Jumat, 11 Juli 2014

Spirit Memilih ala Nabi Adam

Spirit Memilih ala Nabi Adam

Syarif Hidayat Santoso  ;   Alumnus FISIP UNEJ,
Santri Kalong Sejumlah Pesantren
OKEZONENEWS, 10 Juli 2014
                                                


Kalaulah demokrasi adalah opsi memilih, maka Tuhan telah memberikan satu konsep tentang opsi memilih bahkan sebelum manusia turun ke bumi. Tafsir Al Qurtubi menjelaskan dengan gamblang dan serius larangan Tuhan kepada Adam untuk tak memakan buah terlarang.

Apa bunyi larangannya? Larangan tersebut  tercantum dalam QS 2:35, “la taqraba hadihis sajarah“ (Janganlah kamu dekati pohon ini). Menurut Imam Qurtubi, kalimat janganlah kamu dekati pohon ini (maksudnya adalah jangan kamu makan buah pohon ini) memiliki dua makna. Makna pertama, janganlah kamu makan buah jenis ini.

Makna pertama ini memiliki implikasi semua buah berjenis sama dengan apa yang ditunjuk Tuhan terlarang untuk dimakan. Harap anda ketahui buah apa yang dilarang itupun para ulama berbeda pendapat.

Imam Nawawi mengatakan buah gandum, adapula ulama tafsir lain mengartikan buah lemon, apel, anggur, kurma. Jadi, menurut makna pertama, jika yang dilarang dimakan adalah apel, maka semua apel di surga terlarang untuk dimakan. Opsi pertama ini dalam ilmu tafsir merupakan opsi terbaik yang seharusnya dipilih oleh Adam.

Adapun makna kedua adalah janganlah kamu makan buah dari pohon ini. Jadi larangan Tuhan sifatnya terbatas hanya kepada satu komoditas pohon yang ditunjuk saja. Ironisnya, Adam terjebak pada makna ini. Menurut keyakinan Adam, Tuhan hanya melarang makan buah dari satu pohon tertentu, yaitu pohon yang ditunjuk Tuhan. Sehingga bagi Adam, tak keliru jika makan buah dari pohon lain.

Tapi, tafsir sunni tak menyalahkan Adam. Dalam teologi Sunni tak ada nabi berbuat dosa. Kekeliruan para nabi hanyalah kesalahan menentukan opsi. Adam seharusnya memilih opsi pertama karena itulah opsi terbaik yang sesuai dengan persepsi Tuhan dan kedudukan Adam sebagai nabi. Adam memilih opsi kedua yang sebenarnya bukan opsi buruk, tapi merupakan opsi baik.

Sekali lagi merupakan opsi baik, bukan buruk atau batil. Dramatiknya, dua makna ini benar secara tafsir dan memiliki konsekuensi bahwa sebenarnya Adam tak melanggar perintah Tuhan. Dalam akidah sunni sebagaimana dijelaskan Ali Al Shobuni, ketika Adam memakan buah yang dilarang itu sebenarnya Adam sedang tidak jatuh kedalam kebatilan, namun hanya memilih opsi baik bukan opsi terbaik.

Menurut Al Qurtubi, Adam justru memakan buah yang dilarang itu karena lupa pada opsi terbaik yang seharusnya dipilih para Nabi (QS 20:115). Sebagian ulama tafsir menjelaskan disinilah letak kemaksuman Adam yang nabi serta kekebalannya dari godaan Iblis. Dalam teologi Sunni, Iblis sebenarnya tidak menggoda Adam agar jatuh kedalam kebatilan tapi hanya menggodanya agar jatuh dari perbuatan terbaik kepada perbuatan baik.

Pilih memilih adalah urusan yang sebenarnya tak boleh jatuh ke dalam paradigma baik-buruk namun harus berada pada paradigma terbaik-baik. Hikmah inilah yang harus dibenamkan dalam benak demokrasi kita hari ini. Rabu 9 Juli kita telah memilih. Alangkah baiknya kalau filosofi memilih ala Adam ini kita terapkan. Capres yang kita pilih adalah capres terbaik menurut kita, sementara capres yang tak kita pilih adalah capres yang baik menurut kita dan bukan capres yang buruk. Inilah paradigma demokrasi Surgawi.

Paradigma memilih ala Adam yang takkan memunculkan anarkisme politik tapi sebuah kebesaran jiwa yang suprematif. Jika Tuhan saja memberikan dua opsi, terbaik dan baik. Lalu, pantaskah moralitas demokrasi kita jatuh kepada paradigma baik dan buruk. Selamat telah memilih Capres-cawapres.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar