Catatan
Satu Tahun Kurikulum 2013
Sudaryanto ; Dosen PBSI FKIP UAD
|
HALUAN,
01 September 2014
Kurikulum 2013 memasuki
masa satu tahun implementasinya di sekolah, khususnya sejak 15 Juli 2014
lalu. Dalam masa setahun itu tentu banyak hal yang dapat dievaluasi dari
implementasi kurikulum pengganti Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) itu. Sekurangnya, ada tiga hal yang patut dicatat
sebagai bahan evaluasi atas implementasi Kurikulum 2013, terutama bagi pihak
pemerintah dan sekolah.
Sebelumnya, mari kita
membaca beberapa komentar yang dilontarkan oleh sejumlah pengamat pendidikan.
Nanang Martono (Haluan, 16/7/2014)
menilai, adanya ketidaksiapan dari pihak pemerintah dan sekolah dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013. Ada dua sumber ketidaksiapan itu, tulis
Nanang yang merupakan dosen sosiologi pendidikan FISIP Unsoed, yaitu
distribusi buku dan pelatihan guru yang sama-sama belum merata dan selesai.
Ki Supriyoko (Kompas,
28/1/2014) dari Universitas Sarjanawijayata Tamansiswa (UST), Yogyakarta,
memiliki komentar lain. Menurut doktor lulusan IKIP Jakarta (kini UNJ) bidang
penelitian dan evaluasi pendidikan itu, Kurikulum 2013 pantas dievaluasi,
sekalipun baru diimplementasikan di sekolah selama satu semester atau
kurang dari itu. Persoalannya kini, apa-apa saja yang perlu dievaluasi dari
implementasi Kurikulum 2013 di sekolah atau madrasah kita?
Model Pembelajaran dan
Penilaian
Hal pertama yang dijadikan
sebagai bahan evaluasi atas implementasi Kurikulum 2013 ialah model
pembelajaran guru di kelas. Format pembelajaran dalam Kurikulum 2013 mengacu
pada model pembelajaran tematik-integratif. Dalam model tersebut, semua guru
dapat melakukan diskusi secara lintas mata pelajaran (mapel), baik yang
terkategorikan bidang eksakta (sains) maupun bidang non-eksakta
(sosial-humaniora).
Melalui model pembelajaran
tematik-integratif, para guru diajak untuk berpikir secara integratif, tidak
lagi parsial atau sepotong-sepotong. Berikut ini ilustrasinya. Guru Bahasa
Indonesia ingin mengajarkan materi pantun, sedangkan guru Biologi ingin
menyampaikan materi tanaman berkhasiat bagi manusia. Secara kasat mata, kedua
materi tersebut nampaknya kurang nyambung.
Tapi tunggu dulu, bagaimana jika hal ini diintegrasikan satu sama lain.
Jika merujuk model pembelajaran
tematik-integratif, guru Bahasa Indonesia dan guru Biologi berpeluang untuk
berkreasi lebih jauh. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, para siswa dibimbing
menulis pantun tentang tanaman berkhasiat; sementara dalam pelajaran Biologi,
para siswa lebih mudah memahami jenis dan manfaat dari tanaman berkhasiat
bagi manusia melalui pantun tadi. Inilah salah satu keuntungan yang dapat
dipetik dari model pembelajaran tematik-integratif.
Sebetulnya, model pembelajaran
tematik-integratif bukanlah sesuatu yang baru bagi para guru, khususnya di
jenjang sekolah dasar (SD). Hanya saja, selama ini, tak sedikit guru SD
enggan menggunakannya karena berbagai alasan. Salah satunya ialah
“kerepotan” mencari tema yang dapat diintegrasikan dengan tema dari mapel
lainnya. Di samping itu, “kerepotan” lainnya ialah minimnya waktu untuk
membaca buku referensi dan berdiskusi dengan guru mapel lainnya.
Hal kedua ialah penilaian
kompetensi siswa serta penulisan hasil akhir pada buku laporan belajar
(rapor). Terkait model pembelajaran tematik-integratif, para guru mapel harus
berdiskusi pula tentang penilaian kompetensi siswa. Meskipun bersifat tematik
dan integratif, namun tiap-tiap guru mapel harus memiliki acuan/standar
penilaian yang tepat. Seperti contoh di atas, siswa yang menulis pantun
dengan baik akan memperoleh nilai yang baik pula.
Munculnya pendapat bahwa
model pembelajaran tematik-integratif itu malah membingungkan para guru
dalam menyusun penilaian kompetensi dinilai kurang tepat. Alih-alih
membingungkan para guru, justru penilaian kompetensi siswa bersifat kompleks
dan terintegrasi antara satu mapel dan mapel lainnya. Dengan begitu, para
orang tua/wali siswa di rumah diajak berpikir secara kompleks dan
terintegrasi pula.
Format penulisan buku
rapor siswa dalam Kurikulum 2013 juga berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Pada Kurikulum 2006, buku rapor siswa didominasi oleh angka/skor hasil
belajar disertai deskripsi capaian kompetensi akademik siswa. Sementara itu,
pada Kurikulum 2013, buku rapor siswa didominasi oleh narasi yang menggambarkan
seluruh capaian kompetensi siswa, termasuk kompetensi akademik dan
non-akademik (sikap belajar).
Kontinuitas
Pelatihan Guru
Hal ketiga ialah kontinuitas
pelatihan guru semua mapel. Saat ini, beberapa guru mapel tengah mengikuti
pelatihan terkait implementasi Kurikulum 2013. Meskipun pelaksanaan
pelatihan guru itu agak meleset dari target awalnya, namun kita berharap hal
itu tidak berpengaruh besar terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013. Bagaimana
pun, kita tetap berharap agar pelatihan guru yang sedang berlangsung dapat
mendukung keberlangsungan Kurikulum 2013 di sekolah.
Asumsi yang mengatakan
bahwa kunci keberhasilan pembelajaran di kelas terletak di tangan guru itu
benar adanya. Tanpa guru, tak akan tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif,
dan menyenangkan (PAIKEM). Tanpa guru pula, tak akan terwujud pembelajaran
yang mencerdaskan siswa. Untuk itu, guru yang aktif, kreatif, dan menyenangkan,
serta mencerdaskan siswa, dapat dihasilkan dari pelatihan-pelatihan guru
secara kontinu.
Selama ini, jujur saja,
pelatihan guru dari pemerintah dilaksanakan berdasarkan tuntutan kurikulum
belaka. Misalnya, saat-saat pemberlakuan Kurikulum 2006, para guru
disibukkan dengan pelatihan implementasi Kurikulum 2006. Setelah itu, nyaris
tak ada lagi pelatihan guru dari pemerintah. Kondisi itu berulang pada
saat-saat pemberlakuan Kurikulum 2013. Alhasil, kemampuan guru kita tidak
maksimal dan cenderung parsial atau setengah-setengah.
Akhirnya, melalui artikel
ini, penulis ingin menghimbau agar pihak pemerintah dalam hal ini Kemdikbud
dan sekolah dapat lebih siap dalam melaksanakan Kurikulum 2013. Tanpa
persiapan yang matang dan didukung oleh semua pihak, saya kira, keberhasilan
pelaksanaan Kurikulum 2013 hanya mimpi di siang bolong. Untuk itu, tiga hal
yang telah disinggung di atas pantas diperhatikan secara saksama oleh semua
pihak. Nah. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar