Tukang
Mengeluh
Agustine Dwiputri ;
Penulis kolom “Konsultasi Psikologi”
Kompas
|
KOMPAS,
21 September 2014
ADA seorang dengan tipe pengeluh, yang
tidak pernah dapat mengatakan sesuatu yang baik tentang siapa pun, mengenai
apa pun, setiap saat.
Di
tempat kerja saya, ada rekan yang selalu banyak mengeluh tentang dirinya. Ia
juga selalu berbicara buruk tentang orang lain, baik itu atasan, rekan kerja,
maupun bawahannya. Mula-mula saya kasihan dan mencoba menampung keluh
kesahnya. Tapi lama-lama, habis juga kesabaran saya, capek rasanya, habis
waktu saya untuk dia. Sepertinya rekan kerja lain juga enggan mendekat
padanya. Benarkah pikiran saya ini atau berlebihan, bagaimana cara menghadapi
orang seperti ini? Terima kasih untuk saran Ibu.
(Y, 35 tahun)
Beberapa
ciri
Pada dasarnya, berada bersama tipe ini
terasa selalu ada cacat dan cela sehingga dapat merusak suasana. Si tukang
mengeluh tidak dapat menyembunyikan ciri-ciri perilaku dan kebiasaannya
mengeluh, bahkan pada pertemuan pertama. Mereka sering begitu terbawa dalam
”arus negativitasnya” dan tak ada cara lain dalam berinteraksi.
Pastinya langsung dapat dibedakan antara
seseorang yang sedang murung atau sedih dan mereka yang terus mengeluh tanpa
henti. Apabila setiap orang menyukai beberapa orang tertentu lebih dari yang
lain, si tukang mengeluh tak melihat ada yang disukainya, kecuali hal yang
buruk tentang orang tersebut. Mereka benar-benar senang mengeluh dan tidak
tahu apalagi yang harus dilakukan dengan waktu mereka.
Mereka juga bersikap negativistik terhadap
orang yang ditemui, apa pun yang ingin Anda lakukan, pasti akan ada berbagai
alasan bahwa Anda tidak harus melakukannya. Mengingat betapa segala hal
selalu buruk bagi orang-orang seperti ini, maka jadi terlihat kurang sesuai
kalau mereka ternyata mampu memberikan nasihat dengan begitu bebasnya.
Anehnya, meskipun orang-orang semacam ini
tampaknya berpikir bahwa segala sesuatu tentang alam semesta itu buruk,
mereka sering tidak dapat menoleransi negativitas pada orang lain. Jika,
misalnya, Anda mengatakan baru saja kesal dengan pekerjaan di kantor yang tak
habis-habisnya atau menceritakan telah putus dengan pacar Anda, mereka akan
mengatakan demikian, ”Hadapi sajalah, untuk apa mengeluh tentang itu?
Kehidupan, kan, memang begitu.”
Karakteristik lain yang nyata terlihat pada
tipe semacam ini adalah keadaan kesehatan fisik mereka. Ada banyak penyakit
yang membingungkan profesi medis, yang dinyatakan dengan frekuensi keluhan
yang tinggi dan mengkhawatirkan. Rasa sakit, nyeri, gatal, ataupun keluhan
lainnya yang menandakan adanya penyakit serius yang belum ditemukan pada
orang lain merupakan salah satu beban yang mereka pikir harus ”dipikul”. Jika
menghadapi keluhannya, Anda menanyakan apakah sudah ke dokter, perhatikan
bahwa jawabannya kurang lebih adalah, ”Ah, dokter saya tidak tahu apa-apa.”
Penyebab
Jon Bloch, PhD (2013) menyimpulkan bahwa si
tukang mengeluh sering berasal dari jenis keluarga seperti berikut ini.
Salah satu dari orangtua atau anggota
keluarga yang berpengaruh biasanya memang tukang mengeluh sehingga saat
seseorang menjadi dewasa, semua hal yang mereka ketahui adalah untuk
dikeluhkan juga. Mungkin ketika masih remaja, mereka mengatakan kepada diri
sendiri bahwa mereka tidak akan menggunakan cara yang sama dengan
orangtuanya, dan mungkin mereka bahkan telah meyakinkan diri mereka sendiri
bahwa mereka hanya sedikit saja mengeluh, bukan seperti yang orangtua mereka
lakukan. Tapi sebenarnya, mereka menyerap terlalu banyak dari perilaku ini
sehingga yang dianggap orang lain telah mengganggu dan negatif, bagi
orang-orang ini masih dipandang normal.
Jenis keluarga lainnya adalah yang
orangtuanya berada di ekstrem yang berlawanan. Mereka tidak pernah diizinkan
untuk mengeluh tentang apa pun sebagai anak-anak. Mungkin orangtua mereka
sangat religius dengan cara yang tidak sehat atau mudah cemas dalam mendengar
berita buruk. Karenanya, sebagai anak mereka merasa benar-benar disensor, tak
pernah belajar atau dilatih menghadapi masalah. Jadi, sekali masalah terjadi
pada mereka sendiri ketika beranjak dewasa, mereka merasa perlu untuk segera
mengungkapkan semuanya kepada orang yang ditemui.
Siapa pun yang tidak melihat hal-hal dalam
cara yang juga negatif akan dianggap ”musuh” karena tidak membelanya. Tapi
apakah mereka berpikir bahwa mereka bersikap ”normal”, atau bertindak melawan
keluarga mereka, tukang mengeluh tetap merasa disalahpahami orang lain.
Kemudian mereka sangat membenci perasaan ini karena dari sudut pandang mereka
apa yang mereka katakan adalah benar dan adalah masalah bagi setiap orang
jika tidak setuju dengannya.
Menghadapi
tukang mengeluh
Menurut Bloch, untuk menghindari tipe
semacam ini di tempat kerja, Anda dapat mencoba mengabaikan mereka sedapat mungkin
dengan tidak bersosialisasi dengannya. Bahkan jika Anda harus bekerja
berdampingan satu sama lain, Anda dapat memastikan untuk menghabiskan jam
makan siang Anda di tempat yang berbeda, misalnya. Mereka pasti akan
menemukan orang lain untuk melontarkan keluhannya, jadi tidak perlu merasa
bersalah. Cobalah mengatur diri agar seminim mungkin berhubungan dengannya.
Salah satu hal produktif yang dapat Anda
lakukan adalah melawan negativitas mereka dengan mengatakan sesuatu yang
positif. Kemungkinan besar, dia akan memberontak terhadap hal ini dan mencoba
untuk melawan dengan sesuatu yang lebih negatif. Tapi, kita seharusnya tidak
benar-benar mengasingkan mereka, untuk alasan apa pun.
Jika Anda harus bekerja sama dengan orang
ini, pertama-tama Anda dapat memilah dalam pikiran apa yang terkait dengan
pekerjaan dan apa yang tidak. Ketika berada pada topik yang tidak berhubungan
dengan pekerjaan, Anda dapat mencoba berkata demikian, ”Sepertinya ibu mertua
Anda adalah orang yang sangat sulit, tapi saya khawatir mungkin kita tidak
dapat menyelesaikan laporan ini dalam waktu singkat, mungkin bisa kita
bicarakan lagi lain kali.”
Kemudian Anda dapat membuat alasan untuk
tidak berada bersamanya di luar pekerjaan. Jika dia tetap ada, cobalah
berkata, ”Mohon maaf, saya berpikir tidak ingin terlibat dalam kehidupan
pribadi orang-orang yang bekerja dengan saya. Ini bukan hanya dengan Anda,
tapi juga sama dengan semua orang.”
Apabila dia mengeluh terus tentang
pekerjaannya, Anda dapat merespons sebagai berikut, ”Wah, kau sepertinya
benar-benar tidak bahagia di sini. Saya pikir kau harus mempertimbangkan
untuk mencari pekerjaan lain saja.”
Jika dia kemudian menyebutkan berbagai
alasan mengapa hal itu tidak mungkin dilakukan, Anda dapat mengatakan, ”Saya
kira kau benar-benar terjebak.” Dengan demikian, ia mungkin akan menyadari
atau menyangkal bahwa tidak demikian halnya atau bahwa pekerjaannya
benar-benar seburuk itu. Paling tidak dia akan mengurangi keluhannya kepada
Anda.
Selamat
mencoba. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar