Senin, 22 September 2014

Tukang Mengeluh

Tukang Mengeluh

Agustine Dwiputri  ;   Penulis kolom “Konsultasi Psikologi” Kompas
KOMPAS, 21 September 2014

                                                                                                                       
                                                      

ADA seorang dengan tipe pengeluh, yang tidak pernah dapat mengatakan sesuatu yang baik tentang siapa pun, mengenai apa pun, setiap saat.

Di tempat kerja saya, ada rekan yang selalu banyak mengeluh tentang dirinya. Ia juga selalu berbicara buruk tentang orang lain, baik itu atasan, rekan kerja, maupun bawahannya. Mula-mula saya kasihan dan mencoba menampung keluh kesahnya. Tapi lama-lama, habis juga kesabaran saya, capek rasanya, habis waktu saya untuk dia. Sepertinya rekan kerja lain juga enggan mendekat padanya. Benarkah pikiran saya ini atau berlebihan, bagaimana cara menghadapi orang seperti ini? Terima kasih untuk saran Ibu.

(Y, 35 tahun)

Beberapa ciri

Pada dasarnya, berada bersama tipe ini terasa selalu ada cacat dan cela sehingga dapat merusak suasana. Si tukang mengeluh tidak dapat menyembunyikan ciri-ciri perilaku dan kebiasaannya mengeluh, bahkan pada pertemuan pertama. Mereka sering begitu terbawa dalam ”arus negativitasnya” dan tak ada cara lain dalam berinteraksi.

Pastinya langsung dapat dibedakan antara seseorang yang sedang murung atau sedih dan mereka yang terus mengeluh tanpa henti. Apabila setiap orang menyukai beberapa orang tertentu lebih dari yang lain, si tukang mengeluh tak melihat ada yang disukainya, kecuali hal yang buruk tentang orang tersebut. Mereka benar-benar senang mengeluh dan tidak tahu apalagi yang harus dilakukan dengan waktu mereka.

Mereka juga bersikap negativistik terhadap orang yang ditemui, apa pun yang ingin Anda lakukan, pasti akan ada berbagai alasan bahwa Anda tidak harus melakukannya. Mengingat betapa segala hal selalu buruk bagi orang-orang seperti ini, maka jadi terlihat kurang sesuai kalau mereka ternyata mampu memberikan nasihat dengan begitu bebasnya.

Anehnya, meskipun orang-orang semacam ini tampaknya berpikir bahwa segala sesuatu tentang alam semesta itu buruk, mereka sering tidak dapat menoleransi negativitas pada orang lain. Jika, misalnya, Anda mengatakan baru saja kesal dengan pekerjaan di kantor yang tak habis-habisnya atau menceritakan telah putus dengan pacar Anda, mereka akan mengatakan demikian, ”Hadapi sajalah, untuk apa mengeluh tentang itu? Kehidupan, kan, memang begitu.”

Karakteristik lain yang nyata terlihat pada tipe semacam ini adalah keadaan kesehatan fisik mereka. Ada banyak penyakit yang membingungkan profesi medis, yang dinyatakan dengan frekuensi keluhan yang tinggi dan mengkhawatirkan. Rasa sakit, nyeri, gatal, ataupun keluhan lainnya yang menandakan adanya penyakit serius yang belum ditemukan pada orang lain merupakan salah satu beban yang mereka pikir harus ”dipikul”. Jika menghadapi keluhannya, Anda menanyakan apakah sudah ke dokter, perhatikan bahwa jawabannya kurang lebih adalah, ”Ah, dokter saya tidak tahu apa-apa.”

Penyebab

Jon Bloch, PhD (2013) menyimpulkan bahwa si tukang mengeluh sering berasal dari jenis keluarga seperti berikut ini.

Salah satu dari orangtua atau anggota keluarga yang berpengaruh biasanya memang tukang mengeluh sehingga saat seseorang menjadi dewasa, semua hal yang mereka ketahui adalah untuk dikeluhkan juga. Mungkin ketika masih remaja, mereka mengatakan kepada diri sendiri bahwa mereka tidak akan menggunakan cara yang sama dengan orangtuanya, dan mungkin mereka bahkan telah meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka hanya sedikit saja mengeluh, bukan seperti yang orangtua mereka lakukan. Tapi sebenarnya, mereka menyerap terlalu banyak dari perilaku ini sehingga yang dianggap orang lain telah mengganggu dan negatif, bagi orang-orang ini masih dipandang normal.

Jenis keluarga lainnya adalah yang orangtuanya berada di ekstrem yang berlawanan. Mereka tidak pernah diizinkan untuk mengeluh tentang apa pun sebagai anak-anak. Mungkin orangtua mereka sangat religius dengan cara yang tidak sehat atau mudah cemas dalam mendengar berita buruk. Karenanya, sebagai anak mereka merasa benar-benar disensor, tak pernah belajar atau dilatih menghadapi masalah. Jadi, sekali masalah terjadi pada mereka sendiri ketika beranjak dewasa, mereka merasa perlu untuk segera mengungkapkan semuanya kepada orang yang ditemui.

Siapa pun yang tidak melihat hal-hal dalam cara yang juga negatif akan dianggap ”musuh” karena tidak membelanya. Tapi apakah mereka berpikir bahwa mereka bersikap ”normal”, atau bertindak melawan keluarga mereka, tukang mengeluh tetap merasa disalahpahami orang lain. Kemudian mereka sangat membenci perasaan ini karena dari sudut pandang mereka apa yang mereka katakan adalah benar dan adalah masalah bagi setiap orang jika tidak setuju dengannya.

Menghadapi tukang mengeluh

Menurut Bloch, untuk menghindari tipe semacam ini di tempat kerja, Anda dapat mencoba mengabaikan mereka sedapat mungkin dengan tidak bersosialisasi dengannya. Bahkan jika Anda harus bekerja berdampingan satu sama lain, Anda dapat memastikan untuk menghabiskan jam makan siang Anda di tempat yang berbeda, misalnya. Mereka pasti akan menemukan orang lain untuk melontarkan keluhannya, jadi tidak perlu merasa bersalah. Cobalah mengatur diri agar seminim mungkin berhubungan dengannya.

Salah satu hal produktif yang dapat Anda lakukan adalah melawan negativitas mereka dengan mengatakan sesuatu yang positif. Kemungkinan besar, dia akan memberontak terhadap hal ini dan mencoba untuk melawan dengan sesuatu yang lebih negatif. Tapi, kita seharusnya tidak benar-benar mengasingkan mereka, untuk alasan apa pun.

Jika Anda harus bekerja sama dengan orang ini, pertama-tama Anda dapat memilah dalam pikiran apa yang terkait dengan pekerjaan dan apa yang tidak. Ketika berada pada topik yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, Anda dapat mencoba berkata demikian, ”Sepertinya ibu mertua Anda adalah orang yang sangat sulit, tapi saya khawatir mungkin kita tidak dapat menyelesaikan laporan ini dalam waktu singkat, mungkin bisa kita bicarakan lagi lain kali.”

Kemudian Anda dapat membuat alasan untuk tidak berada bersamanya di luar pekerjaan. Jika dia tetap ada, cobalah berkata, ”Mohon maaf, saya berpikir tidak ingin terlibat dalam kehidupan pribadi orang-orang yang bekerja dengan saya. Ini bukan hanya dengan Anda, tapi juga sama dengan semua orang.”

Apabila dia mengeluh terus tentang pekerjaannya, Anda dapat merespons sebagai berikut, ”Wah, kau sepertinya benar-benar tidak bahagia di sini. Saya pikir kau harus mempertimbangkan untuk mencari pekerjaan lain saja.”

Jika dia kemudian menyebutkan berbagai alasan mengapa hal itu tidak mungkin dilakukan, Anda dapat mengatakan, ”Saya kira kau benar-benar terjebak.” Dengan demikian, ia mungkin akan menyadari atau menyangkal bahwa tidak demikian halnya atau bahwa pekerjaannya benar-benar seburuk itu. Paling tidak dia akan mengurangi keluhannya kepada Anda.

Selamat mencoba. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar