Kamis, 04 September 2014

Pancasila sebagai Kenyataan di Bumi Indonesia

Pancasila sebagai Kenyataan di Bumi Indonesia

Sayidiman Suryohadiprojo  ;   Pembela dan Pejuang Pancasila;
Mantan Gubernur Lemhannas
KOMPAS, 04 September 2014
                                      
                                                      

KETIKA Bung Karno pada 1 Juni 1945 menyampaikan uraiannya tentang Pancasila, yang kemudian diterima dan disetujui para anggota BPUPKI, dimulailah sejarah Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Para pendiri bangsa kemudian menetapkan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. Ini dinyatakan secara tegas dalam UUD yang disahkan pada 18 Agustus 1945.

Sebagai dasar negara RI, Pancasila tentu mendasari seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia dan jalannya negara RI. Hingga kini bangsa Indonesia tetap memegang Pancasila sebagai dasar negara. Hal itu menunjukkan bahwa dalam perjalanan hidup sebagai bangsa merdeka, rakyat Indonesia menganggap Pancasila memang cocok dengan kehidupannya.

Terbukti kebenaran penjelasan Bung Karno bahwa Pancasila bukan sekadar penemuannya, tetapi telah ia gali dari akar-akar kehidupan bangsa Indonesia. Itu sebabnya kalau ada usaha untuk mengganti Pancasila dengan prinsip-prinsip lain  tidak pernah berhasil. Sebab, rakyat Indonesia merasakan bahwa Pancasila adalah bagian penting dalam kepribadiannya.

Namun, adalah sangat tragis dan ironis bahwa Pancasila, yang dirasakan cocok dan tetap dipelihara sebagai dasar negara RI, dalam kenyataannya  belum mewujud dalam kehidupan bangsa dan negara kita. Dalam kehidupan bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila belum tampak secara tegas. Hal inilah yang dimanfaatkan orang-orang yang ingin mengganti Pancasila dengan mendorong pendapatnya secara de facto dalam kehidupan bangsa Indonesia. Sebutlah seperti meluasnya paham neoliberalisme yang bertentangan dengan Pancasila.

Hal itu dapat terjadi karena tiada usaha yang sungguh-sungguh menjadikan Pancasila sebagai kenyataan di bumi Nusantara, sejak 1945, termasuk oleh para penyelenggara negara yang memimpin RI sejak 1945 hingga kini. Malah terasa makin hari makin kurang usaha menjadikan Pancasila sebagai kenyataan, apalagi  setelah reformasi pada 1998. Padahal, reformasi hanya relevan dengan kehidupan bangsa Indonesia kalau gerakan itu memperjuangkan terwujudnya Pancasila sebagai kenyataan di bumi Nusantara.

Pancasila dan Trisakti

Sekarang banyak  orang mengatakan bahwa dengan selesainya Pemilu Presiden 2014, Indonesia memasuki masa baru. Banyak orang mengatakan bahwa Joko Widodo sebagai presiden terpilih adalah seorang pemimpin rakyat yang sebenarnya. Dengan alasan itu, para pembela Pancasila yang sudah lama merasakan Pancasila diabaikan dan dilecehkan  meng-appeal   presiden terpilih agar benar-benar memimpin Indonesia memasuki era baru dengan menjadikan Pancasila sebagai kenyataan dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Presiden terpilih telah menyatakan bahwa pemerintahannya akan melaksanakan butir-butir Trisakti untuk meneruskan perjuangan Bung Karno. Akan tetapi, perlu disadari, Trisakti hanya bermakna bagi bangsa Indonesia kalau dilandasi Pancasila. Sebab, negara dengan dasar lain, seperti negara dengan dasar liberalisme atau komunis, juga mengusahakan agenda serupa Trisakti. Jadi, pelaksanaan Trisakti hanya bermakna kalau bangsa Indonesia sudah hidup berdasarkan Pancasila. Maka, pelaksanaan Trisakti harus didahului perwujudan Pancasila dalam kehidupan bangsa,  paling tidak berjalan bersama-sama dengan perwujudan Pancasila sebagai kenyataan di bumi Indonesia.

Karena itu, kami, para pembela Pancasila, menyerukan kepada Jokowi agar menunjukkan komitmen terhadap terwujudnya Pancasila. Sebab, hal itu syarat mutlak untuk menjadikan kehidupan bangsa Indonesia benar-benar sejahtera, adil, dan maju sehingga eksistensi NKRI sesuai dengan aspirasi rakyat Indonesia.

Pernah terdengar ucapan seorang yang akan jadi pembantu dekat Jokowi bahwa Singapura telah berkembang maju dan sejahtera tanpa ada Pancasila, jadi tidak perlu Pancasila untuk maju di Indonesia.  Kalau Jokowi sependapat dengan pembantu dekat itu, NKRI dan bangsa Indonesia tidak akan pernah mencapai tujuan perjuangannya, bahkan akan makin menjauh dari tujuan itu. Setiap bangsa mempunyai dasarnya sendiri-sendiri, sesuai dengan kepribadiannya, dan para pemimpin Singapura telah mengusahakan perkembangan bangsanya sesuai dengan kepribadiannya.

Banyak hal yang perlu dilakukan untuk menjadikan Pancasila sebagai kenyataan di Indonesia. Akan tetapi, kami akan terima kalau Jokowi membuktikan komitmennya terhadap Pancasila, yakni dengan segera menunjukkan dua usaha secara sungguh-sungguh sehingga berhasil. Setelah itu dapat diikuti dengan usaha-usaha lain, termasuk pelaksanaan Trisakti.

Dua usaha

Dua usaha itu adalah, pertama, menyelenggarakan kaji ulang terhadap UUD 1945 yang selama reformasi telah diamandemen empat kali sehingga sekarang menjadi konstitusi yang bertentangan dengan Pancasila. Padahal,  konstitusi itu amat penting bagi satu negara dan bangsa. UUD 1945 tak boleh menunjukkan pertentangan antara Pembukaan UUD dan Batang Tubuh, juga seluruh isinya harus sesuai dengan Pancasila sebagai dasar negara.

Kedua, mengusahakan agar kesenjangan antara golongan kaya dan miskin makin berkurang dengan makin mengurangi jumlah rakyat miskin. Harus benar-benar ada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan usaha itu, makin banyak rakyat Indonesia keluar dari golongan miskin dan menjadi golongan menengah.

Dengan melakukan dua usaha itu, Jokowi baru menunjukkan komitmennya kepada Pancasila sebagai dasar negara. Kemudian mengusahakan hal-hal lain yang juga amat penting sebagai kenyataan Pancasila, seperti penyelenggaraan pendidikan yang bermutu yang disajikan kepada seluruh rakyat secara cuma-cuma dan koreksi terhadap segala usaha yang mengutamakan peran  luar negeri. Semoga Presiden RI 2014-2019 sudi mempertimbangkan pendapat para pembela Pancasila dan bangsa Indonesia mengalami perbaikan kehidupan yang makin mendekatkan kita pada tujuan perjuangan bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar