Olahraga
Andalan
Iwel Sastra ;
Komedian
|
KORAN
TEMPO, 09 September 2014
Ahli
olahraga mengingatkan pentingnya melakukan pemanasan sebelum berolahraga.
Tujuannya adalah memperlancar sirkulasi darah, mengurangi ketegangan otot,
membangkitkan adrenalin, serta memberi manfaat positif lainnya. Saya termasuk
yang malas melakukan pemanasan, maka sekarang saya lebih memilih olahraga
catur. Saat saya masih bermain sepak bola, pemanasannya sangat melelahkan,
lari keliling lapangan sepak bola. Sewaktu saya beralih ke futsal,
pemanasannya masih melelahkan, lari keliling lapangan futsal. Kalau catur,
pemanasannya ringan, cukup lari keliling papan catur.
Saya
membagi olahraga menjadi tiga jenis. Pertama, olahraga yang saya suka lakukan
dan enak ditonton, seperti sepak bola. Kedua, olahraga yang saya suka lakukan
tapi tak enak ditonton, misalnya catur. Saya pernah menonton catur, rasanya
sangat sepi. Ketika kuda melakukan serangan dan mengancam raja lawan, tak ada
sorak-sorai dari penonton seperti halnya pemain sepak bola yang mengancam
gawang lawan. Ketiga, olahraga yang saya tidak suka lakukan, tapi enak
ditonton, seperti renang indah.
Sebagian
besar orang berolahraga untuk kesehatan. Belakangan ini, banyak orang
mengikuti lomba lari maraton bukan untuk prestasi, melainkan untuk kesehatan.
Saya sendiri kurang berminat mengikuti lomba lari maraton karena jarak
larinya kejauhan. Saya lebih memilih lari jarak pendek 100 meter. Selain untuk
kesehatan, ada orang yang berolahraga untuk meraih prestasi dengan berprofesi
sebagai atlet. Ada teman saya memutuskan menjadi atlet berkuda. Gagal meraih
prestasi sebagai atlet berkuda, dia banting stir menjadi pemain kuda lumping.
Wah...
Selain
untuk kesehatan, kita berharap banyak generasi muda yang menekuni olahraga
untuk prestasi. Pencapaian prestasi dalam olahraga tidak sekadar untuk
mengangkat nama atlet, tapi juga mengangkat nama negara. Negara seperti
Kamerun dan Pantai Gading dikenal dunia karena sepak bolanya. Tentu saja
popularitas yang diraih oleh negara-negara ini bisa dimanfaatkan sebagai
sumber pendapatan negara yang lain, seperti pemasukan dari sektor pariwisata
maupun investasi.
Sebenarnya,
Indonesia juga pernah dikenal dunia lewat olahraga pada masa keemasan bulu
tangkis. Prestasi-prestasi pemain bulu tangkis Indonesia di tingkat dunia
saat itu sangat membanggakan. Sejarah mencatat nama Rudi Hartono sebagai
juara All England delapan kali. Susi Susanti meraih medali emas bulu tangkis
tunggal putri Olimpiade Barcelona, Spanyol, pada 1992. Di tunggal putra, Alan
Budikusuma meraih medali emas dengan mengalahkan pemain bulu tangkis yang
juga asal Indonesia, yaitu Ardy B. Wiranata. Pada masa keemasan ini pula bulu
tangkis beregu Indonesia disegani dalam perebutan Piala Uber dan Piala
Thomas. Sekarang Indonesia perlu bekerja keras untuk menguber Piala Thomas.
Untuk
bisa kembali mendunia di bidang olah raga, sebaiknya Indonesia berfokus pada
hal yang menjadi kekuatannya. Boleh saja bermimpi sepak bola Indonesia tampil
dalam Piala Dunia, tapi jangan lupakan olahraga yang pernah menjadi kekuatan.
Indonesia harus memiliki satu olahraga andalan yang bisa disegani prestasinya
di kancah dunia. Sudah saatnya kekuatan bulu tangkis Indonesia di mata dunia
dikembalikan. Kepada teman yang buka usaha ayam bakar, saya pernah bilang, "Dengan semakin tumbuhnya bisnis
kuliner ayam bakar, seharusnya bulu tangkis Indonesia semakin maju, karena
kita tak akan pernah kehabisan bulu ayam untuk membuat shuttlecock."
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar