Mendesain
Karier Guru
Doni Koesoema A ; Pemerhati
Pendidikan
|
MEDIA
INDONESIA, 08 September 2014
INDONESIA belum memiliki
kebijakan yang strategis tentang desain jalur karier guru. Bila didesain
dengan baik, kesejahteraan dan kompetensi guru akan semakin meningkat. Salah
satu tantangan besar pemerintahan baru ialah bagaimana mempertahankan dan
menarik warga negara terbaik untuk memasuki profesi guru melalui desain jalur
karier yang menarik.
Bila dibandingkan
dengan profesi lain, profesi guru tidak menawarkan banyak mobilitas
horizontal dan vertikal.Guru akan selamanya menjadi guru sampai pensiun.
Secara horizontal, jarang sekali guru mengalami alih profesi kecuali dalam
keadaan terpaksa. Guru tidak bisa memilih jalur karier lain karena latar
belakang ilmu dan keterampilannya sangat khas. Apalagi bila disertai dengan
niat dan panggilan untuk pengabdian. Kalau guru tidak tahan menjadi guru di
sebuah unit pendidikan, paling jauh yang bisa dilakukan ialah pindah sekolah
lain, tapi tetap saja ia menjadi guru. Umumnya, betapapun sulit kehidupan
sebagai guru, ia akan tetap bertahan dalam profesinya.
Mobilitas vertikal
Secara vertikal,
pengembangan jalur karier guru pun sangat terbatas. Dari guru novis, jalur yang terbuka baginya
ialah jabatan struktural di unit sekolah, mulai dari pendamping OSIS, menjadi
wakil kepala sekolah, sampai menduduki posisi kepemimpinan sekolah. Umumnya,
mobilitas vertikal karier guru adalah pada fungsi kepemimpinan. Di luar itu
tidak ada alternatif. Kalau guru masih mau mengembangkan karier, misalnya
setelah menduduki jabatan kepala sekolah, karier yang terbuka baginya adalah
sebagai pengawas.
Prospek karier seperti
ini sangat membatasi berbagai macam kemungkinan pengembangan kompetensi
profesional guru, baik sebagai guru pengampu mata pelajaran maupun guru
dengan spesialisasi khusus, seperti ahli literasi, kurikulum, pedagogi,
penilaian, dan penelitian.
Selain tidak adanya
diversifikasi horizontal pengembangan karier guru, proses pematangan diri
guru untuk masuk ke posisi kepemimpinan umumnya berlangsung linear, mengikuti
proses perjalanan waktu. Artinya, proses kenaikan tingkat yang terjadi seringkali
dikaitkan terutama dengan senioritas yang ditentukan dari kriteria lamanya
mengajar. Akibat dari sistem ini ialah hilangnya dimensi meritokratis yang
semestinya dapat menjaga kualitas layanan pendidikan.
Sistem meritokratis
mempersyaratkan bahwa individu yang menduduki jabatan karier memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi.Sebaliknya, sistem pengembangan
karier guru yang berdasarkan senioritas lebih mengutamakan banyaknya
pengalaman. Padahal, banyaknya pengalaman bukanlah jaminan bagi akuisisi
pengetahuan dan keterampilan sebagai manajer dan pemimpin.Pemimpin sekolah
memerlukan pengetahuan manajerial dan kepemimpinan yang tidak diperoleh
melalui pengandaian senioritas. Sebab, seniori tas tidaklah terkait dengan
kapasitas dan kompetensi individu. Inkompetensi kepala sekolah semakin
membuat sekolah membuat perubahan yang berarti.
Sistem senioritas,
atau promosi `urut kacang', justru akan mengganggu jalannya laju perubahan
sebuah unit pendidikan. Sebab, semakin senior, umumnya semakin pro status quo dan antiperubahan.
Pengalaman yang panjang bukanlah jaminan. Sebab, kompetensi profesional
sebagai pemimpin itu membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus. Tidak
mengherankan banyak yang protes saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melelang
jabatan kepala sekolah.
Selama ini, jabatan
kepala sekolah merupakan sebuah proses yang ditentukan melalui senioritas,
bukan karena kompetensi atau keterampilan. Akhirnya, jabatan yang langka ini
diperebutkan melalui cara-cara yang tidak halal dengan cara menyogok dan
kolusi dengan pejabat yang berwewenang.
Di sekolah swasta,
yang dikelola oleh yayasan, kriteria penentuan pemilihan kepala sekolah pun
masih berorientasi pada senioritas ketimbang profesionalitas. Bila yayasan
memiliki defisit dalam visi pendidikan, jabatan kepala sekolah pun diberikan
pada individu yang dianggap dekat dengan yayasan yang gampang diatur dan
dikendalikan. Mutatis mutandis
dengan jalur karier guru. Mobilitas vertikal guru sering kali tidak
ditentukan melalui kriteria objektif terkait pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensi, melainkan karena senioritas meskipun tanpa dibarengi kualitas
yang pantas. Tak mengherankan bila suksesi kepemimpinan di sekolah tidak
selalu dibarengi peningkatan layanan. Pergantian pimpinan tidak membawa perubahan.
Bahkan sebaliknya, menambah banyak masalah. Bila guru adalah kunci
peningkatan kualitas pendidikan sebuah bangsa, mendesain jalur karier yang
memungkinkan mereka memperoleh insentif remunerasi secara meritokratis adalah
sebuah strategi yang baik.
Jalur karier
Adanya standar gaji
guru yang tinggi tentu saja dapat meningkatkan martabat profesi guru. Namun,
bila sistem remunerasi ini tidak didesain dengan baik, negara tidak akan
menda pat banyak manfaat dari meningkatnya kesejahteraan guru. Kebijakan
sertifikasi guru yang lebih bersifat formal-terbatas daripada substansial berkelanjutan
dalam menagih kompetensi profesional guru adalah salah satu contoh minimnya
manfaat dari kebijakan ini. Desain jalur perkembangan karier bisa menjadi
sarana untuk mendesain kembali sistem remunerasi pendidik berbasis
meritokrasi.
William A Firestone
(1994) melihat bahwa alternatif restrukturisasi gaji guru melalui sistem yang
meritokratis bisa membantu pengembangan kinerja guru. Guru diapresiasi
berdasarkan keterampilan dan pengetahuan khusus (knowledge and skilled-based pay), seperti keahlian di bidang
pengajaran, penilaian dan evaluasi, kurikulum, dan perluasan jenis pekerjaan
(job enlargement), seperti jam
tambahan untuk mengurusi berbagai kegiatan pendidikan, seperti jam perwalian,
kegiatan khusus untuk mengorganisasi pertemuan orangtua dengan pihak sekolah,
dll, serta insentif kolektif.
Sistem remunerasi yang
meritokratis dapat membedakan guru yang malas dengan yang rajin, yang asal
mengajar dengan yang penuh komitmen. Remunerasi yang meritokratis bisa
menjadi sumber penguatan fundamen pendidikan nasional dalam rangka penyiapan
tenaga pendidik yang berkualitas.
Penyiapan tenaga
pendidik yang berkualitas di tingkat unit sekolah sampai di tingkat
kepemimpinan manajerial organisasi bukan hanya akan memiliki sumbangan
positif bagi kemajuan pendidikan nasional, melainkan juga akan berdampak
besar pada percepatan transformasi pendidikan nasional dalam menanggapi
tantangan zaman.
Tiga solusi
Pemerintah bisa
mendesain tiga jalur karier strategis bagi pengembangan guru. Jalur pertama
ialah jalur kepemimpinan (leadership
track). Para guru diarahkan dan dievaluasi berdasarkan jalur karier yang
akan mereka tempuh untuk menduduki posisi kepemimpinan, baik itu sebagai
kepala sekolah, pengawas, maupun kepala departemen pendidikan.
Jalur kedua adalah jalur
pengajaran (teaching track).Ini
berarti jalur karier yang berfokus pada keunggulan dalam pengajaran di kelas,
yakni para guru dapat naik jenjang menjadi guru ahli (master teacher) sampai kepala guru ahli (principal master teacher). Pada posisi ini, guru sudah mampu
menjadi rekan pembelajar bagi guru yang lain.
Jalur ketiga adalah
jalur spesialis (specialist track).
Jalur ini tersedia bagi mereka yang ingin mendalami hal-hal khusus dalam
dunia pendidikan, seperti ahli dalam desain kurikulum dan pengajaran, ahli
untuk anak-anak berkebutuhan khusus, peneliti, dan konseling.
Ketiga desain jalur
profesi guru ini mengandaikan bahwa pemerintah juga merestrukturasi sistem
pendidikan dalam Lembaga Penyiapan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan proses
rekrutmen pendidik dalam unit sekolah.
Mereka yang telah
mencapai jalur karier tertentu harus mendapat apresiasi berupa remunerasi
yang baik, sehingga jalur karier ini sungguh-sungguh mampu menjaga
kreativitas dan komitmen para pendidik.
Pengembangan
profesional guru yang berkelanjutan dengan sistem remunerasi yang jelas
melalui prospek pengembangan karier yang baik akan menarik minat generasi
muda untuk memeluk profesi sebagai guru. Untuk itu, pemerintahan baru perlu
mendesain kembali jalur perjalanan karier guru secara sistematis agar profesi
mulia ini semakin menjadi daya tarik generasi muda. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar