatkan suara rakyat.

Sebagai produk hiburan kelas yang laris manis, tidak bisa didebat bahwa acara debat capres memang benar-benar bermanfaat.

Insya Allah, dalam kemelut gairah keasyikan mengeruk duit semaksimal mungkin dari acara debat capres, jangan sampai mereka yang terlibat dalam industri produk hiburan dahsyat-mandraguna itu mabuk kepayang sehingga melupakan, apalagi mengorbankan, kepentingan rakyat.

Jangan sampai akibat acara debat capres malah menyesatkan rakyat sehingga keliru memilih capres yang pandai berdebat, tetapi sebenarnya tidak berpihak kepada rakyat dan tidak pandai memimpin negara dan bangsa. Merdeka!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar