Kamis, 11 September 2014

Ebola, dari Hewan ke Manusia

Ebola, dari Hewan ke Manusia

Harjuli Hatmono  ;   Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jateng I, Sekretaris ex officio Komisi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (KP3K) Provinsi Jawa Tengah
SUARA MERDEKA, 10 September 2014

                                                                                                                       
                                                      

Wabah Ebola Virus Disease (EVD) telah dinyatakan oleh WHO, organisasi kesehatan dunia, sebagai keadaan darurat kesehatan internasional.

Apa respons negara-negara? Spanyol menerima kepulangan dua warganya dari Liberia, yang terjangkit virus penyakit itu, dengan perlakuan khusus, tandu steril, kendati kemudian diberitakan meninggal dalam perawatan di Madrid. AS pun menarik diplomatnya dari Siera Leone, pusat wabah, bersama Liberia dan Guinea (SM, 16/8/14).

Adapun Arab Saudi tak menerbitkan visa bagi 7.400 calhaj asal negara terjangkit, sedangkan Indonesia menyatakan ’’Siaga Ebola’’. Artinya, penyebaran penyakit itu bukan lagi masalah negara terjangkit melainkan mengharuskan semua negara waspada.

Kesadaran internasional menghadapi wabah penyakit diperlukan guna mencegah meluasnya epidemi menjadi pandemi (wabah raya). Bukan kekhawatiran berlebihan dalam menghadapi EVD, melihat risiko penyebarannya. Pertama; dalam epidemiologi dikenal adanya hewan reservoir, yakni yang menyimpan agen penyakit tanpa ia sendiri menderita penyakit.

Dalam kasus virus Ebola, reservoir berada pada hewan kelelawar buah, gorila, simpanse, landak, dan antelop. Hewan itu tersebar di berbagai belahan dunia. Kontak agen penyakit dengan manusia melalui kelelawar terjadi secara langsung ataupun tidak. Buah terkotaminasi yang terkonsumsi manusia bisa mengawali infeksi.

Simpanse dan gorila walaupun dilindungi undang-undang konservasi, masih terjadi transportasi dan jual beli. Kontak langsung dapat terjadi pada orang yang terlibat. Secara tak langsung, agen penyakit dapat tersebar ke sepanjang garis yang dilalui.

Daging landak tak jarang ditemukan sebagai ’’menu istimewa’’, antara lain di kawasan wisata Tawangmangu Karanganyar. Khusus sate landak dijual di Delanggu, Klaten. Kedua; sifat virus yang immunosuppressive, yaitu menekan pembentukan zat kebal pada tubuh yang terinfeksi. Hal ini juga menyulitkan upaya lab menciptakan vaksin.

Penelitian intensif pada hewan reservoir perlu dilakukan guna mengetahui mekanisme pengebalan tubuhnya dari infeksi virus Ebola. Ketiga; risiko penyebaran melalui kontak langsung penderita disertai kontak dengan benda tercemar. Hubungan internasional melalui lalu lintas udara antarnegara membuka peluang besar penyebaran virus melalui vektor mekanis ataupun biologis.

Menurut beberapa referensi; darah, kotoran dan keringat penderita dapat menjadi media penularan virus. Hubungan seks dengan orang terinfeksi, penanganan jenazah tanpa alat pelindung memadai dan menyentuh benda terkontaminasi dapat juga menjadi sumber penyebaran virus.

Tindakan Arab tidak mau memberi visa calon jamaah haji negara tertular semata-mata membatasi vektor mekanis dan biologis sekaligus. Andai kasus Ebola sudah terjadi sejak Maret 2014, apakah jamaah umrah telah memperoleh perlakuan sama? Bila saat itu lolos, mereka yang berasal dari berbagai negara itu, seharusnya diperiksa intensif.

Studi Restropektif

Istilahnya, pada disiplin epidemiologi harus ada studi retrospektif. Katakanlah, tak ada kasus hingga batas masa inkubasi. Manusia merupakan dead-end kendati 10% dari kasus dapat selamat.

Meminjam istilah Bob Knight dalam buku The Power of Negative Thinking, ada baiknya kata ”jangan-jangan” agen penyakit berada pada kasus yang selamat. Untuk mencegah masuknya virus Ebola ke Indonesia harus dilakukan pencegahan di luar negeri.

Sebelum seseorang terbang ke Indonesia, ia harus negatif EVD. Karena itu, lebih baik menyediakan posko pemeriksaan kesehatan di pelabuhan dan bandara. Bila hasil pemeriksaan positif, dan ia bisa masuk maka sama saja dengan mengucapkan ”Selamat Datang Ebola’’. Semoga itu tidak terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar