Selasa, 02 September 2014

Hidupkan Kekayaan Maritim

Hidupkan Kekayaan Maritim

YB Haryono  Pengelola Balai Budaya di Rejosari Kabupaten Kudus
SUARA MERDEKA, 01 September 2014

                                                                                                                       
                                                      

Bagi pencinta sejarah maritim, ada baiknya melongok (bekas) Benteng Portugis di pinggir pantai Donorojo, Jepara. Memang tak ada bangunan kokoh, menara pengawas, meriam besar atau galangan kapal. Pun tak ada kisah petualangan laut heroik seperti wiracarita La Galigo di Bugis atau Hikayat Hang Tuah di Melayu. Bukankah kesusastraan Jawa jarang mengangkat pujian petualangan laut?
Namun berdiri di bekas benteng itu, bisa menghidupkan imaji kejayaan maritim Nusantara. Kini di atas bukit itu, tinggal reruntuhan tembok berbentuk persegi empat. Di tengah ada lahan kosong dengan beberapa pohon peneduh. Di utara terdapat bangunan kusam dan beberapa replika meriam. Penamaan Portugis sendiri menarik perhatian.
Seorang tokoh lokal meyakini benteng itu peninggalan bangsa Portugis. Benteng dibangun untuk menjamin keamanan perdagangan dari saingan dan mengawasi perompak yang kerap melintasi. Andai benar, itu berarti ada persinggungan perdagangan, budaya, ataupun militer Nusantara dengan Portugis di Jawa. Sumber lain mengaitkan keberadaan benteng dengan Raja Mataram yang menyerang Belanda tahun 1628 dan 1629.
Merasa terusik berkait jatuhnya kota Jayakarta ke tangan Belanda, Sultan Agung mempersiapkan angkatan perang. Menyadari Belanda bisa dikalahkan lewat serangan darat dan laut secara bersamaan, sementara Mataram tidak memiliki armada laut kuat, ia meminta bantuan pihak yang berseteru dengan VOC, yaitu Portugis. Namun peneliti seperti Denys Lombard lebih berhati-hati.
Dalam buku Nusa Jawa, dia mengatakan, di Jawa muncul kenangan akan bangsa Portugis. Kemunculannya dalam bentuk historiografi rakyat; meriam tua atau reruntuhan benteng yang menurut tradisi setempat berasal dari zaman Portugis kendati sebenarnya dari zaman Belanda.
Inilah gema dari historiografi kolonial yang membesar-besarkan wiracarita Portugis. Siapa pun pembangunnya, benteng 45 km di timur laut kota Jepara secara geografis strategis untuk kepentingan militer. Bila pada masanya tembakan meriamnya mencapai 2-3 km, selat di depan benteng berada di bawah kendali meriam benteng sehingga berpengaruh pada pelayaran kapal dari Jepara ke Indonesia bagian timur atau sebaliknya.
Keharuman Jepara
Bangsa kita pun sebenarnya punya wiracarita. Jepara memiliki nama harum dalam dunia maritim. Sebagaimana dikatakan Denys Lombard bahwa Portugis pun mengakui armada istimewa buatan Jawa. Bangsa penakluk lautan itu mengakui kapal buatan Jepara itu merupakan yang terbesar yang mereka kenal. Mereka mengetahui kapal hebat Jawa itu karena pada Januari 1513 Pati Unus dari Jepara mengirim pasukan ke Malaka. Konon ada 100 kapal, 40 jung, dan 60 lancara, paling kecil berbobot 200 ton.
Pati Unus dikatakan memerlukan waktu 5 tahun untuk membangunnya di galangan-galangan di pesisir. Waktu itu kehebatan kapal-kapal Jawa dilukiskan, ìKapal itu merupakan kapal tempur amat besar dengan papan berpelapisan di semua sisi yang terbentuk dari papan 7 lapis direkat satu sama lain dengan turap beraspal, bagaikan benteng tebal. Pati Unus mengandalkannya sebagai benteng apung sesungguhnya (en modo de fortaleza) guna memblokir daerah sekeliling Malaka.”
Sesudah perang, Kapten Ferenao Peres de Andrade yang harus bertahan dari penyerbuan Pati Unus menyurati Albuquerque. Dia mengisahkan jung besar itu mengangkut kira-kira 1.000 pejuang dan, ”peluru meriam kita yang paling besar pun tidak berhasil menerobos badan kapal itu,” tulisnya. Dari reruntuhan Benteng Portugis kita diingatkan kejayaan bangsa ini. Bangsa lain mengagumi Indonesia lantaran kehebatan teknologi perkapalan kita.
Bangsa lain datang ke Nusantara lantaran kekayaan dan keunikan kita. Kalau bangsa kita merindu wiracarita kehebatan bangsa, kita perlu makin banyak menggali. Kita bisa menemukan kisah kepahlawanan, penemuan mengagumkan yang membuat bangga. Kekayaan tak hanya datang dari bangsa lain tapi dari negeri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar