|
Saya adalah ibu dari dua anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar,
sekaligus bekerja sebagai supervisor produksi di sebuah pabrik garmen. Saya
sering mendapati anak buah saya yang kurang berprestasi dalam mencapai target
kerja. Kata ahli psikologi yang sempat saya baca bukunya, atasan harus lebih
banyak memberi reinforcement ketimbang
hukuman terhadap anak buah. Nah, rasanya tak kurang saya memberi pujian atau
perhatian kepada mereka. Bahkan, walaupun menurut saya sebenarnya anak buah
belum perlu saya puji, saya beri saja supaya mereka semangat dan melakukan
hal-hal sesuai dengan pujian saya.
Terhadap anak-anak, saya juga tidak pelit memuji. Toh memuji tidak
merugikan saya, khususnya secara material, secara perasaan memang saya sering
merasa ragu, apakah saya sudah benar memuji anak-anak karena saya melihat
mereka seperti tak peduli dengan pujian saya. Maksud saya, dampak ke perilaku
yang lebih baik belum kelihatan. Harusnya anak-anak kalau sering dipuji, kan,
prestasinya lebih baik, ya? Mohon petunjuk dari Ibu bagaimana memberikan pujian
yang benar. Terima kasih.
M, 37 tahun.
Ibu M yang baik,
Sesungguhnya kebanyakan orang, meski sudah berhasil menyelesaikan
sesuatu dan tampaknya percaya diri, masih menderita kekurangan pujian.
Jadi sudah benar prinsip Anda untuk memberikan lebih banyak pujian daripada
hukuman. Pengalaman yang sering terjadi adalah ketika segala sesuatu berjalan dengan baik, tak seorang pun mengatakan bahwa segalanya telah berlangsung lancar; tetapi ketika situasi
berlangsung dengan buruk, pasti langsung menjadi fokus perhatian dan sepertinya
semua berantakan. Jadi tetaplah berupaya untuk memberi pujian, hanya memang
perlu memperhatikan beberapa ketentuan.
Memuji orang, jika dilakukan secara murni dan tulus, merupakan suatu
perilaku yang umumnya disambut dengan senang hati dan cenderung mendorong orang
lain untuk berperilaku dengan baik. Bagaimana sebaiknya Anda memuji orang
secara efektif sehingga berfungsi sebagai pendorong? Berikut adalah beberapa
penjelasan dari Peter Honey (1988), seorang psikolog dan konsultan manajemen di
banyak perusahaan.
Spesifik
Pujian yang efektif haruslah bersifat spesifik, contohnya ibu
mengatakan: ”Clara, kamu sudah menyelesaikan pekerjaan rumah berhitung secara
bagus, kamu cermat, tak ada satu soal pun yang salah, dan tulisanmu juga rapi,
padahal lumayan banyak ya tugasmu kali ini.” Ucapan semacam ini
mengomunikasikan kepada seseorang hal-hal yang telah Anda amati atau dengar
bahwa ia layak memperoleh pujian. Pujian yang bersifat umum tidak berarti
apa-apa bagi yang menerimanya dan biasanya diterima oleh seseorang tanpa dampak
apa pun. Contohnya: ”Tini, kamu pekerja yang baik,” tanpa ada penjelasan
lanjutan.
Berikan
alasan dan fakta
Melanjutkan ucapan pujian dengan menyampaikan alasannya, jika perlu
mengajukan pertanyaan, mengutarakan fakta-faktanya, tanyakan apa yang dia pikir
sebaiknya dilakukan untuk menunjukkan bahwa hal tersebut benar. Pujian semacam
ini menunjukkan bahwa Anda memang bersungguh-sungguh dan di samping itu
memberikan umpan balik yang berguna untuk juga ikut belajar dari hal tersebut.
Hasil
lebih dari harapan
Memujilah untuk sesuatu yang lebih baik dari hasil yang diharapkan
karena seseorang telah melebihi target, karena dia telah melakukan usaha
ekstra, karena dia biasanya datang terlambat dan sebagainya. Jangan memberi
pujian untuk tercapainya suatu kinerja yang memang telah diharapkan karena
malah akan dipertanyakan dan menimbulkan kebingungan. Contohnya, apabila anak
terbiasa bangun tidur tepat waktu, tak usah memujinya dengan mengatakan: ”Bagus
Nak, kamu bangun pagi.”
Pisahkan
pujian dan kritik
Memuji diberikan secara tersendiri atau terpisah sehingga dapat
dipercaya. Apabila dicampur dengan kritik, malah akan mencurigakan. Relasi yang
jujur akan berkembang lebih baik ketika orang berbicara secara
”lurus/langsung”. Berikan pujian jika memang dia layak mendapatkannya, kemudian
apabila Anda memandang kritik juga perlu bagi orang tersebut, berikan
setelahnya. Jadi tidak mencampurkan keduanya sekaligus. Tidaklah efektif
memberikan pujian dengan cara ”sandwich”, di mana pujian diberikan terlebih
dahulu untuk membuat orang lain mau menerima kritik Anda (yang sebenarnya
merupakan alasan utama yang ingin Anda sampaikan), kemudian diikuti oleh
potongan pujian lainnya dengan harapan dapat mendorong orang tersebut untuk
berusaha lebih keras di masa selanjutnya dan berharap dia merasa lebih nyaman
dengan kritik yang Anda sampaikan.
Saat
ini dan di sini
Pujian hendaknya diarahkan ke kondisi saat ini dan di tempat ini, bukan
untuk tujuan menjadi simpanan di masa depan. Artinya, dalam memuji kita tidak
perlu mengharap sesuatu yang lebih bermanfaat akan terjadi nanti.
Layak
dan pantas
Pujian hendaknya diberikan kapan pun apabila memang seseorang pantas
mendapatkannya, tidak hanya pada kondisi atau situasi yang khusus, karena untuk
memberikan kesan yang baik kepada pihak ketiga. Pujian akan menjadi tidak
efektif jika diberikan secara boros hanya ketika orang-orang yang lebih senior
hadir. Orang-orang segera akan menyadari bahwa tujuan Anda sebenarnya hanyalah
untuk mengesankan atasan daripada memberikan pujian secara murni dan ikhlas.
Nah, Ibu M apakah dalam memberikan pujian baik terhadap anak maupun
bawahan, Ibu sudah memperhitungkan keenam butir di atas?
Selamat mencoba dan sukses. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar