Kamis, 05 April 2012

Peta Calon dan Mimpi Pilkada DKI Jakarta


Peta Calon dan Mimpi Pilkada DKI Jakarta
M Rosit, Staf Peneliti di The Political Literacy Institute, Jakarta,
 Mahasiswa Pascasarjana Komunikasi Politik FISIP UI
SUMBER : SINAR HARAPAN, 04 April 2012



Wacana tentang Pilkada DKI Jakarta semakin ramai dan semarak. Tak hanya pengamat politik yang mencoba memprediksi peta politik kandidat dan elektabilitasnya.
Warga Jakarta secara antusias juga memperbincangkannya, kira-kira kandidat mana yang paling berpeluang menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada periode 2012-2017.

Di tengah problem kemacetan, banjir, kriminal, kesenjangan sosial dan segudang problem lainnya, tentu menjadi relevan ketika warga Jakarta berharap di Pilkada 2012 akan menghasilkan seorang pemimpin yang mampu memberikan solusi nyata.
Perhelatan kontestan pada pilkada diikuti enam pasangan calon, baik berasal dari partai politik maupun calon perseorangan. Keenam pasangan calon itu merupakan orang-orang yang dianggap terbaik untuk memberikan solusi terhadap Ibu Kota yang kalau diibaratkan orang sakit sudah sangat kritis dan sesegera mungkin memperoleh pengobatan extraordinary secara medis.

Para pasangan calon itu yakni dari calon independen diikuti oleh pasangan Faisal Basri-Biem Benjamien dan Hendardji Soepandji-Achmad Riza Patria.

Pasangan dari parpol yakni Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) diusung PDI Perjuangan dan Partai Gerindra, Alex Noerdin-Nono Sampono yang diusung Partai Golkar, PPP, dan PDS, Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini diusung Partai Keadilan Sejahtera dan PAN.

Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang diusung tujuh parpol yaitu Partai Demokrat, Hanura, PDS, PKB, PBB, PMB, dan Partai Damai Kasih Bangsa (PDKB).

Calon independen, pasangan Faisal Basri-Biem Benjamien dan Hendardji Soepandji-Achmad Riza Patria yang sebelumnya memperoleh apresiasi yang cukup signifikan dari warga Jakarta seiring merosotnya citra partai politik, kini setelah hadirnya kandidat dari parpol mendapat tantangan yang serius.

Belum lagi calon independen tak memiliki mesin politik (partai), maka mereka pun harus siap menghadapi negosiasi politik yang cenderung mengarah pada kepentingan-kepentingan golongan dan kekuasaan, dan ini adalah tantangan yang cukup krusial bagi pasangan calon independen.

Upaya parpol menghadirkan kandidat atau orang terbaik daerah untuk berkontestasi di Pilkada DKI Jakarta merupakan upaya yang kreatif. Misalnya sosok Jokowi dengan kebijakan yang sangat humanistik mampu merelokasi PKL tanpa menggunakan tangan besi, memproteksi pasar tradisional dan sederet kebijakannya yang pro rakyat kecil.

Meskipun Jokowi tidak begitu mengenal seluk-beluk Jakarta, rekam jejaknya sebagai Wali Kota Solo bisa saja menghipnotis warga Jakarta pada pilkada nanti.

Selain itu pasangan Jokowi, Ahok, merupakan mantan Bupati Belitung Timur yang sudah membuktikan integritasnya sebagai seorang bupati yang bersih dan berpengalaman di daerahnya. Ini menjadi political branding untuk meraup kantong-kantong suara di Pilkada DKI Jakarta.

Sementara itu, Alex Noerdin merupakan seorang kandidat yang tidak sedikit memiliki prestasi gemilang yakni sebagai pelopor sekolah gratis dua belas tahun, pelopor berobat gratis bagi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin, dan sederet kebijakan yang pro rakyat kecil di Sumatera Selatan.

Alex Noerdin-Nono Sampono bisa menjadi pesaing yang sangat diperhitungkan bagi pasangan kandidat lainnya. Namun, reputasi Alex Noerdin sedikit tercoreng dengan adanya kasus korupsi Wisma Atlet meskipun ia tak terlibat di dalamnya.

Selain itu, pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini mempunyai mesin politik yang tangguh melalui kader-kader PKS yang tidak bisa dianggap sepele, apalagi PKS sudah tercatat dalam sejarah pernah memenangi Pemilu Legislatif 2004 khusus di Ibu Kota ini.
Pasangan kandidat ini sangat berpotensi sukses menuju (pemilihan) putaran kedua; meskipun Hidayat Nur Wahid sudah melewati masa keemasannya.

Kandidat yang tak asing lagi adalah Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, meskipun sulit memenangi Pilkada DKI Jakarta, disebabkan Fauzi Bowo dianggap sebagian kalangan tidak banyak melakukan perubahan selama lima tahun kepemimpinannya.

Namun demikian, ia menguasai birokrasi Jakarta bahkan hingga ke level RW. Apalagi kalau dia masuk ke (pemilihan) putaran kedua, tidak menutup kemungkinan pasangan kandidat dan partai politik lainnya bisa melebur dengan mengusungnya kembali, karena secara riil politik dianggap menguntungkan.

Perilaku Pemilih

Warga Jakarta begitu pluralis, yakni selain kebinekaan warga penduduknya, kota ini dihuni kebanyakan orang yang secara pendidikan ke level menengah-atas. Oleh karena itu, para pasangan kandidat jangan terlalu sibuk merangkai kata atau puisi untuk mengobral janji, karena voting behavior warga sudah semakin mengarah ke rational choice.

Hal ini disebabkan Jakarta merupakan pusat informasi, pusat bisnis dan pusat politik, apalagi baik media mainstream maupun media sosial turut andil dalam memberikan informasi-informasi mengenai rekam jejak kandidat di Pilkada DKI Jakarta.

Meskipun perilaku pemilih dari aspek sosiologis dan psikologis masih saja tetap ada, namun gejala politik di Ibu Kota ini semakin bervariasi dari pemilu ke pemilu. Hal ini memberikan sinyal bahwa perilaku dan persepsi warga Jakarta semakin kritis terhadap siapa pun pasangan calon.

Oleh karena itu, pasangan calon yang ditampilkan di perhelatan Pilkada DKI Jakarta merupakan pasangan yang sebagian besar sudah diketahui rekam jejaknya. Namun, warga Jakarta harus bersikap lebih kritis lagi dalam menjatuhkan pilihannya.

Problem yang krusial selama masa pilkada di mana pun itu, persoalan “politik uang” menjadi perhatian serius agar suara hati warga Jakarta tak bisa dibeli. Karena kalau hal itu sudah terjadi, mimpi-mimpi warga sudah dimanipulasi oleh politik uang yang secara jangka panjang menipu dan tentu jauh dari literasi politik yang semestinya mencerahkan warga.

Pilkada adalah hajatan besar demokrasi rakyat, di momentum seperti ini rakyat banyak belajar berdemokrasi, dengan mengemban tugas suci yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Ini terealisasi kalau pilkada bisa demokratis dan pemimpin yang kreatif akan terpilih di perhelatan pilkada pada pertengahan Juli 2012 mendatang. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar