Dapatkah
Kurikulum 2013
Menyambut
Bonus Demografi?
Aripianto ; Mantan
Wakabid Litbang dan Infokom DPC GMNI Pekanbaru,
Lulusan Universitas Riau
|
OKEZONENEWS,
08 September 2014
Implementasi
kurikulum 2013 sampai saat ini masih kontroversial di tengah kalangan
pendidik. Hal ini tentunya akan menjadi polemik baru di dalam dunia
pendidikan kita jika pemerintah tidak mampu melakukan pencerahaan tentang
pentingnya menerapkan kurikulum 2013 untuk menyambut bonus demografis yang
diprediksi akan terjadi pada 2020-2030. Bonus Demografi ini tentunya akan
dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk
produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang
dialaminya.
Menyadari
akan tantangan bonus demografis itu maka sejumlah pakar pendidikan berusaha
memperbaiki semua unsur pelaksanaan pendidikan salah satunya merombak
kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 diharapkan mampu memperbaiki akhlak serta mencetak SDM yang
mampu berkompetensi mengikuti arus perkembangan globalisasi guna
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Upaya perbaikan tersebut akan
berlangsung dengan baik apabila calon pendidik juga memahami maksud perubahan
kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Pemahaman implementasi kurikulum 2013
adalah bagian dari pemenuhan kompetensi paedagogik serta kompetensi
profesional dari calon pendidik.
Pelaksanaan
kurikulum 2013 secara serentak berlangsung Juli 2014 yang akan dievaluasi
pada tahun 2015. Meskipun telah berjalan kurang lebih satu tahun, ternyata
masih banyak kendala dalam memuluskan jalannya kurikulum 2013. Perbaikan mutu
pendidik yang telah jauh dari usia ideal dan mendekati usia pensiun dirasakan
sekali oleh peserta didik dari daerah pedalaman, minimnya sarana dan
prasarana yang ada memicu strata pengetahuan. Banyak kalangan masih kontra
akan pelaksanaan kurikulum 2013 tidak lain akibat kedua faktor tersebut.
Sebetulnya kurikulum 2013 yang berpusat pada siswa ini melatih siswa untuk
mengeksplorasi bakat yang dimilikinya. Lebih lanjut, implementasi kurikulum
2013 tidak hanya fokus pada kemampuan pengetahuan yang dimiliki individu
melainkan merangkul aspek pengetahuan, sosial dan keterampilan sebagai hasil
lulusan yang hendak dicapai.
Prinsip Pengembangan
Kurikulum 2013
Sejak
tahun 1945 kurikulum pendidikan di Indonesia mengalami perubahan
berkali-kali. Dari 1947 kurikulum rencana pelajaran yang dirinci dalam
Rencana Pelajaran Terurai, 1964 Rencana Pendidikan Sekolah Dasar, 1968 Kurikulum
Sekolah Dasar, 1973 kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP),
1975 Kurikulum Sekolah Dasar, 1984 Kurikulum 1984, 1994 Kurikulum 1994, 1997
revisi Kurikulum 1994, 2004 rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
sampai 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan saat ini akan
diperbaharui menjadi kurikulum 2013.
Untuk
dapat memahami dan mengimplementasikan Kurikulum 2013 perlu mengetahui
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum 2013 meliputi: (1) Berpusat pada
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. (2) Beragam dan terpadu. (3) Tanggap terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
(4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) Menyeluruh dan berkesinambungan.
(6) Belajar sepanjang hayat. (7) Seimbang antara kepentingan nasional dan
kepentingan daerah. Kurikulum
2013 bertujuan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia. Proses pembelajaran kurikulum 2013
terdiri dari kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler.
Kurikulum 2013 Siapkan
Bonus Demografi
Menurut
guru besar Universitas Indonesia Prof. Dr Sri Moertiningsih Adioetomo,
Indonesia sudah mendapat bonus demografi mulai 2010 dan akan mencapai
puncaknya sekitar tahun 2030.
Bonus
demografis tentu saja akan menjadi suatu berkah. Melimpahnya jumlah penduduk
usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu
pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Impasnya adalah
meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Namun berkah ini
bisa berbalik menjadi bencana jika bonus ini tidak dipersiapkan
kedatangannya. Permasalahan pembangunan sumber daya manusia yang harusnya
bisa diselesaikan dari sekarang, jauh sebelum bonus demografi datang. Jangan
sampai hal yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani negara
karena masalah yang mendasar. Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjadi
agent of development dengan cara memperbaiki mutu modal manusia, mulai dari
pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, serta penguasaan teknologi.
Solusi lainnya bisa dengan memberikan keterampilan kepada tenaga kerja
produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada ketersediaan lapangan
pekerjaan tapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri. Selain itu
pemerintah juga harus mampu menjaga ketersediaan lapangan pekerjaan, menjaga
aset-aset Negara agar tidak banyak dikuasai pihak asing yang pastinya akan
merugikan dari sisi peluang kerja.
Sebelumnya,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meluncurkan Buku Proyeksi Penduduk
Indonesia 2010-2035. Dalam kesempatan tersebut, Presiden menyatakan bahwa
kependudukan merupakan topik yang sangat penting dalam pembangunan, karena
pembangunan manusia pada dasarnya ditujukan kepada manusia atau people-centered development.
Menurutnya,
pembangunan dilakukan pada saat manusia menjadi pelaku utama dari pembangunan
itu sendiri yang diukur dari human resource development atau kualitas sumber
daya manusia. Oleh karena itu, pembangunan manusia harus menjadi prioritas
dalam pembangunan. Presiden juga berharap pentingnya proyeksi penduduk
sebagai prasyarat untuk merumuskan perencanaan pembangunan di masa depan
secara lebih efektif dan efisien.
Dalam
menyambut bonus demografi Wakil Presiden Republik Indonesia (RI), Boediono,
yang dimanfaatkan dengan baik melalui perbaikan kualitas pendidikan. Tidak
cukup hanya infrastruktur saja yang diperbaiki dan menjadi sasaran perbaikan,
namun isi yang diajarkan pada anak-anak juga merupakan sesuatu yang penting.
Untuk itu menurut Boediono, menyambut
baik kurikulum 2013. Tanpa ada perbaikan isi ajar maka bonus demografi yang
dimiliki Indonesia saat ini akan sia-sia.
Namun
kebijakan perubahan kurikulum juga perlu pengawasan dan persiapan yang matang
dalam mempersiapkan masyarakat Indonesia khusus pemuda sebagai generasi bonus
demografi melalui pendidikan salah satu dan pengembalian karakter bangsa,
jauh dari kapitalisme, sekulerisme, dan liberalisme. Dengan itu harapannya
Indonesia akan menjadi bangsa yang besar dengan pengoptimalkan bonus
demografi. Peserta didik juga harus menyadari bahwa pendidikan diperlukan
untuk menjawab tantangan global. Siswa juga harus bertanggung jawab dalam
menuntut ilmu untuk mencapai pendidikan karakter yang menjadi tujuan
kurikulum 2013. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar