Senin, 01 Juli 2013

Media Sosial untuk Apa?

Media Sosial untuk Apa?
Tjahja Gunawan Diredja ;  Wartawan Kompas
KOMPAS, 28 Juni 2013


Dalam beberapa tahun belakangan ini, sebagian orang sudah berkomunikasi melalui media sosial seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi. Jadi tidak heran, dalam praktiknya, pola baru dalam berkomunikasi ini justru ”menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh”.

Seorang teman mengeluhkan perilaku anaknya yang masih remaja karena saat diajak berwisata ke luar kota pada akhir pekan, anaknya justru asyik sendiri dengan gadget-nya, berhubungan secara virtual dengan teman-temannya, terkesan seolah-olah dia tidak menikmati liburan tersebut.

Pola komunikasi generasi tua dan anak-anak muda saat ini boleh jadi berbeda, tetapi ada juga orangtua-orangtua yang berusaha beradaptasi dan mengikuti kebiasaan yang dilakukan generasi muda yang menggandrungi media sosial.

Sebagian orangtua tidak menggunakan media sosial sangat boleh jadi karena merasa gagap teknologi. Akan tetapi, ada juga yang menganggap media sosial, seperti Twitter dan Facebook, sekadar media untuk narsis. Bahkan ada juga yang menggunakan media sosial hanya untuk mengungkapkan keluhan, ketidakpuasan, sinisme, prasangka, dan bahkan memaki-maki orang lain.

Namun, pada akhirnya penggunaan media sosial bergantung pada kebutuhan setiap orang. Bagi sebagian orang, media sosial kini telah menjadi kebutuhan, baik untuk memperluas pertemanan, promosi usaha dan bisnis, melakukan gerakan sosial, sarana untuk menggalang dukungan dan simpati, maupun untuk membangun citra diri yang positif alias pencitraan.

Keith Lin, pengajar pada Nanyang Technological University (NTU) Singapura pada pelatihan tentang media sosial yang diberikan kepada sejumlah wartawan Indonesia di Singapura, beberapa waktu lalu, membeberkan sejumlah data tentang pertumbuhan serta penetrasi penggunaan jejaring media sosial di Asia, khususnya di Indonesia.

Pengguna jejaring sosial

Mengutip data yang yang dirilis ComScore, Februari 2012, Keith Lin menjelaskan, 33 persen pengguna jejaring sosial di dunia berada di kawasan Asia Pasific, sementara di Eropa 30 persen, Amerika Utara 18 persen, Amerika Latin 10 persen, dan sisanya di kawasan Timur Tengah dan Afrika yang hanya 9 persen.
Dalam tiga bulan terakhir tahun 2012, sebanyak 43,8 juta penduduk Indonesia termasuk pengguna jejaring sosial Facebook. Ini telah menempatkan Indonesia pada urutan keempat di dunia dalam penggunaan Facebook setelah Amerika, Brasil, dan India.

Demikian pula dalam penggunaan Twitter, saat ini Indonesia masuk dalam lima besar pengguna jejaring sosial tersebut.

Pesatnya perkembangan media sosial saat ini karena semua orang seperti bisa memiliki medianya sendiri.
Sekarang hampir semua orang bisa mengakses media sosial melalui jaringan internet, tanpa biaya besar, tanpa alat yang mahal dan dilakukan sendiri, di mana dan kapan saja. Bahkan sekarang peristiwa besar bisa segera diketahui dengan cepat di media sosial.

Kehadiran media sosial juga menjadi tantangan bagi media konvensional, seperti koran, televisi, dan radio. Kecepatan informasi dari media sosial biasanya lebih cepat dibandingkan dengan media konvensional. Ini bisa dimaklumi karena memang jurnalisme harus mengedepankan check and recheck.

Sering kali di lingkungan pelaku industri media massa terungkap kekhawatiran, apakah media sosial akan mematikan media konvensional?

Menghadapi gelombang perubahan teknologi yang disertai dengan arus deras informasi, industri media massa konvensional memang dituntut untuk bisa melakukan langkah-langkah kreatif dan inovatif agar produk-produk media yang dihasilkannya bisa diterima dan dinikmati masyarakat.

Saat ini, masyarakat membutuhkan informasi yang lebih dinamis, interaktif, dan ingin tahu lebih banyak dari yang disediakan oleh media konvensional. Dulu, informasi bersifat pasif. Pengusaha media dan para pelaku di media konvensional menggelontorkan informasi hanya satu arah.

Sekarang sudah mengalami pergeseran, konsumen tidak mau seperti itu lagi. Sekarang masyarakat menginginkan sajian informasi yang lebih interaktif seperti di media sosial.

Selain itu, keinginan masyarakat sekarang terhadap informasi semakin beragam, bahkan harus lebih cepat dibandingkan dengan media sosial, baik Facebook maupun Twitter. Oleh karena itu, mau tidak mau, suka atau tidak suka, sekarang pengusaha dan pengelola media harus menyesuaikan bisnis media konvensional dengan media sosial.

Penyesuaian tersebut dilakukan dengan cara membuat media konvensional menjadi lebih interaktif, lebih instan, dan bisa menyampaikan informasi dengan cepat tanpa mengorbankan akurasi, lebih mudah diproses dan didistribusikan melalui media sosial, dan lebih bervariasi dengan diperkaya melalui foto dan grafis yang menarik.


Pengusaha dan pengelola media konvensional tidak bisa melawan arus terhadap kehadiran media sosial ini. Justru dengan begitu, dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan konten yang berkualitas. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar