Rabu, 10 September 2014

Asas Gotong Royong Masyarakat ASEAN

Asas Gotong Royong Masyarakat ASEAN  

Rene L Pattiradjawane  ;   Wartawan Senior Kompas
KOMPAS, 10 September 2014

                                                                                                                       
                                                      

SALAH satu ancaman nyata dalam pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 adalah makin meningkatnya proteksionisme. Selain itu juga tidak tecermin secara jelas komitmen Indonesia sebagai negara anggota terbesar ASEAN dalam menghadapi integrasi ekonomi dan perdagangan bebas yang akan terbentuk 15 bulan mendatang.

Kekhawatiran ini muncul dalam forum ASEAN Business Club yang diselenggarakan di Singapura pada Senin (8/9). Pendiri AirAsia, Tony Fernandes, seperti dikutip harian Financial Times, mengatakan, proteksionisme lebih banyak disebabkan peranan pemerintah.

Banyak pemerintahan negara anggota ASEAN yang terlalu terlibat dalam bisnis. ”Harus ada pembedaan yang jelas apakah pemerintah itu bertindak dan berfungsi sebagai regulator dan fasilitator atau mereka terlibat dalam bisnis,” kata Fernandes.

Terkait komitmen Indonesia terhadap Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, ada kekhawatiran sehubungan dengan nasionalisme ekonomi di bawah pemerintahan baru presiden terpilih Joko Widodo. Ini terutama dalam visualisasi kebijakan regional di masa mendatang. Indonesia cemas ekonominya akan ”ditelan” para pesaing dari Singapura dan Malaysia.

Kekhawatiran ini khususnya muncul di sektor keuangan. Para eksekutif perusahaan-perusahaan besar di ASEAN menganggap, tanpa keterlibatan utuh Indonesia dalam MEA 2015, integrasi ekonomi Asia Tenggara tak banyak memberi perubahan dan arti yang utuh secara regional.

Di sisi lain, kita melihat para pelaku bisnis dalam forum tersebut lupa bahwa semangat MEA 2015 tak bisa dipisahkan dari pilar keseluruhan Masyarakat ASEAN secara utuh. Ada dua alasan. Pertama, bidang ekonomi merupakan denominator paling mudah untuk mempercepat integrasi kawasan dibandingkan pilar politik-keamanan ataupun pilar sosial-budaya.

Kedua, harus diingat bahwa ASEAN adalah warisan organisasi politik untuk meredam konflik dan membangun secara gotong royong stabilitas dan perdamaian sebagai prasyarat pertumbuhan ekonomi bagi kesejahteraan warga Asia Tenggara. Semangat gotong royong ini harus tecermin dalam Masyarakat ASEAN.

Ini merupakan cita-cita Indonesia sejak Orde Baru, membangun kerja sama berasaskan gotong royong bagi kepentingan bersama. Membangun hubungan politik dan ekonomi tak bisa dipisahkan dari kerja sama budaya sehingga pemikiran tentang pembangunan akan memiliki landasan kokoh bagi kemitraan strategis di antara negara kawasan.

Ada beberapa faktor ikut menentukan mengapa kegotongroyongan harus menjadi kepentingan dan asas bersama. Pertama, sebagai organisasi regional, ASEAN bukan lembaga untuk menjembatani pertikaian di antara negara-negara anggotanya, melainkan lebih sebagai sebuah forum dialog untuk mencapai konsensus terbaik menyelesaikan persoalan-persoalan regional, termasuk ekonomi.

Kedua, kerja sama pilar ekonomi Masyarakat ASEAN 2015 bertujuan mempromosikan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan daya saing internasional, mengurangi angka kemiskinan, dan mempromosikan integrasi ekonomi regional. Ini sejalan ketika negara-negara ASEAN mulai masuk ke pembangunan komprehensif berorientasi ekspor dengan industri pengolahan ekspor akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ASEAN.

Ketiga, konstruksi regional ASEAN setelah tahun 2015 harus dilihat dalam prospek saling menguntungkan karena konektivitas ekonomi ASEAN harus mampu menyerap seluruh potensi antarnegara, tak hanya mewakili kepentingan sektor ekonomi tertentu, seperti jasa dan keuangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar