Pemimpin
yang Melayani
Handi Irawan D ; CEO
Frontier Consulting Group,
Penggagas Hari Pelanggan Nasional
|
KORAN
SINDO, 04 September 2014
Pada
4 September 2014 besok perusahaan-perusahaan akan merayakan Hari Pelanggan
Nasional.
Deklarasi
bahwa tanggal 4 September adalah Hari Pelanggan Nasional ditetapkan oleh
mantan Presiden Megawati pada 2003. Pada awal-awal tahun penetapannya,
perayaan Hari Pelanggan Nasional banyak didukung oleh perusahaan-perusahaan
dalam grup BUMN. Kemudian setelah itu semangat untuk merayakan Hari Pelanggan
Nasional justru lebih berkembang di perusahaan-perusahaan swasta.
Hari
Pelanggan Nasional diharapkan perusahaan-perusahaan ingat akan pentingnya
memberikan pelayanan berkualitas dan memuaskan pelanggan. Tentu memberikan
pelayanan yang baik kepada para pelanggan bukan hanya di Hari Pelanggan
Nasional. Perusahaan yang ingin berkembang sehat harus berupaya memberikan
playanan yang baik, pelayanan yang mampu menciptakan kepuasan dan loyalitas
pelanggan sepanjang tahun.
Tema
yang saya usung saat pertama kali Hari Pelanggan Nasional digulirkan adalah
bahwa Indonesia memerlukan revolusi kepuasan pelanggan melalui kualitas
layanan. Ini didasarkan atas pemahaman yang sudah sangat dikenal oleh para
pelaku bisnis. Aset utama perusahaan, selain merek yang kuat, adalah
pelanggan yang loyal. Bahkan untuk beberapa bisnis yang masuk industri jasa,
loyalitas pelanggan inilah aset perusahaan sesungguhnya. Setiap pelanggan
memiliki nilai untuk perusahaan. Semakin loyal pelanggan, semakin tinggi pula
nilai seorang pelanggan.
Untuk
industri seperti perbankan atau telekomunikasi, misalnya, setiap pelanggan
bisa bernilai jutaan rupiah. Bila perusahaan memiliki jutaan pelanggan, nilai
intangible asset yang diperoleh dari pelanggan yang puas dan loyal ini bisa
mencapai triliun rupiah. Nilai dari pelanggan loyal ini bisa melebihi nilai
buku atau aset perusahaan yang bersifat tangible .
Di
era kompetisi yang semakin ketat, sumber penciptaan kepuasan dan loyalitas
pelanggan bukan lagi karena harga murah, tetapi karena kualitas dan terutama
kualitas pelayanan. Pelanggan yang puas dan loyal akan siap membayar harga
premium dan siap untuk menjadi relawan untuk perusahaan karena siap menjadi
duta penyebar rekomendasi untuk pelanggan lain dengan sukarela.
Problem dan Tantangan
Problem
dan tantangan terbesar dalam menciptakan kualitas pelayanan yang baik adalah
di tangan pemimpin perusahaan yang tidak berkualitas. Menciptakan kualitas
pelayanan adalah proses yang top-down
. Karyawan gugus depan tidak akan mampu mengubah perusahaan yang buruk
pelayanannya dan menjadi baik kualitas pelayanannya.
Pimpinan
perusahaan dan direksi inilah yang bertanggung jawab terhadap baik dan
buruknya pelayanan. Lihat saja perusahaan-perusahaan yang baik di Indonesia
dalam hal kualitas pelayanan. Anda bisa melihat, di balik perusahaan ini
pastilah ada jajaran direksi yang 10 tahun yang lalu, 5 tahun yang lalu, atau
yang saat ini menjabat adalah sosok pimpinan yang memberi komitmen terhadap
kualitas pelayanan.
Sekitar
10 tahun lalu banyak perusahaan-perusahaan pelat merah memiliki indeks
kepuasan yang masih di bawah 70%. Indeks kepuasan layanan publik hanya
berkisar 50%. Atau sederhananya, dari 100 orang yang disurvei hanya 50% yang
menyatakan puas terhadap kualitas pelayanan mereka. Hari ini, perusahaan
pelat merah seperti Garuda, Telkom, Mandiri, BRI dan BNI adalah perusahaan
dengan indeks kepuasan yang sudah di atas 80%.
Semua
ini bisa terjadi karena banyak pimpinan dari perusahaan tersebut berkomitmen
untuk terus bersaing melalui kualitas pelayanan. Kondisi yang terburuk adalah
perusahaan yang memiliki pemimpin yang tidak menyadari pentingnya kualitas
pelayanan. Atau yang sedikit lebih baik, mereka menyadari tetapi merasa tidak
yakin bahwa perusahaan mampu melakukan. Akibatnya, mereka juga tidak
memberikan komitmen yang cukup membuat perubahan dalam perusahaan. Biasanya,
kondisi ini kemudian akan diperparah dengan political office di dalam perusahaan.
Pimpinan
di level tengah memiliki banyak tujuan pribadi dan menciptakan proses kerja
sama yang lemah antardivisi dan departemen. Pengangkatan atau promosi jabatan
akhirnya tidak berjalan efektif. Dengan kondisi seperti ini, perusahaan tidak
akan mampu menciptakan kualitas pelayanan yang baik. Tidak mengherankan bila
pelayanan publik belum berjalan dengan baik karena biasanya terlalu banyak political office di dalam lembaga atau
organisasi tersebut.
Hari
Pelanggan Nasional juga tidak akan mampu memberikan dorongan dan inspirasi
kepada pemimpin seperti ini. Tidak mungkin melakukan perubahan untuk
perusahaan di mana para pemimpinnya tidak siap berubah. Melakukan perubahan
kualitas pelayanan, harus dimulai dengan aspirasi. Sering kali aspirasi terhadap
kualitas pelayanan ini bisa terlihat dari visi dan misi yang dibuat oleh
pimpinan perusahaan.
Pemimpin yang Melayani
Pada
tahap selanjutnya, pemimpin yang sudah memiliki aspirasi seperti ini perlu
untuk membangun terciptanya budaya pelayanan. Bila hal ini terbentuk,
kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang baik bisa berjalan
berkelanjutan. Untuk menciptakan budaya pelayanan, salah satu fokus yang
perlu diperhatikan adalah membangun sumber daya manusia.
Walau
harus diakui, bahwa teknologi sering kali menjadi pendukung yang baik.
Bank-bank yang memiliki teknologi ATM, internet dan mobile yang baik,
tentunya memiliki peluang yang besar untuk memberi kualitas pelayanan yang
baik. Walau demikian, tetap saja kualitas manusia adalah faktor terpenting
dalam menciptakan kualitas pelayanan. Pemimpin yang beraspirasi dengan
kualitas pelayanan akan melakukan promosi orang-orang yang tepat dan bukan
yang disukai.
Mereka
juga selalu berorientasi untuk menciptakan kewenangan dan teamwork yang efektif. Mereka akan
memiliki standar layanan dan sasaran kinerja yang mendorong agar setiap
jajaran melakukan implementasi pelayanan yang baik. Hari Pelanggan Nasional
adalah momen yang baik untuk menciptakan aspirasi yang lebih tinggi lagi.
Setelah itu, Hari Pelanggan Nasional juga mendorong pimpinan perusahaan untuk
memperkuat budaya pelayanan yang lebih kuat lagi.
Mencapai
tangga budaya layanan yang lebih tinggi diperlukan untuk menciptakan
kebiasaan dan aktivitas yang baru. Tidak banyak teori dan konsep dari sebuah
pelayanan yang baik. Pelayanan yang baik sering tercipta karena pemimpin
memiliki keteladanan dan ini akan mendorong kebiasaan yang baru. Kebiasaan
yang dilakukan terus menerus inilah yang akhirnya menciptakan budaya
perusahaan.
Semoga
pada 4 September besok, saya bisa melihat, akan ada ratusan dan ribuan CEO dan
direksi yang akan memberi keteladanan dalam memberi pelayanan yang baik. Kita
membutuhkan ratusan dan ribuan pemimpin yang melayani untuk menciptakan
Indonesia yang lebih kompetitif menghadapi pasar bebas ASEAN. Selamat merayakan Hari Pelanggan Nasional
2014! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar