Siapa
yang Pantas?
Makki Omar Parikesit ;
Musisi
|
KORAN
SINDO, 05 Juli 2014
Tanggal 9Juli tinggal sebentar lagi. Banyak hal akan mendadak berakhir
pada hari itu. Ingar-bingar pemilu yang memekakkan telinga akan mereda,
spanduk dan atribut kampanye yang mengganggu mata akan perlahan menghilang, timeline di media sosial yang tadinya
cenderung monotopical akan kembali
normal.
Namun, yang pasti hari itu kita akan memilih siapa yang akan kita
percaya untuk memegang kepemimpinan bangsa ini untuk lima tahun ke depan. Dua
alternatif gaya dan persona kepemimpinan yang ditawarkan di podium bangsa ini
menampilkan dua pilihan yang cukup berbeda, sepertinya. Ada tawaran seorang
purnawirawan jenderal yang gemar berkuda dengan solusi ekonomi kerakyatan
dengan orientasi pertanian, kembalinya kedaulatan pangan, dan kewibawaan
bangsanya. Atau ada tawaran solusi revolusi mental seorang eks wali kota
populer yang demen musik heavymetal dan sepertinya sangat menikmati teknologi
informasi dengan platform
”e-everything”-nya.
Keduanya tentu orangorang yang luar biasa karena sudah dapat merebut
hati bangsa ini sehingga sampai pada posisinya sekarang. Tidak kurang liputan
dan analisis mengenai latar belakang, prestasi, rekam jejak, character make-up, dan keseluruhannya
tentang siapa mereka di hampir seluruh outlet berita di negara selama masa
pemilu ini berlangsung. Masing-masing mendapatkan dukungan yang bisa
terhitung luar biasa dari para suporternya. Dinamika proses kampanye kali ini
menjadi saksi terhadap banyak inovasi cara dan gaya berkampanye yang
sebelumnya–mungkin–belum pernah ada.
Ragam dukungan dari yang wajar sampai yang cenderung miring pun banyak
terlihat. Seperti babak final pertandingan sepak bola karena timnya tinggal
dua. Fanatisme pengikutnya makin menjadi, mungkin.
Siapa pun yang terpilih nanti, yang pasti mereka adalah pilihan mayoritas
rakyat bangsa ini. Terlebih lagi, siapa pun yang terpilih nanti adalah
cerminan siapa dan bagaimana pemimpin dan kepemimpinan yang menurut kita
sebagai bangsa pantas bagi negara ini untuk saat ini.
Sang pemimpin adalah pemangku mandat kepercayaan yang diberikan para
pendukungnya. Adalah tugasnya sebagai kandidat untuk meraup
kepercayaanitudari para pemilihnya saat kampanye dan mengemban kepercayaan
itu ketika terpilih. Di lain pihak para pemilih secara sadar memilih
berdasarkan keyakinan dan informasi yang dimilikinya tentang sang calon. Para
pemilih berharap bahwa yang terpilih akan mengerti, mampu menjaga, dan
membawa aspirasi dan kepercayaan yang diamanatkan kepadanya pada keadaan yang
lebih baik pada masa depan. Harapannya adalah rakyat berkehendak, pemimpin
bertindak.
Ini sebuah proses dua arah yang sama-sama saling bergantung satu sama
lain. Sebuah proses yang sangat bergantung pada persamaan informasi, paham,
persepsi, dan kejujuran– atau kemampuan marketing– para participant-nya.
Every
nation gets the government they deserve (Joseph de Maistre, 1811).
Karena apa dan bagaimana bentuk dan prestasi sebuah pemerintahan, sebuah
kepemimpinan negara atau bangsa adalah refleksi dari cara bangsa itu mendefinisikan
kepemimpinan yang mereka inginkan, butuhkan. Yang mereka rasa pantas untuk
mereka peroleh.
Jadi, seperti apa yang pantas untuk kita ? Kita pantas untuk mendapat
pemimpin yang mampu mendefinisikan keunikan dan kekuatan kita sebagai bangsa
dan negara. Mengolah keunikan dan kekuatan itu menjadi identitas kebangsaan
yang mandiri mempunyai wibawa. Kekuatan identitas yang mandiri dan rasa
kebangsaan yang inklusif terhadap kemajemukan unsur bangsa akan menjadi dasar
yang kuat untuk terbentuknya identitas bersama sebagai bangsa. Kita pantas
untuk mendapat pemimpin yang sederhana dan tegas.
Pemimpin yang dapat dimengerti rakyatnya, mampu mengurai dan
menerjemahkan peliknya masalah bangsa dalam bahasa yang lugas dan mudah
dimengerti, dengan action plan
penanganan permasalahan itu yang jelas, dan menyelesaikannya dengan efisien,
tuntas. Kita pantas mendapat pemimpin yang berwawasan luas, yang mampu
menggalang aset-aset bangsa, keseluruhan kekuatan dan kemampuan bangsa untuk
menyempurnakan dan menyelenggarakan blue
print tumbuh kembang dan arah langkah maju bangsa ini pada masa yang akan
datang sehingga dapat menjadi bangsa yang mandiri, kuat, dan berwibawa,
berdaulat.
Kita pantas mendapat pemimpin yang mampu menciptakan rasa tenang dan
aman untuk dapat hidup dan berkarya di negeri sendiri tanpa harus takut akan
infiltrasi pihak mana pun yang bermaksud untuk mengganggu ketenangan itu.
Pemimpin yang mendahulukan kepentingan internal daripada kepentingan
eksternal. Bukan harapan-harapan yang berlebihan sepertinya. Bukankah
kepemimpinan yang arif seharusnya mampu memberikan semua itu kepada mereka
yang dipimpinnya? Sepertinya sudah waktunya kita memilih pemimpin yang
mengerti rakyatnya, not the other way
around. Pertanyaannya menjadi, siapa yang pantas memimpin kita? What goverment deserve us as its nation?
4 hari lagi! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar