Pancasila
sebagai Kenyataan di Bumi Indonesia
Sayidiman Suryohadiprojo ; Pembela
dan Pejuang Pancasila;
Mantan Gubernur Lemhannas
|
KOMPAS,
04 September 2014
KETIKA
Bung Karno pada 1 Juni 1945 menyampaikan uraiannya tentang Pancasila, yang
kemudian diterima dan disetujui para anggota BPUPKI, dimulailah sejarah
Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Para
pendiri bangsa kemudian menetapkan Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia. Ini dinyatakan secara tegas dalam UUD yang disahkan pada 18
Agustus 1945.
Sebagai
dasar negara RI, Pancasila tentu mendasari seluruh aspek kehidupan bangsa
Indonesia dan jalannya negara RI. Hingga kini bangsa Indonesia tetap memegang
Pancasila sebagai dasar negara. Hal itu menunjukkan bahwa dalam perjalanan
hidup sebagai bangsa merdeka, rakyat Indonesia menganggap Pancasila memang
cocok dengan kehidupannya.
Terbukti
kebenaran penjelasan Bung Karno bahwa Pancasila bukan sekadar penemuannya,
tetapi telah ia gali dari akar-akar kehidupan bangsa Indonesia. Itu sebabnya
kalau ada usaha untuk mengganti Pancasila dengan prinsip-prinsip lain tidak pernah berhasil. Sebab, rakyat
Indonesia merasakan bahwa Pancasila adalah bagian penting dalam kepribadiannya.
Namun,
adalah sangat tragis dan ironis bahwa Pancasila, yang dirasakan cocok dan
tetap dipelihara sebagai dasar negara RI, dalam kenyataannya belum mewujud dalam kehidupan bangsa dan
negara kita. Dalam kehidupan bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila belum
tampak secara tegas. Hal inilah yang dimanfaatkan orang-orang yang ingin
mengganti Pancasila dengan mendorong pendapatnya secara de facto dalam
kehidupan bangsa Indonesia. Sebutlah seperti meluasnya paham neoliberalisme
yang bertentangan dengan Pancasila.
Hal
itu dapat terjadi karena tiada usaha yang sungguh-sungguh menjadikan
Pancasila sebagai kenyataan di bumi Nusantara, sejak 1945, termasuk oleh para
penyelenggara negara yang memimpin RI sejak 1945 hingga kini. Malah terasa
makin hari makin kurang usaha menjadikan Pancasila sebagai kenyataan,
apalagi setelah reformasi pada 1998.
Padahal, reformasi hanya relevan dengan kehidupan bangsa Indonesia kalau
gerakan itu memperjuangkan terwujudnya Pancasila sebagai kenyataan di bumi
Nusantara.
Pancasila dan Trisakti
Sekarang
banyak orang mengatakan bahwa dengan
selesainya Pemilu Presiden 2014, Indonesia memasuki masa baru. Banyak orang
mengatakan bahwa Joko Widodo sebagai presiden terpilih adalah seorang
pemimpin rakyat yang sebenarnya. Dengan alasan itu, para pembela Pancasila
yang sudah lama merasakan Pancasila diabaikan dan dilecehkan meng-appeal presiden terpilih agar benar-benar
memimpin Indonesia memasuki era baru dengan menjadikan Pancasila sebagai
kenyataan dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Presiden
terpilih telah menyatakan bahwa pemerintahannya akan melaksanakan butir-butir
Trisakti untuk meneruskan perjuangan Bung Karno. Akan tetapi, perlu disadari,
Trisakti hanya bermakna bagi bangsa Indonesia kalau dilandasi Pancasila.
Sebab, negara dengan dasar lain, seperti negara dengan dasar liberalisme atau
komunis, juga mengusahakan agenda serupa Trisakti. Jadi, pelaksanaan Trisakti
hanya bermakna kalau bangsa Indonesia sudah hidup berdasarkan Pancasila.
Maka, pelaksanaan Trisakti harus didahului perwujudan Pancasila dalam
kehidupan bangsa, paling tidak
berjalan bersama-sama dengan perwujudan Pancasila sebagai kenyataan di bumi
Indonesia.
Karena
itu, kami, para pembela Pancasila, menyerukan kepada Jokowi agar menunjukkan
komitmen terhadap terwujudnya Pancasila. Sebab, hal itu syarat mutlak untuk
menjadikan kehidupan bangsa Indonesia benar-benar sejahtera, adil, dan maju
sehingga eksistensi NKRI sesuai dengan aspirasi rakyat Indonesia.
Pernah
terdengar ucapan seorang yang akan jadi pembantu dekat Jokowi bahwa Singapura
telah berkembang maju dan sejahtera tanpa ada Pancasila, jadi tidak perlu
Pancasila untuk maju di Indonesia.
Kalau Jokowi sependapat dengan pembantu dekat itu, NKRI dan bangsa
Indonesia tidak akan pernah mencapai tujuan perjuangannya, bahkan akan makin
menjauh dari tujuan itu. Setiap bangsa mempunyai dasarnya sendiri-sendiri,
sesuai dengan kepribadiannya, dan para pemimpin Singapura telah mengusahakan
perkembangan bangsanya sesuai dengan kepribadiannya.
Banyak
hal yang perlu dilakukan untuk menjadikan Pancasila sebagai kenyataan di
Indonesia. Akan tetapi, kami akan terima kalau Jokowi membuktikan komitmennya
terhadap Pancasila, yakni dengan segera menunjukkan dua usaha secara
sungguh-sungguh sehingga berhasil. Setelah itu dapat diikuti dengan
usaha-usaha lain, termasuk pelaksanaan Trisakti.
Dua usaha
Dua
usaha itu adalah, pertama, menyelenggarakan kaji ulang terhadap UUD 1945 yang
selama reformasi telah diamandemen empat kali sehingga sekarang menjadi
konstitusi yang bertentangan dengan Pancasila. Padahal, konstitusi itu amat penting bagi satu
negara dan bangsa. UUD 1945 tak boleh menunjukkan pertentangan antara
Pembukaan UUD dan Batang Tubuh, juga seluruh isinya harus sesuai dengan Pancasila
sebagai dasar negara.
Kedua,
mengusahakan agar kesenjangan antara golongan kaya dan miskin makin berkurang
dengan makin mengurangi jumlah rakyat miskin. Harus benar-benar ada keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan usaha itu, makin banyak rakyat
Indonesia keluar dari golongan miskin dan menjadi golongan menengah.
Dengan
melakukan dua usaha itu, Jokowi baru menunjukkan komitmennya kepada Pancasila
sebagai dasar negara. Kemudian mengusahakan hal-hal lain yang juga amat
penting sebagai kenyataan Pancasila, seperti penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu yang disajikan kepada seluruh rakyat secara cuma-cuma dan koreksi
terhadap segala usaha yang mengutamakan peran
luar negeri. Semoga Presiden RI 2014-2019 sudi mempertimbangkan
pendapat para pembela Pancasila dan bangsa Indonesia mengalami perbaikan
kehidupan yang makin mendekatkan kita pada tujuan perjuangan bangsa. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar