Untuk
Para Capres : Rakyat (Cuma) Butuh Pelayan
M Rizki Pratama ; Alumnus Prodi Ilmu Administrasi Negara FISIP UNAIR, Pemerhati Pelayanan Publik
|
OKEZONENEWS,
10 Juli 2014
Bicara problem pemerintahan di Republik ini tentu hingga kini kita
belum dapat berharap perubahan secara revolusioner, pascareformasi struktur
politik 1998 permasalahan yang sifatnya substansial saja belum dapat diatasi,
bahkan cerdik pandai sendiri memperkirakan Negara ini sudah menuju ke arah
Failed State. Banyak yang bilang kita hanya menikmati demokrasi prosedural
yang high cost yang belum mampu menciptakan demokrasi yang lebih substantif.
Di sisi lain Korupsi, kemiskinan, pengangguran, inflasi, terorisme,
inefektivitas pembangunan dan berbagai problem yang sebenarnya tetap sama
dari tahun ke tahun belum mampu 100% diatasi oleh pemerintah.
Kepercayaan rakyat kepada pemerintah juga tak menunjukkan arah yang
positif, tercermin dari sikap publik
yang lebih gampang menghujat daripada memuji, para pejabat kini pun tak
banyak mendapatkan tempat di hati rakyat, kata rakyat: kebanyakan plesir foya-foya habisin
duit rakyat, yudikatif pun juga demikian kongkalikong dengan para legislator
yang tak bersih akibatnya banyak produk kebijakan cacat hukum hingga tak
menangkap aspirasi rakyat, tumpang tindih dengan Konstitusi bahkan di lokus
yang lebih kecil peraturah daerah (perda) sendiri banyak yang dicabut.
Sebagai rakyat biasa antara putus asa dan pasrah menjadi tameng yang
tidak pernah dapat melindungi, seharusnya perlindungan merupakan kewajiban
Pemerintah. Menjelang hari penentuan pemilihan presiden tanggal 9 esok tentu para calon presiden (capres) semakin
genjar mendeksripsikan visi misi dan keunggulan mereka di depan masyarakat,
tentu setiap individu memiliki preferensi pilihan tersendiri akan tetapi
untuk sekedar mengingatkan bahwa rakyat sudah jenuh untuk melayani para
pemimpin kini rakyat akan memulai pilihan baru untuk lebih melayani rakyat
sesuai dengan nilai demokrasi. Rakyat sudah bosan dibohongi dengan kharisma
palsu pemimpin.
Pembicaraan ini mengarah pada figur-figur berkualitas dengan gaya
serving, yang artinya tak segan mengabdikan diri kepada rakyat dengan
pendekatan yang tak biasa tapi sebenarnya itulah yang harus dilakukan sebagai
abdi rakyat dan Negara. Presiden kelas jelas tak hanya menjadi simbol negara
dan pemimpin pemerintahan, akan tetapi menjadi sandaran seluruh rakyatnya
yang banyak susah daripada pemimpinnya sendiri.
Jujur saja kita takkan banyak berubah jika tak mendapatkan pemimpin
yang benar-benar bisa menjadi pimpinan bukan sok gaya memimpin tapi tak punya
jiwa pemimpin apalagi memimpin Republik yang tengah semrawut ini pasti
pekerjaan berat bagi orang-orang yang tak punya kompetensi luar biasa.
Melalui pemimpinlah bangsa ini akan berubah.
Figur
Pelayan Publik
Tak banyak memang jika diramalkan hingga hari ini para tokoh nasional
kita baik dari kalangan politikus, birokrat hingga pengusaha yang memiliki
style melayani daripada memperkaya diri sendiri. Dari Prof. Soetandyo
Wignyosoebroto (Alm.) yang sangat kita hormati sebagai guru besar sosiologi
hukum kita belajar makna kesederhanaan dalam hidup, Prof. Jimli Ashidique
juga berujar bahwa kita butuh negarawan yang kini hidupnya sudah tak mengajar
pangkat dan harta lagi, kita butuh pengabdian. Dari Prof. Mahfud M.D kita
juga belajar makna integritas seorang pejabat. Sedikit karakter tersebut
pelayan rakyat harus memiliki jiwa mengabdi sehingga cukup tampak jelas siapa
figur-figur yang layak menjadi pilihan rakyat pada 2014. Pemimpin kali ini
harus dekat kepada rakyat, mempu meredam gejolak di dalam rakyat dan tentu
saja bijaksana. Kita butuh pemimpin yang siap sedia dan cepat mengambil
keputusan penting dan yang terpenting adalah pemimpin yang memberikan seluruh
hidupnya untuk rakyatnya tidak setengah-setengah karena kita butuh pemimpin
yang melayani bukan yang meminta untuk dilayani oleh rakyatnya. Bukan juga
pemimpin yang lebih banyak di duduk di meja, pemimpin yang sering sedih berkeluh
kesah kepada publik, kita butuh pelayan sekarang.
Dekat
Rakyat
Figur pelayan publik pasti memiliki cara untuk mendekatkan diri kepada
rakyat jelas bicara masalah kedekatan seorang pemimpin kepada rakyat
merupakan hal yang tak dapat dilakukan semua pemimpin, sebab realita saat ini
hanya segilitir tokoh yang mampu menjalin komunikasi secara aktif dan
partisipatif dengan rakyat terutama terhadap rakyat kelas menengah ke bawah
yang tidak mempunyai banyak jenis saluran komunikasi kepada pejabat. Dekat kepada
rakyat tak mungkin dapat diraih dengan waktu yang singkat jadi jika hanya
melalui kampanye politik dengan jangka waktu yang pendek sudah hampir pasti
tak akan mendapatan simpati. Mendekati rakyat tak mungkin dilakukan oleh
calon yang sudah mendapat predikat negatif, walaupun sudah dilakukan berbagai
upaya kemungkinan besar simpati yang didapatkan tak akan pernah seimbang
dengan calon yang bersih, jadi jangan ngeyel. Siapa yang mampu mendekati
rakyat dipastikan akan mampu memperoleh banyak dukungan dengan catatan
menjadi calon presiden yang bersih.
Kita semua tentu sangat berharap perubahan pada negeri kita ini dan
kita akan segera memulai perubahan dengan tepat jika kita juga menemukan
pemimpin yang tepat, yaitu pemimpin yang mampu melayani semua rakyatnya. Agar
kita tak mendapatkan pil pahit dari pesta demokrasi lebih baik kita memilih
calon-calon dengan kemampuan yang sudah teruji dan jelas rekam jejaknya,
lebih baik lagi agar kita tak dikecewakan mari memilih figur pelayan publik
sebab rakyatlah sebagai tuan yang memang berada di atas pelayan dan bukan
sebaliknya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar