|
KALI pertama dalam 17 tahun terakhir, pemerintah AS menghentikan
(shutdown) sebagian layanan umum
karena tidak disetujuinya APBN untuk tahun fiskal berikutnya. Penyebabnya
perbedaan pendapat antara Partai Demokrat yang menguasai DPR dan Partai
Republik yang menguasai Senat.
Perbedaan itu menyangkut program atau skema asuransi
kesehatan Obama (Obamacare). Partai
Republik menuntut penghapusan program itu karena memperbesar defisit APBN,
sementara Partai Demokrat menolak (SM,
2/10/13). Intervensi atau pengaruh keputusan politik terhadap ekonomi atau
istilah populernya ekonomi politik di AS memang dikuasai dua partai besar,
yaitu Republik dan Demokrat.
Keputusan politik yang memengaruhi ekonomi tidak akan
menjadi masalah jika yang menguasai DPR dan Kongres adalah partai yang sama.
Perbedaan dominasi pada dua lembaga tinggi negara itu terjadi karena memang
filosofi, dan secara otomatis melahirkan program kerja yang berbeda.
Pasar Vs
Pemerintah
Filosofi Partai Republik adalah promekanisme pasar dan
meminimalkan peran pemerintah. Peran pemerintah yang terlalu besar justru
menghambat perekonomian karena birokrasi terlalu rumit DAN menciptakan ekonomi
biaya tinggi (resmi lewat proses panjang dan berbagai pungutan pemerintah) dan
atau tidak resmi lewat korupsi.
Filosofi itu direalisasikan dalam program kerja yang propasar
dan pengusaha, serta meminimalkan peran pemerintah. Contoh adalah pemotongan
pajak. Logikanya dengan pemotongan pajak maka dunia usaha dan pasar bergairah.
Bila dunia usaha bergairah maka tercipta kesempatan kerja besar sehingga
ekonomi bergerak cepat.
Contoh program lain, pemotongan berbagai subsidi kepada
masyarakat, misal berbagai program asuransi seperti asuransi kesehatan yang
diinisiasi Obama yang kemudian jadi masalah. Partai Republik berpendapat
subsisi akan memboroskan APBN dan menciptakan distorsi kepada pasar sehingga
kinerja ekonomi yang tercipta pun semu atau tidak sesuai kenyataan.
Para pemikir dari Partai Republik adalah ekonom dari
Universitas Chicago. Mereka memang propasar sebagai pengatur (regulator)
ekonomi terbaik. Mereka beraliran ekonomi klasik dikomandani ”Nabi” Ilmu
Ekonomi, Adam Smith.
Konon bila mahasiswa fakultas ekonomi (S-1, S-2, dan S-3)
ingin cepat lulus maka karya tulis (skripsi, tesis, dan disertasi) haruslah
menyimpulkan bahwa pasar lebih baik daripada peran pemerintah. Jika tidak,
”sampai mati” pun skripsi, tesis, atau disertasi itu tidak bakal disetujui dan
diluluskan.
Di sisi lain, filosofi Partai Demokrat adalah pemerintah
perlu campur tangan secara aktif mengatur perekonomian karena pasar terbukti
gagal mengatasi berbagai masalah seperti inflasi, pengangguran, kemiskinan,
defisit neraca pembayaran internasional, dan lain-lain. Jika diserahkan hanya
kepada pasar maka berbagai masalah perekonomian itu tidak bisa terselesaikan.
Filosofi itu dijabarkan dalam program kerja semisal subisdi untuk penganggur
dan orang miskin. Salah satu bentuknya adalah asuransi kesehatan yang saat ini
jadi masalah. Untuk membiayai subsidi itu maka sumber dana utama berasal dari
pajak. Jadi, program kerja lain dari Demokrat adalah meningkatkan pajak yang
tentu saja berlawanan dengan program Republik.
Para pemikir dari Partai Demokrat adalah ekonom dari
Universitas Harvard. Mereka memang terkenal procampur tangan pemerintah yang
aktif dalam perekonomian. Pandangan ini lahir dari pemikiran ekonom Inggris,
John Maynard Keynes. Pemikiran Keynes tentang perlunya campur tangan pemerintah
secara aktif dalam perekonomian karena terjadi depresi besar ekonomi tahun
1933.
Pada saat depresi besar ekonomi, mekanisme pasar ternyata
tak bisa mengatasi. Di sisi lain, Keynes menuduh depresi besar tersebut
disebabkan oleh pembiaran perekonomian dipimpin oleh pasar tanpa campur tangan
aktif pemerintah. Maka juga konon kabarnya, mahasiswa (S-1, S-2, dan S-3) dalam
skripsi, tesis, dan disertasi harus menyimpulkan peran pemerintah yang aktif
dalam perekonomian selalu lebih baik ketimbang membiarkan perekonomian
dibimbing mekanisme pasar. Jika skripsi, tesis, dan disertasi berlawanan dengan
kesimpulan bahwa peran pemerintah yang aktif dalam perekonomian maka tak bakal
disetujui dan diluluskan.
Tak Beda Jauh
Bagaimana ekonomi politik di Indonesia? Partai-partai di
Indonesia tampaknya memilih untuk tidak berbeda jauh dalam hal filosofi dan
program kerja. Mungkin karena mereka tidak mau berspekulasi kehilangan pemilih
karena program kerja yang berbeda terlalu jauh. Hal itu juga didukung tiadanya
aliran pemikiran yang berbeda secara mencolok di universitas-universitas
terkemuka di Indonesia.
Jadi partai apa pun yang berkuasa tidak akan menimbulkan
masalah karena program kerja relatif saja. Memang bisa timbul masalah bila
antara partai pengusung kepala pemerintahan (presiden, gubernur, bupati/wali
kota) dan yang menguasai parlemen (DPR dan DPRD), berbeda.
Konflik bisa terjadi pada pengesahan anggaran (APBN atau
APBD) dan pada penilaian laporan pertanggungjawaban kepala pemerintahan. Tetapi
konflik itu pun bukan karena perbedaan filosofi dan program kerja melainkan
karena ”semangat’’ asal beda dan saling menjegal. Bisa saja ujung-ujungnya
tercapai kompromi kendati dengan penyuapan kepada anggota parlemen. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar