Sabtu, 13 September 2014

Menggerakkan Isu Rakyat Isu Rakyat

Menggerakkan Isu Rakyat Isu Rakyat

Marenda Ishak S  ;   Dosen Universitas Padjadjaran, Bandung
KOMPAS, 11 September 2014

                                                                                                                       
                                                      

SAAT halalbihalal Partai Nasional Demokrat (22/8/2014), presiden terpilih Joko Widodo meminta relawan tidak membubarkan diri. Masih ada tugas besar menanti. Kantor relawan harus jadi penyambung lidah rakyat kepada pemimpinnya. Seberapa pentingkah kehadiran relawan? Bagaimana posisinya dalam mendukung jalannya pemerintahan, sementara pemerintah telah memiliki seperangkat pembantu kepresidenan termasuk instrumen lain yang mendukung program dan kerja presiden.

Sepanjang proses pemilihan presiden kali ini, satu hal yang sangat menonjol adalah kerja dan militansi relawan yang demikian luas dan masif. Hal ini adalah fenomena paling menarik dalam proses demokrasi kita.

Pada satu sisi, hal ini menunjukkan adanya proses kesadaran masyarakat yang kian matang dalam memahami proses demokrasi dan pentingnya mengawal proses pemilihan pemimpin negeri ini. Pada sisi lainnya, patut juga kita pertanyakan apakah benar masyarakat saat ini hanya mampu bergerak dalam isu dan tataran yang sifatnya elitis?

Sudah menjadi pengetahuan umum bagaimana masyarakat saat ini mudah sekali diorganisisasikan oleh kepentingan sesaat, atau dengan kata lain tergantung seberapa banyak kepentingan ekonominya terpenuhi.

Sebagai bukti, kita dapat menyaksikan bagaimana organisasi-organisasi kemasyarakatan yang ada saat ini saling berebut daerah kekuasaan, berebut pengaruh, dan terkadang turut melibatkan aparat serta elite negeri kita. Ini menjadi catatan tersendiri, bagaimana masyarakat dengan sangat mudah terprovokasi oleh isu-isu fanatisme, agama, dan rasis yang dikeluarkan oleh para elite negeri kita.

Posisi relawan

Lalu bagaimana dengan relawan yang saat ini ada? Dari proses pemilihan presiden kemarin, pembentukan relawan sangat masif terjadi. Dari proses ini, setidaknya kita dapat megindentifikasi bagaimana proses pembentukannya, apa yang menjadi motivasi pembentukan, bagaimana proses pendanaan, bagaimana pelibatan elite, bagaimana isu-isu relawan dibentuk, dan bagaimana tata kelola relawan nantinya.

Pengidentifikasian ini menjadi penting agar kita dapat memilah, mana organisasi/ relawan yang tumbuh dari kesadaran masyarakat dan mana relawan yang berkembang karena sikap pragmatisme semata.

Proses pengidentifikasian sangat berguna untuk pemerintah ke depan, yaitu dalam rangka menyinergikan kerja dan langkah strategis bersama.

Banyaknya jumlah relawan saat ini tidak menjadi penting, yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat mengelola isu-isu yang mereka rasakan bersama, mengorganisasikan masyarakat, mengomunikasikan, mengembangkan pemikiran, serta mencari jalan penyelesaian bersama.

Dari proses ini kita dapat melihat sebenarnya relawan mana yang nantinya akan tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran bersama atau hanya tumbuh sebagai formalitas karena dukungan elite.

Tentunya, kita semua berharap semua kerja relawan dan organisasi yang ada dapat tumbuh dan terus berkembang atas dasar pentingnya menyuarakan isu-isu rakyat, mengorganisasikan masyarakat, menggerakkan semangat kebersamaan, serta menanamkan nilai-nilai luhur bangsa kita.

Hal ini yang tampaknya menjadi ujian presiden ketujuh nantinya, bagaimana mengiring semangat dan partisipasi dari relawan untuk bekerja dalam isu dan tataran yang lebih mengena pada rakyat langsung.

Dengan kata lain, relawan harus mau dan mampu bergerak pada kerja-kerja nyata di masyarakat.

Partisipasi dan optimisme yang telah terbentuk pada masing-masing relawan sudah selayaknya dijadikan modal dasar untuk kembali memperkuat gerakan-gerakan berbasis kemasyarakatan. Dengan catatan, bukan dalam bentuk gerakan yang tersubordinat atau hanya formalitas.

Berbasis rakyat

Dalam perjalanan pemilihan presiden kemarin, penting kita soroti bersama bagaimana masyarakat secara terbuka mendeklarasikan dirinya masuk salah satu pasangan calon. Patut dikritisi kemudian bagaimana pers, akademisi, pemuka agama, pejabat pemerintahan, hingga level terendah masuk dalam pusaran pemilihan presiden.

Hal ini tentu saja merugikan bagi pembangunan nilai dan karakter bangsa kita, terlepas alasan dan alibi masing-masing. Akademisi, pers, pemuka agama, dan pemerintahan sudah seharusnya berada pada nilai-nilai luhur yang patut bersikap netral.

Ke depan, pemerintah perlu mengedepankan kerja sama yang setara dan pelibatan aktif relawan kemasyarakatan dalam kerja-kerja nyata di masyarakat. Terlebih isu-isu pertanian, perikanan, kelautan, buruh, dan pendidikan yang belum tergali dan tersusun dalam pemahaman yang sama. Dengan demikian, hadirnya relawan sepatutnya mampu membantu dalam menggerakkan isu rakyat.

Harapan presiden terpilih kepada relawan untuk tidak membubarkan diri, menyambung lidah rakyat, dan mengawal kerja pemerintahan sudah sepatutnya kita apresiasi.

Kerja relawan harus dikembalikan pada ide dan nilai dasar bahwa permasalahan yang ada sebenarnya berada di tengah-tengah masyarakat. Karena itu, harapan presiden terpilih jangan disalahartikan dengan terus menjaga eksistensi relawan. Akan tetapi, hal yang terpenting bagaimana menyelesaikan masalah di masyarakat dengan terus menyuarakan isu rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar