Jumat, 05 September 2014

Zero Waiting Time Setelah Emma Haven Bersolek

Zero Waiting Time Setelah Emma Haven Bersolek

Nova Anggraini  ;   Redaktur Haluan
HALUAN, 04 September 2014

                                                                                                                       
                                                      

“Luar biasa! Ini satu-satunya se-Indonesia. Semua pengusaha di Indonesia harus ta­hu, Pelabuhan Teluk Bayur sekarang telah memberikan pelayanan terbaik”. Pujian itu tak sia-sia diucapkan Menteri BUMN RI Dahlan Iskan tahun 2013 lalu, mengapresiasi pembenahan total yang dila­kukan PT Pelindo II di Pela­buhan Teluk Bayur, pelabuhan yang dibangun sejak zaman kolonial Belanda antara tahun 1888 sampai 1893, yang dulu bernama Emma Haven itu.

Ya, Pelabuhan Teluk Bayur layak mendapat apresiasi ini, karena banyak perubahan po­sitif yang telah dilakukan, baik dari segi pelayanan maupun manajemen peru­sahaan.

Sejak dulu, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan terbesar di pesisir barat pantai Sumatera. Bahkan pelabuhan ini menjadi penompang eko­nomi andalan.  Berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, pelabuhan ini meru­pakan gerbang utama ekspor ke India, Korea, China, negara-negara di Afrika Selatan, Eropa bahkan Amerika Serikat.

Namun, kejayaan itu sem­pat terpuruk. Sebagai salah satu urat nadi ekonomi kawa­san barat Sumatera, Pelabuhan Teluk Bayur nyaris diting­galkan. Penyebabnya, pelayanan dan manajemen pelabuhan dinilai tak memuaskan oleh para pengguna jasa pelabuhan.

Pengusaha mengeluh keti­dakpastian SOP (Standar Operasional Prosedur), baik administrasi, keuangan dan kegiatan lainnya di Pelabuhan Teluk Bayur memberikan ke­tidakpastian pula atas ke­giatan penyandaran kapal. Bah­kan, waktu tunggu kapal, rata-rata mencapai 15-20 hari, karena keterbatasan jumlah dermaga. Hal ini memicu biaya tinggi.

Ketika itu, anggota Dewan Pengurus Cabang Indonesian National Shipowner’s As­sociation (INSA) Padang Bondan mengeluhkan sistem TPK (Terminal Peti Kemas) di Pelabuhan Teluk Bayur tidak mengakomodasi pelaku usaha di Teluk Bayur. INSA juga minta sistem penye­lenggaraan pelabuhan yang jelas agar aktivitas pengiriman barang lebih efisien. (Bis­nis.com/21 Juli 2013).

Tak hanya pengusaha yang kecewa, Pelabuhan Teluk Bayur pun ditinggalkan ber­bagai asosiasi pelabuhan yang tak puas terhadap manajemen di pelabuhan itu. Asosiasi Pe­rusahaan Bongkar Muat In­do­nesia (APBMI) mencatat 29 perusahaan bongkar muat di Pe­labuhan Teluk Bayur, meng­hentikan kegiatan ope­rasional. 

Dewan Penasehat APBMI Provinsi Sumbar me­nge­mukakan dari 45 peru­sa­ha­an bongkar muat (PBM) yang beroperasi di Pelabuhan Te­luk Bayur, pada Juli 2013 itu hanya tersisa 16 perusahaan.

Lain dulu, lain sekarang. Kini pelayanan dan manajemen di Pelabuhan Teluk Bayur sudah berubah 360 derajat. Pembenahan secara bertahap dilakukan PT Pelindo II di Pelabuhan Teluk Bayur. Emma Haven kini sudah bersolek.

General Manajer (GM) PT Pelindo II Teluk Bayur Zulhas­man menyebutkan, investasi yang ditanamkan PT Pelindo II mencapai total Rp1,76 triliun yang direncanakan mulai 2012 sampai 2016.

Pada tahun 2012, dilakukan pengembangan fasilitas pela­buhan dan alat produksi di Pelabuhan Teluk Bayur, dengan menambah 3 unit Gantry Jib Crane (GJC), 5 unit Forklift, 3 unit Rubber Tired Gantry, 4 unit Head Truck, 7 unit Chasis Trailer, 1 unit Side Loader, 6 unit Dump Truck, 2 unit Excavator, 4 unit Luffing Gantry Crane dan 4 unit Wheel Loader. Perubahan infrastruktur juga dilakukan di tahun 2012, yaitu berupa penambahan tambatan beton sepanjang 319 m.

Tak hanya itu, PT Pelindo II Cabang Teluk Bayur juga membangun Terminal Peti Kemas (TPK) senilai hampir Rp700 miliar, di areal seluas 46.886 meter persegi, yang mampu menampung lebih 4.000 boks peti kemas, yang pemakaiannya diresmikan Meneg BUMN RI Dahlan Iskan, April 2013 lalu.

Saat peresmian itulah Dahlan terkesima dan me­nyatakan apresiasinya. Tak hanya karena PT Pelindo II mampu mentransformasi, melakukan perubahan terhadap Pelabuhan Teluk Bayur yang nyaris ditinggalkan banyak pihak, tapi juga pada kemam­puan PT Pelindo II yang bisa mengusahakan dana sendiri sekitar Rp 800 miliar untuk melakukan perubahan itu, di tengah banyak pihak pula ber­pendapat, bahwa Pelabuhan Te­luk Bayur baru bisa baik kalau dilakukan investasi triliunan rupiah, tidak bisa baik kalau tidak dibangun dermaga baru.

Tapi ternyata, di bawah komando Dirut Indonesia Port Corporation (IPC) -nama baru PT Pelindo II (Persero)- RJ Lino, Pelabuhan Teluk Bayur bisa dibe­na­hi total pelayanan dan ma­na­jemennya. Menurut RJ Lino, persoalan Teluk Bayur bisa di­atasi secara total dengan modernisasi dan mekanisasi peralatan serta pembenahan manajemen.

Setelah mekanisasi dan modernisasi peralatan pela­buhan, kualitas sumber daya manusia (SDM) pelabuhan juga diting­katkan. PT Pelindo II atau IPC meningkatkan kapa­bilitas karya­wan bekerjasama dengan Kuhne Logistics Univer­sity (KLU).
Tak hanya intelektualitas, in­tegritas karyawan juga tak di­abaikan. IPC juga menyosia­lisasikan Program IPC Ber­sih atau Whistle Blowing Sys­tem di PT Pelindo II cabang Teluk Bayur, sebagai bentuk ko­mitmen dan deklarasi manajemen IPC cabang Teluk Ba­yur akan melakukan “bersih-be­r­­sih” dengan membuka sara­na pe­laporan apabila terjadi fraud.

Yaitu, perbuatan melanggar peraturan internal, hukum dan perundangan lainnya yang disengaja dilakukan) oleh manajemen, karyawan, sup­plier, ataupun pihak lainnya yang bersifat penipuan, keti­dakjujuran, penyesatan dan penyembunyian kebenaran untuk memperoleh uang atau kepentingan/manfaat lain, demi kepentingan pribadi atau pihak lain dimana pelaku tidak berhak atas keuntungan/manfaat tersebut, di lingkungan kerja Pelabuhan Teluk Bayur.

Terbukti, perubahan (trans­formasi) secara total dengan modernisasi dan mekanisasi peralatan serta pembenahan manajemen, itu kini telah membawa perubahan signifikan terhadap efisiensi dan produk­tivitas di Pelabuhan Teluk Bayur. Jika dulu Pelabuhan Teluk Bayur merupakan pelabuhan jelek, kotor dan memiliki produktivitas rendah, sekarang kondisi itu berubah total. Perubahannya ternyata amat pesat. Kini kapal sama sekali tidak perlu antre untuk masuk Teluk Bayur.

“Kapan saja kapal datang langsung bisa merapat, tak ada lagi antrean. Pelabuhan Teluk Bayur sudah zero waiting time,” kata Lino. (antara, 29/4/2013)
Berkat nol waktu tunggu ini, produktivitas bongkar muat di Pelabuhan Teluk Bayur, menurut General Manajer (GM) PT Pelindo II Teluk Bayur Zulhasman, naik 300-400 persen. Produktivitas bongkar muat yang biasanya 5 boks per jam kini bisa 18-22 boks per jam. Data Pelindo II Teluk Bayur juga menunjukkan, trafik arus barang masuk mengalami peningkatan, yaitu 56.716 teus (twenty-foot equi­valent units) pada tahun 2011, dan 61.808 teus pada 2012.

Transformasi yang dilaku­kan Pelindo II ini tentunya per­lahan telah membangkitkan kem­bali kejayaan Pelabuhan Te­­­luk Bayur. Kondisi zero an­tre, secara tak langsung ber­pe­ngaruh pada cost yang dike­luar­­kan pemilik kapal atau pe­mi­lik barang lewat laut. Diha­rapkan pengiriman barang me­la­lui Teluk Bayur pun, lebih men­­jadi pilihan bagi investor da­ri pada pengiriman lewat udara.

Dan ini terbukti. Berita resmi statistik BPS Sumatera Barat (Sumbar) per 1 April 2014 lalu menyebutkan, nilai ekspor non migas Sumbar pada Februari 2014 mencapai 188 juta dolar AS. Dari jumlah itu, sebanyak 187,9 juta dolar AS adalah melalui pelabuhan muat Teluk Bayur, dan sisanya 33,45 ribu dolar AS (sangat kecil sekali) melalui pelabuhan muat Bandara Internasional Minang­kabau (BIM). Ekspor melalui Pelabuhan Teluk Bayur itu, menurut BPS Sumbar, mening­kat 30,43 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Begitu juga dengan nilai impor melalui pelabuhan bongkar Teluk Bayur, juga mengalami pening­katan 38,99 persen.

Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Irwan Prayitno menilai, angka-angka ekspor impor melalui Pelabuhan Teluk Bayur itu, akan memberikan dampak pada perekonomian Sumbar. Pembenahan secara besar-besaran oleh PT Pelindo II Teluk Bayur, salah satunya efisiensi berkat zero waiting time, secara otomatis , ber­dampak positif pada harga barang-barang, yang muaranya pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Sumbar.

Kini, ketika arus barang da­ri dan ke Sumbar meningkat pe­sat, ekonomi pun tumbuh lebih cepat. Ekonomi pantai ba­rat Sumatera diharapkan bisa kem­bali bergairah. Apalagi jika pro­­ses pembangunan jalan tol Trans Sumatera juga direa­li­sasikan. Jika semua infra­struk­­tur ini berhasil dibangun dan di­fungsikan dengan baik, Su­­ma­tera tidak diragukan lagi da­pat menjadi motor pemba­ngunan Indonesia di masa depan.

Dan bisa dipastikan, setelah Emma Haven bersolek, sebaris kalimat lagu yang dipopulerkan oleh penyanyi Erni Djohan: selamat tinggal Teluk Bayur permai… tidak lagi akan di’nyanyi’kan para pemakai jasa Pelabuhan Teluk Bayur. Satu per satu kapal memang akan pergi meninggalkan Teluk Bayur, namun dengan satu janji: pasti kembali!  ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar