Zero
Waiting Time Setelah Emma Haven Bersolek
Nova Anggraini ; Redaktur
Haluan
|
HALUAN,
04 September 2014
“Luar biasa! Ini
satu-satunya se-Indonesia. Semua pengusaha di Indonesia harus tahu,
Pelabuhan Teluk Bayur sekarang telah memberikan pelayanan terbaik”. Pujian
itu tak sia-sia diucapkan Menteri BUMN RI Dahlan Iskan tahun 2013 lalu,
mengapresiasi pembenahan total yang dilakukan PT Pelindo II di Pelabuhan
Teluk Bayur, pelabuhan yang dibangun sejak zaman kolonial Belanda antara
tahun 1888 sampai 1893, yang dulu bernama Emma Haven itu.
Ya, Pelabuhan Teluk Bayur
layak mendapat apresiasi ini, karena banyak perubahan positif yang telah
dilakukan, baik dari segi pelayanan maupun manajemen perusahaan.
Sejak dulu, pelabuhan ini
dikenal sebagai pelabuhan terbesar di pesisir barat pantai Sumatera. Bahkan
pelabuhan ini menjadi penompang ekonomi andalan. Berhadapan langsung
dengan Samudera Hindia, pelabuhan ini merupakan gerbang utama ekspor ke
India, Korea, China, negara-negara di Afrika Selatan, Eropa bahkan Amerika
Serikat.
Namun, kejayaan itu sempat
terpuruk. Sebagai salah satu urat nadi ekonomi kawasan barat Sumatera,
Pelabuhan Teluk Bayur nyaris ditinggalkan. Penyebabnya, pelayanan dan
manajemen pelabuhan dinilai tak memuaskan oleh para pengguna jasa pelabuhan.
Pengusaha mengeluh ketidakpastian
SOP (Standar Operasional Prosedur), baik administrasi, keuangan dan kegiatan
lainnya di Pelabuhan Teluk Bayur memberikan ketidakpastian pula atas kegiatan
penyandaran kapal. Bahkan, waktu tunggu kapal, rata-rata mencapai 15-20
hari, karena keterbatasan jumlah dermaga. Hal ini memicu biaya tinggi.
Ketika itu, anggota Dewan
Pengurus Cabang Indonesian National
Shipowner’s Association (INSA) Padang Bondan mengeluhkan sistem TPK
(Terminal Peti Kemas) di Pelabuhan Teluk Bayur tidak mengakomodasi pelaku
usaha di Teluk Bayur. INSA juga minta sistem penyelenggaraan pelabuhan yang
jelas agar aktivitas pengiriman barang lebih efisien. (Bisnis.com/21 Juli 2013).
Tak hanya pengusaha yang
kecewa, Pelabuhan Teluk Bayur pun ditinggalkan berbagai asosiasi pelabuhan
yang tak puas terhadap manajemen di pelabuhan itu. Asosiasi Perusahaan
Bongkar Muat Indonesia (APBMI) mencatat 29 perusahaan bongkar muat di Pelabuhan
Teluk Bayur, menghentikan kegiatan operasional.
Dewan Penasehat APBMI
Provinsi Sumbar mengemukakan dari 45 perusahaan bongkar muat (PBM) yang
beroperasi di Pelabuhan Teluk Bayur, pada Juli 2013 itu hanya tersisa 16
perusahaan.
Lain dulu, lain sekarang.
Kini pelayanan dan manajemen di Pelabuhan Teluk Bayur sudah berubah 360
derajat. Pembenahan secara bertahap dilakukan PT Pelindo II di Pelabuhan
Teluk Bayur. Emma Haven kini sudah bersolek.
General Manajer (GM) PT
Pelindo II Teluk Bayur Zulhasman menyebutkan, investasi yang ditanamkan PT
Pelindo II mencapai total Rp1,76 triliun yang direncanakan mulai 2012 sampai
2016.
Pada tahun 2012, dilakukan
pengembangan fasilitas pelabuhan dan alat produksi di Pelabuhan Teluk Bayur,
dengan menambah 3 unit Gantry Jib Crane (GJC), 5 unit Forklift, 3 unit Rubber
Tired Gantry, 4 unit Head Truck, 7 unit Chasis Trailer, 1 unit Side Loader, 6
unit Dump Truck, 2 unit Excavator, 4 unit Luffing Gantry Crane dan 4 unit
Wheel Loader. Perubahan infrastruktur juga dilakukan di tahun 2012, yaitu
berupa penambahan tambatan beton sepanjang 319 m.
Tak hanya itu, PT Pelindo
II Cabang Teluk Bayur juga membangun Terminal Peti Kemas (TPK) senilai hampir
Rp700 miliar, di areal seluas 46.886 meter persegi, yang mampu menampung
lebih 4.000 boks peti kemas, yang pemakaiannya diresmikan Meneg BUMN RI
Dahlan Iskan, April 2013 lalu.
Saat peresmian itulah
Dahlan terkesima dan menyatakan apresiasinya. Tak hanya karena PT Pelindo II
mampu mentransformasi, melakukan perubahan terhadap Pelabuhan Teluk Bayur
yang nyaris ditinggalkan banyak pihak, tapi juga pada kemampuan PT Pelindo
II yang bisa mengusahakan dana sendiri sekitar Rp 800 miliar untuk melakukan
perubahan itu, di tengah banyak pihak pula berpendapat, bahwa Pelabuhan Teluk
Bayur baru bisa baik kalau dilakukan investasi triliunan rupiah, tidak bisa
baik kalau tidak dibangun dermaga baru.
Tapi ternyata, di bawah
komando Dirut Indonesia Port Corporation (IPC) -nama baru PT Pelindo II
(Persero)- RJ Lino, Pelabuhan Teluk Bayur bisa dibenahi total pelayanan dan
manajemennya. Menurut RJ Lino, persoalan Teluk Bayur bisa diatasi secara
total dengan modernisasi dan mekanisasi peralatan serta pembenahan manajemen.
Setelah mekanisasi dan
modernisasi peralatan pelabuhan, kualitas sumber daya manusia (SDM)
pelabuhan juga ditingkatkan. PT Pelindo II atau IPC meningkatkan kapabilitas
karyawan bekerjasama dengan Kuhne Logistics University (KLU).
Tak hanya intelektualitas,
integritas karyawan juga tak diabaikan. IPC juga menyosialisasikan
Program IPC Bersih atau Whistle
Blowing System di PT Pelindo II cabang Teluk Bayur, sebagai bentuk komitmen
dan deklarasi manajemen IPC cabang Teluk Bayur akan melakukan “bersih-bersih”
dengan membuka sarana pelaporan apabila terjadi fraud.
Yaitu, perbuatan melanggar
peraturan internal, hukum dan perundangan lainnya yang disengaja dilakukan)
oleh manajemen, karyawan, supplier, ataupun pihak lainnya yang bersifat
penipuan, ketidakjujuran, penyesatan dan penyembunyian kebenaran untuk
memperoleh uang atau kepentingan/manfaat lain, demi kepentingan pribadi atau
pihak lain dimana pelaku tidak berhak atas keuntungan/manfaat tersebut, di
lingkungan kerja Pelabuhan Teluk Bayur.
Terbukti, perubahan (transformasi)
secara total dengan modernisasi dan mekanisasi peralatan serta pembenahan
manajemen, itu kini telah membawa perubahan signifikan terhadap efisiensi dan
produktivitas di Pelabuhan Teluk Bayur. Jika dulu Pelabuhan Teluk Bayur
merupakan pelabuhan jelek, kotor dan memiliki produktivitas rendah, sekarang
kondisi itu berubah total. Perubahannya ternyata amat pesat. Kini kapal sama
sekali tidak perlu antre untuk masuk Teluk Bayur.
“Kapan
saja kapal datang langsung bisa merapat, tak ada lagi antrean. Pelabuhan
Teluk Bayur sudah zero waiting time,” kata Lino. (antara, 29/4/2013)
Berkat nol waktu tunggu
ini, produktivitas bongkar muat di Pelabuhan Teluk Bayur, menurut General
Manajer (GM) PT Pelindo II Teluk Bayur Zulhasman, naik 300-400 persen.
Produktivitas bongkar muat yang biasanya 5 boks per jam kini bisa 18-22 boks
per jam. Data Pelindo II Teluk Bayur juga menunjukkan, trafik arus barang
masuk mengalami peningkatan, yaitu 56.716 teus (twenty-foot equivalent units) pada tahun 2011, dan 61.808 teus
pada 2012.
Transformasi yang dilakukan
Pelindo II ini tentunya perlahan telah membangkitkan kembali kejayaan
Pelabuhan Teluk Bayur. Kondisi zero
antre, secara tak langsung berpengaruh pada cost yang dikeluarkan
pemilik kapal atau pemilik barang lewat laut. Diharapkan pengiriman barang
melalui Teluk Bayur pun, lebih menjadi pilihan bagi investor dari pada
pengiriman lewat udara.
Dan ini terbukti. Berita
resmi statistik BPS Sumatera Barat (Sumbar) per 1 April 2014 lalu
menyebutkan, nilai ekspor non migas Sumbar pada Februari 2014 mencapai 188
juta dolar AS. Dari jumlah itu, sebanyak 187,9 juta dolar AS adalah melalui
pelabuhan muat Teluk Bayur, dan sisanya 33,45 ribu dolar AS (sangat kecil
sekali) melalui pelabuhan muat Bandara Internasional Minangkabau (BIM).
Ekspor melalui Pelabuhan Teluk Bayur itu, menurut BPS Sumbar, meningkat
30,43 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Begitu juga
dengan nilai impor melalui pelabuhan bongkar Teluk Bayur, juga mengalami
peningkatan 38,99 persen.
Gubernur Sumatera Barat (Sumbar)
Irwan Prayitno menilai, angka-angka ekspor impor melalui Pelabuhan Teluk
Bayur itu, akan memberikan dampak pada perekonomian Sumbar. Pembenahan secara
besar-besaran oleh PT Pelindo II Teluk Bayur, salah satunya efisiensi berkat
zero waiting time, secara otomatis , berdampak positif pada harga
barang-barang, yang muaranya pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
Sumbar.
Kini, ketika arus barang
dari dan ke Sumbar meningkat pesat, ekonomi pun tumbuh lebih cepat. Ekonomi
pantai barat Sumatera diharapkan bisa kembali bergairah. Apalagi jika
proses pembangunan jalan tol Trans Sumatera juga direalisasikan. Jika
semua infrastruktur ini berhasil dibangun dan difungsikan dengan baik, Sumatera
tidak diragukan lagi dapat menjadi motor pembangunan Indonesia di masa
depan.
Dan bisa dipastikan,
setelah Emma Haven bersolek, sebaris kalimat lagu yang dipopulerkan oleh
penyanyi Erni Djohan: selamat tinggal
Teluk Bayur permai… tidak lagi akan di’nyanyi’kan para pemakai jasa
Pelabuhan Teluk Bayur. Satu per satu kapal memang akan pergi meninggalkan
Teluk Bayur, namun dengan satu janji: pasti
kembali! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar