Pendidikan
Tinggi dan Riset
Bambang Setiaji ;
Rektor
Universitas Muhammadiyah Surakarta
|
KORAN
SINDO, 17 September 2014
Pendidikan
tinggi meliputi jenjang D-1 sampai S-3 yang fungsinya bergradasi dari
menyiapkan tenaga kerja terampil ke tenaga profesional dan peneliti. Mereka
diharapkan dapat menjadi tenaga yang berkualitas di berbagai industri. Apa
masalah utama kita?
Industri
tinggi seperti elektronik, transportasi, mobil dan motor, industri
telekomunikasi, dan komputer masih didominasi negara maju dan impor.
Indonesia merupakan pasar besar, tetapi kita tidak berpartisipasi dalam
membuat, bahkan cenderung menjual kekayaan alam dan menukarkan kepada barang-
barang tersebut. Pengembangan ekonomi dalam arti yang sebenarnya haruslah
bertumpu pada riset dan pengembangan teknologi yang kemudian oleh pengusaha
diaplikasikan dalam industri. Sudah saatnya riset dan ekonomi menyatu. Bila
departemen pendidikan dipecah, ada baiknya sekolah dasar sampai menengah
berada dalam koordinasi menko kesra, tetapi pendidikan tinggi dan riset
berada dalam koordinasi menko ekuin. Ini untuk memberikan nuansa perubahan
dengan skala besar.
Politik Belanja
Pemerintah
Peran
pemerintah dengan anggaran pembeliannya yang besar akan memberi kesempatan
industri tinggi serta riset di dalamnya semakin berkembang. Pengembangan
misalnya mobil nasional dengan BBM konvensional dan mobil listrik. Industri
ICT bisa dikembangkan dengan politik anggaran dari pemerintah. Pembelian dari
pemerintah akan memberi kesempatan industri untuk berlanjut dan riset
teknologi yang menyertainya juga berkembang. Wacana penggantian mobil menteri
ini kesempatan emas, mungkin dalam tiga atau empat tahun memakai mobil lama
dari dan pada tahun kelima mobil ESEMKA yang lebih berkualitas sudah siap.
Mobil nasional tentu saja tidak harus diciptakan semua di dalam negeri.
Kerja
sama dengan produsen mobil luar untuk berbagai komponen tentu saja
diperlukan. Menugaskan salah satu BUMN untuk merakit mobil nasional adalah
yang paling mungkin mengingat misinya sebagai pionir. Sekolah vokasi (D-1)
automotif perlu terus dikembangkan diberi tugas yang sesuai dan perguruan
tinggi diberi kesempatan melakukan riset pengembangan dari desain sampai pada
inovasi yang memungkinkan dari komponen mobil. Visi maritim pemerintahan baru
pantas disambut dengan sekolah vokasi nelayan modern. Pada riset bidang
pangan bioteknologi harus terus-menerus dilakukan. Kita berlomba dengan
waktu.
Penduduk
kita masih bertambah tiga juta orang setahun. Jumlah ini sepadan dengan satu
negara kecil setiap tahun. Agenda penelitian untuk memenuhi kebutuhan pangan
baik secara intensifikasi yaitu perlunya meningkatkan produktivitas untuk
memenuhi pertumbuhan tiga juta penduduk per tahun dan ekstensifikasi dengan
memuliakan kembali tanah yang telantar di luar Jawa. Sekolah SMK peternakan
dan pengolahan daging modern perlu dibentuk. Harus ditambahkan kata modern
untuk memberi sugesti kebaruan untuk menarik generasi muda.
Sebagai
pionir sekali lagi perlu dibentuk BUMN sapi untuk misalnya mengembangkan sapi
di NTT dan Papua. Papua dengan rumput menghijau sepanjang tahun sungguh
memalukan kita mengimpor sapi. Di pelabuhan Sorong sapi itu sudah diolah oleh
BUMN perintis dan harus dapat dipasarkan di supermarket. Ini harus dikaitkan
dengan izin supermarket dengan kata lain bekerja all out . Riset energi
terbarukan dari tanaman mungkin menimbulkan konflik dan masalah, mobil dan
motor berbasis baterai adalah solusinya. Energi dari batu
barayangramahlingkungan, gas, panas bumi, angin, energi surya, dan energi
nuklir yang akan menuai reaksi internasional harus digarap secara simultan.
Angka Partisipasi
Perguruan Tinggi
Beban
riset di atas tentu saja diperuntukkan untuk universitas kelompok atas,
bagaimana dengan perguruan tinggi menengah bawah apakah peran pentingnya
dalam bidang ekonomi. Kemajuan bangsa tidak lain terletak pada kualitas SDM
secara umum, peran perguruan tinggi untuk memperbaiki SDM akan melahirkan
kualitas usaha-usaha yang ada dari bisnis-bisnis kecil dalam keluarga sampai
pada perusahaan-perusahaan yang dikelola secara profesional. Yang penting
integrasi pendidikan tinggi dengan permasalahan bangsa terus harus dilekatkan,
merespons dari lemahnya mental, moral yang rendah, korup, dan masalah
ekonomi, manajemen, dan teknologi.
Tingkat
partisipasi ke perguruan tinggi memberikan kontribusi kemajuan bangsa secara
umum. PTN hanya berjumlah 100 dan 52 di bawah Kementerian Agama. PTS
berjumlah lebih dari 3000, peran PTS dalam meningkatkan partisipasi umum ini
perlu. Pemerintah masih bisa berperan di PTS dengan lima hal: 1) Penempatan
PNS di PTS, 2) Pembayaran sertifikasi pendidik, 3) Hibah-hibah program dan
peralatan, 4) Beasiswa studi lanjut di dalam dan luar negeri, 5) Membiayai
berbagai penelitian.
Di
samping daftar di atas untuk mempercepat ada program studi dan penelitian
yang mendukung visi negara maritim, kepelabuhanan, dan perkapalan juga sangat
memungkinkan penempatan program studi pemerintah yang mendukung baik di PTN dan
PTS. Di PTN hal tersebut bukan barang baru, melainkan bisa juga ditempatkan
program milik pemerintah di PTS. Ini sudah ada payung hukumnya, hanya
memerlukan sedikit inovasi yaitu: 1) Mengangkat dan menempatkan sekitar 20
pengajar di PTS yang terkonsentrasi pada prodi baru yang dinginkan. 2)
Kebutuhan laboratorium diadakan dengan hibah, 3) Manajemen prodi dititipkan
kepada PT swasta dengan kontrak.
Internasionalisasi
Perguruan Tinggi dan Publikasi
Globalisasi
dan internasionalisasi mendorong perguruan tinggi menjalin hubungan
antarbangsa. Profesor dan pengajar profesional serta mahasiswa melakukan
mobilisasi pendidikan dan penelitian. Globalisasi pendidikan merupakan
pemantik dari globalisasi sosioekonomi. Diharapkan, 10% dari perguruan tinggi
di Indonesia bermain pada ranah global. Perguruan tinggi di dunia dilakukan ranking dengan penilaian berbagai
sektor. Di antara sektor yang ada yang paling menghasilkan riset dan
publikasi ilmiah. Publikasi di jurnal ilmiah diberi poin yang tinggi dalam
tugas para pengajar.
Namun,
riset dan publikasi tersebut sering tidak terkait pengembangan industri dalam
negeri. Sebaliknya, sering riset dan publikasi tersebut merupakan kebutuhan
negara maju. Poin yang lebih tinggi perlu diberikan kepada karya-karya yang
bermanfaat pada pengembangan sosial dan ekonomi dalam negeri. Menulis di
koran seperti ini sangat penting dalam mencerahkan bangsa daripada publikasi
jurnal untuk kepentingan industri di negara maju. Menulis di jurnal
internasional untuk mata rantai industri negara maju poinnya 40, sedangkan
karya kami ini hanya bernilai 1 poin. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar