Parasit
di Tubuh Polri
Marwan Mas ; Guru
Besar Ilmu Hukum Universitas Bosowa 45, Makassar
|
KORAN
SINDO, 05 September 2014
Tertangkapnya
dua Anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang bertugas di Polda
Kalimantan Barat, karena diduga terkait kasus narkoba di Malaysia bukan hanya
mempermalukan Polri, melainkan juga Indonesia sebagai sebuah bangsa
bermartabat. Keduanya ditangkap Polis Narkotik Diraja Malaysia (PDRM) di
Kuching, Malaysia, Sabtu (30/8).
Banyaknya
kasus di tubuh Polri yang seharusnya menjadi teladan bagi rakyat merupakan
parasit yang sepertinya sangat susah dihentikan. Salah satu kasus yang juga
memalukan menjelang Idul Fitri adalah tertangkapnya 10 anggota Satuan Lalu
Lintas (Satlantas) Polres Pemalang, Jawa Tengah (Jateng), lantaran diduga
melakukan pungutan liar (pungli) terhadap sopir-sopir truk agar bisa melintas
di atas Jembatan Comal, Pemalang, Sabtu 9 Agustus 2014 (Koran SINDO, 13/8/2014).
Peristiwa
ini diibaratkan melalui pepatah kuno, ”Karena nila setitik, rusak susu
sebelanga.” Sepertinya pimpinan Polri belum menemukan strategi jitu pembinaan
personel agar berperilaku terhormat. Selalu terdengar ada oknum polisi yang
mengingkari sumpahnya sebagai pelayan, pengayom, pelindung masyarakat, serta
penegak hukum.
Setelah
keberhasilan mengamankan pemilu legislatif, pemilu presiden, dan Operasi
Ketupat Lebaran 2014 yang menuai pujian karena mampu menekan jumlah
kecelakaan di jalan dan gangguan kamtibmas, kasus di Malaysia menjadi
klimaks. Semuanya selalu mengarah pada aspek finansial, seolah gaji dan
tunjangan tidak cukup sehingga harus mencari penghasilan tambahan yang
melanggar hukum.
Polisi Jujur
Tanpa
bermaksud mendahului penyelidikan Polis Diraja Malaysia soal keterlibatan
kedua anggota Polri, tetapi kesan yang muncul di ruang publik ialah institusi
berbaju cokelat itu betul-betul terpuruk. Hampir setiap hari ada berita
tentang perilaku anggota Polri yang memalukan. Ini menjadi indikasi bahwa
pembinaan dan pengawasan di internal tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Janji
pimpinan Polri yang akan mereformasi diri belum membawa hasil yang memuaskan.
Rakyat begitu merindukan sosok polisi yang bisa dibanggakan karena jujur,
bersih, profesional, dan berwibawa.
Jika
suatu kasus yang meresahkan berhasil dibongkar polisi, dipastikan mendapat
sambutan dan respek luar biasa dari masyarakat.
Apalagi
warga masyarakat begitu mudah merasakan kekuasaan besar polisi yang hampir-hampir
susah dilawan. Hampir semua kekuasaan yang besar itu sering diselewengkan
saat melakukan penegakan hukum. Lebih celaka, karena tindakan itu selalu
dibalut dengan penertiban dan penegakan hukum yang membuat masyarakat gerah
lantaran tidak proporsional.
Untuk
memberantas parasit di tubuh Polri tentu bukan persoalan gampang, sebab
terkait dengan perilaku dan kultur. Polri harus sadar bahwa tugas menjaga
kamtibmas dan penegakan hukum tidak akan berhasil dengan baik tanpa mengubah
perilaku dan kultur. Maka, reformasi Polri perlu didesain secara totalitas
dengan sasaran membangun kembali agar anggota polisi berperilaku jujur,
bersih, dan profesional.
Mental
korup yang memanfaatkan suatu kasus sebagai sumber uang harus segera
dihentikan. Jangan sampai rakyat selalu merasa tidak nyaman jika bersentuhan
dengan polisi karena takut dicari-cari kesalahannya atau dimintai uang,
sehingga menjadi saksi sekalipun tidak bersedia.
Kepala
Polri Jenderal Sutarman yang terus berupaya mendapatkan kepercayaan dan
simpati dari masyarakat harus menjadi perhatian pimpinan Polri di daerah.
Perilaku pungli dan masih lemahnya profesionalitas dalam mengungkap
kejahatan, ibarat pepatah ”menepuk angin” dalam merebut kepercayaan dan
simpati masyarakat.
Dalam
berbagai dimensinya, bukan tidak mungkin praktik suap menguatkan dugaan
banyak orang untuk pemenuhan target setoran buat atasan. Jika betul seperti
itu–meski kita berharap tidak demikian– agaknya sulit bagi Polri membersihkan
parasit institusi.
Diskresi Kepolisian
Kasus
tertangkapnya dua anggota Polri di Malaysia, pungli Jembatan Comal di
Pemalang dan maraknya penyelewengan anggota menjadi momen bagi Polri untuk
memperbaiki kinerja. Kita percaya masyarakat akan terus membutuhkan polisi,
sehingga aparat kepolisian harus mampu menunjukkan perilaku yang baik.
Kejadian
di Malaysia bukan hanya melanggar disiplin karena keberadaannya di sana bukan
melaksanakan tugas, melainkan termasuk kejahatan yang memalukan bangsa. Jika
terbukti, tentu layak dihukum berat, meskipun itu dilakukan di negeri orang.
Kasus itu merusak upaya yang tengah dibangun Kepala Polri untuk menjadikan
polisi sebagai panutan bagi masyarakat.
Kita
mendukung segala upaya membersihkan aparat kepolisian yang masih sering
berperilaku korup, baik yang kecil kecil terlebih yang besar. Artinya, bukan
hanya polisi yang berjuang memperbaiki citranya, masyarakat juga selalu
berjuang mengubah persepsi terhadap polisi. Sebab tidak ada untungnya memupuk
stigma negatif kepada polisi. Apalagi polisi bagian yang tidak terpisahkan
dengan masyarakat, keduanya akan selalu hidup berdampingan dan saling
membutuhkan.
Banyak
polisi yang cerdas, berintegritas, dan punya hati nurani dalam melaksanakan
fungsi dan tugas. Mereka punya kompetensi dan profesionalitas, terutama saat
berhadapan dengan persoalan masyarakat yang membutuhkan tindakan kepolisian.
Tetapi kenapa polisi masih sering dicemooh?
Boleh
jadi ini terkait dengan pelaksanaan ”diskresi” kepolisian yang kadang
melampaui kewenangan polisi. Ini yang acap menimbulkan salah tafsir yang
dilaksanakan oleh individu polisi yang sedang bertugas di tengah masyarakat.
Padahal,
penerapan diskresi butuh kecerdasan dan kualitas kompetensi seorang anggota
polisi, sebab meskipun diskresi untuk kepentingan umum tetapi kadang tidak
sejalan dengan ketentuan tertulis.
Publik
juga banyak tahu bahwa pekerjaan polisi penuh dinamika, yang kadang tidak
semua orang memahaminya. Di dalamnya butuh kemampuan khusus yang bukan
sekadar pengabdian, melainkan juga pola pikir yang rasional dan bijak.
Jika
itu mampu diapresiasi, maka parasit di tubuh Polri setidaknya terhenti, atau paling
tidak bisa diminimalkan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar