Jumat, 04 Juli 2014

Teknologi dan Politik

                                               Teknologi dan Politik

Dinna Wisnu  ;   Co-Founder & Direktur Pascasarjana Bidang Diplomasi,
Universitas Paramadina
KORAN SINDO,  02 Juli 2014
                                                


Globalisasi, pasar bebas, dan kapitalisme adalah sebuah fenomena yang sungguh revolusioner dalam sejarah manusia.

Sejak Revolusi Industri pada awal Abad Ke-19, manusia telah mencapai lompatan sejarah yang sangat jauh dibandingkan dengan periode perkembangan manusia ratusan tahun sebelumnya. Salah satu bentuknya adalah kemajuan teknologi dan transportasi. Teknologi mampu membuat proses produksi dilakukan di tempat yang terpisah hingga jarak ribuan kilometer pada saat bersamaan dan kemudian hasilnya disatukan menjadi produk andalan. Semuanya karena kecanggihan sistem transportasi yang lebih cepat, lebih bisa diandalkan, dan aman.

Kita dapat mengambil contoh proses produksi kendaraan roda empat. Dalam proses produksi kendaraan roda empat, pembagian kerja dilakukan secara regional. Dalam kasus ini, Thailand adalah pusat dari produksi mobil di Asia Tenggara yang bertugas untuk membuat dan memenuhi permintaan kendaraan negaranegara di Asia Tenggara. Produksi mobil di Thailand sangat tergantung pada ratusan ribu perusahaan pemasok onderdil yang berasal dari dalam dan luar negeri. Ratusan ribu pemasok saling berkompetisi satu sama lain untuk menjadi pemasok utama.

Merek yang menjadi pemenangnya tidak lantas berdiam diri karena para pemilik merek seperti Toyota, Nissan, Mitsubishi, dan lainnya terus menuntut kualitas, kuantitas, dan waktu pengiriman barang yang makin cepat dan murah. Permintaan pasar yang tinggi membuat mereka bekerja sesuai dengan waktu dan jadwal yang ketat. Pengaturan ini dilakukan lewat inovasi teknologi, sumber daya manusia yang andal dengan mengandalkan infrastruktur transportasi yang baik. Inovasi ini mampu mengurangi kebutuhan akan tempat penyimpanan suku cadang sehingga secara hitungan ekonomi bisa lebih efisien dan efektif.

Hal-hal tersebut tidak dapat dilakukan bila tidak ada inovasi teknologi, infrastruktur, dan kapasitas sumber daya manusia dalam industri kita. Kini produsen kendaraan tidak lagi pusing dengan masalah lokasi pabrik dan besaran lahan produksi. Prioritas mereka adalah dapat membangun pabrik perakitan sedekat mungkin dengan pasar. Saat ini para pemegang lisensi dan teknologi kendaraan mengincar negara-negara ASEAN karena saat ini ASEAN dan Asia adalah pasar yang sangat potensial karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan semakin tebalnya lapisan kelas menengah yang haus akan barang-barang konsumtif.

Tujuan akhirnya adalah menjual mobil yang berkualitas sebanyak- banyaknya dengan harga yang semurah-murahnya agar dapat memenangi persaingan. Awalnya banyak pihak yang berpikir bahwa krisis politik di Thailand akan membuka peluang Indonesia menjadi negara eksportir mobil terbesar di Asia Tenggara, menggantikan Thailand, namun para investor tampaknya masih ragu bahwa infrastruktur dan jaringan pemasok di Indonesia mampu melebihi kemampuan Thailand. Krisis Thailand tidak ada hubungannya dengan meningkatnya daya saing Indonesia.

Kemungkinan yang terjadi justru Indonesia memang mungkin akan menjadi produsen mobil terbesar, namun hanya sebagai pemain domestik yang memenuhi pasar dalam negeri, sementara produsen mobil ekspor negaranegara Asia Tenggara tetap dipegang oleh Thailand. Di sini dapat disaksikan inovasi teknologi jelas terkait dengan strategi ekspansi politikekonomi sebuah negara. Negara- negara yang mengandalkan sumber daya manusianya sebagai keunggulan komparatif seperti Eropa, Amerika, Jepang, China, atau India mampu menaklukkan pasar luar negeri dengan kemajuan teknologi mereka.

Sumber daya manusia mereka digembleng, bahkan disubsidi sedemikian rupa, supaya bisa berangkat dan belajar sebanyak-banyaknya dari lembaga- lembaga pendidikan di luar negeri, misalnya di bidang logistik, manajemen bisnis, ilmu rekayasa (teknik) dan teknologi industri. Tantangan untuk China atau India saat ini, dan tantangan ini juga dihadapi oleh Indonesia, adalah mendorong lebih banyak dana pemerintah untuk diarahkan bagi penelitian yang mendorong produksi barang-barang konsumen secara massal. Tetapi, pengembangan industri tidak bisa berhenti di situ.

Jika belajar dari pengalaman Inggris dan Belanda, keduanya adalah negara yang mampu memproduksi kapal-kapal laut yang mampu menjelajahi samudra yang jauh jarak dan penuh tantangan iklim. Artinya, kecanggihan teknologi untuk memproduksi barang-barang konsumen juga perlu dilengkapi dengan teknologi alat-alat pengangkut dan kesiapan pelabuhan yang memadai. Dengan modal seperti itulah kedua negara ini dikenal sebagai penguasa samudra, bahkan sampai bisa menduduki sejumlah kerajaan dan kota di Asia.

Dulu, bangsa Eropa tergolong canggih dalam hal persenjataan dan amunisi yang membuat mereka dapat menduduki daratan Afrika. Namun, musuh mereka yang paling berat bukanlah penduduk lokal, tetapi penyakit malaria. Di situ mereka tekun mengembangkan teknologi medis sampai akhirnya mereka menemukan vaksin yang membuat tubuh mereka menjadi kuat dan mampu menjajah negara-negara koloni. Dalam kasus yang terakhir, kini kita menyaksikan betapa China dan negara-negara Eropa sedang berkompetisi dalam perdagangan panel surya.

Panel surya adalah alternatif teknologi penghasil energi yang dianggap ramah lingkungan. Saat ini negara-negara Eropa yang selama ini banyak memproduksi panel surya mulai terdesak oleh produk-produk China yang lebih murah. Eropa menuduh China melakukan politik dumping dan memberi subsidi kepada sejumlah produsen solar panel. Hal ini tidak menggentarkan China. Dari sejumlah cerita di atas, kita dapat menilai kualitas debat calon wakil presiden Hatta Rajasa dan Jusuf Kalla pekan lalu.

Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa inovasi teknologi sangat terkait dengan politik dagang dan pembangunan sebuah negara. Kedua hal ini luput dibahas dalam debat. Inovasi teknologi adalah perjuangan untuk dapat menduduki posisi rantai tertinggi dalam rantai produksi global, artinya tampil dengan sektor unggulan yang memiliki nilai tambah (value added ) lebih besar dibandingkan negara-negara lain. Mustahil kita sekadar berandai-andai bahwa akan ada kecukupan sumber daya manusia, insentif penggunaan teknologi canggih atau kesiapan alat angkut dan sistem logistik di pelabuhan jika tak satu pun kebijakan kita sekarang mengarah pada perbaikan yang spesifik.

Harus ada langkah konkret yang langsung bisa diterapkan dan hal ini, sekali lagi, tidak lepas dari politik dagang dan pembangunan yang akan diterapkan oleh pemimpin yang baru. Presiden dan wakil presiden baru akan ditentukan satu minggu dari hari ini. Tugas pokok mereka saat ini adalah menyinergiskan seluruh fokus perhatian mereka di dalam bidang ekonomi, politik luar negeri, ketenagakerjaan, dan sebagainya dalam bentuk strategi kebijakan yang andal.

Hanya dengan demikian mereka bisa mempertahankan visi-misinya, bahkan di tengah tekanan penolakan yang mungkin saja muncul dari parlemen atau pemangku kepentingan tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar