Rabu, 10 September 2014

Olahraga Andalan

Olahraga Andalan  

Iwel Sastra  ;   Komedian
KORAN TEMPO, 09 September 2014

                                                                                                                       
                                                      

Ahli olahraga mengingatkan pentingnya melakukan pemanasan sebelum berolahraga. Tujuannya adalah memperlancar sirkulasi darah, mengurangi ketegangan otot, membangkitkan adrenalin, serta memberi manfaat positif lainnya. Saya termasuk yang malas melakukan pemanasan, maka sekarang saya lebih memilih olahraga catur. Saat saya masih bermain sepak bola, pemanasannya sangat melelahkan, lari keliling lapangan sepak bola. Sewaktu saya beralih ke futsal, pemanasannya masih melelahkan, lari keliling lapangan futsal. Kalau catur, pemanasannya ringan, cukup lari keliling papan catur.

Saya membagi olahraga menjadi tiga jenis. Pertama, olahraga yang saya suka lakukan dan enak ditonton, seperti sepak bola. Kedua, olahraga yang saya suka lakukan tapi tak enak ditonton, misalnya catur. Saya pernah menonton catur, rasanya sangat sepi. Ketika kuda melakukan serangan dan mengancam raja lawan, tak ada sorak-sorai dari penonton seperti halnya pemain sepak bola yang mengancam gawang lawan. Ketiga, olahraga yang saya tidak suka lakukan, tapi enak ditonton, seperti renang indah.

Sebagian besar orang berolahraga untuk kesehatan. Belakangan ini, banyak orang mengikuti lomba lari maraton bukan untuk prestasi, melainkan untuk kesehatan. Saya sendiri kurang berminat mengikuti lomba lari maraton karena jarak larinya kejauhan. Saya lebih memilih lari jarak pendek 100 meter. Selain untuk kesehatan, ada orang yang berolahraga untuk meraih prestasi dengan berprofesi sebagai atlet. Ada teman saya memutuskan menjadi atlet berkuda. Gagal meraih prestasi sebagai atlet berkuda, dia banting stir menjadi pemain kuda lumping. Wah...

Selain untuk kesehatan, kita berharap banyak generasi muda yang menekuni olahraga untuk prestasi. Pencapaian prestasi dalam olahraga tidak sekadar untuk mengangkat nama atlet, tapi juga mengangkat nama negara. Negara seperti Kamerun dan Pantai Gading dikenal dunia karena sepak bolanya. Tentu saja popularitas yang diraih oleh negara-negara ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan negara yang lain, seperti pemasukan dari sektor pariwisata maupun investasi.

Sebenarnya, Indonesia juga pernah dikenal dunia lewat olahraga pada masa keemasan bulu tangkis. Prestasi-prestasi pemain bulu tangkis Indonesia di tingkat dunia saat itu sangat membanggakan. Sejarah mencatat nama Rudi Hartono sebagai juara All England delapan kali. Susi Susanti meraih medali emas bulu tangkis tunggal putri Olimpiade Barcelona, Spanyol, pada 1992. Di tunggal putra, Alan Budikusuma meraih medali emas dengan mengalahkan pemain bulu tangkis yang juga asal Indonesia, yaitu Ardy B. Wiranata. Pada masa keemasan ini pula bulu tangkis beregu Indonesia disegani dalam perebutan Piala Uber dan Piala Thomas. Sekarang Indonesia perlu bekerja keras untuk menguber Piala Thomas.

Untuk bisa kembali mendunia di bidang olah raga, sebaiknya Indonesia berfokus pada hal yang menjadi kekuatannya. Boleh saja bermimpi sepak bola Indonesia tampil dalam Piala Dunia, tapi jangan lupakan olahraga yang pernah menjadi kekuatan. Indonesia harus memiliki satu olahraga andalan yang bisa disegani prestasinya di kancah dunia. Sudah saatnya kekuatan bulu tangkis Indonesia di mata dunia dikembalikan. Kepada teman yang buka usaha ayam bakar, saya pernah bilang, "Dengan semakin tumbuhnya bisnis kuliner ayam bakar, seharusnya bulu tangkis Indonesia semakin maju, karena kita tak akan pernah kehabisan bulu ayam untuk membuat shuttlecock."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar