Pilihan
Terbaik dari yang Baik
Andreas Lako ; Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Kepala Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unika Soegijapranata Semarang
|
SUARA
MERDEKA, 09 Juli 2014
SIAPAKAH capres-cawapres yang sebaiknya kita pilih hari ini? Apakah
pasangan Prabowo- Hatta atau Jokowi-Jusuf Kalla? Setelah mendengarkan sesi
terakhir debat caprescawapres pada Sabtu lalu, sebagian besar rakyat tentu
makin mantap menetapkan pilihan.
Kemantapan itu mendasarkan pada pertimbangan, penilaian, motif, serta
kepentingan pribadi atau kelompok, baik yang bersifat objektif, subjektif
maupun emosional. Sementara masyarakat yang masih ”bingung” atau belum
menetapkan pilihan masih terus mengevaluasi kelayakan masing-masing pasangan,
hingga menuju TPS.
Mereka sedang menunggu “efek kejutan” dari masing-masing kandidat, yang
telah mengakhiri masa kampanye Sabtu lalu. Secara umum, saya menyarankan
untuk mencoblos pasangan yang memiliki watak dan berkepribadian mulia, serta
berperilaku dan memiliki rekam jejak kepemimpinan baik.
Selain itu, memiliki visi, misi, tujuan, dan agenda aksi atau program
kerja visioner dan konkret, bisa dicapai dan berdampak positif untuk
meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara. Secara khusus,
saya menyarankan pemilih menyingkirkan egoisme masing-masing, yang hanya
mendasarkan pilihan pada selera pribadi dan kepentingan politik jangka
pendek.
Sangat lebih penting mendahulukan kepentingan bangsa dan negara secara
lebih luas dalam menentukan pilihan. Tak bisa dimungkiri dua pasang
caprescawapres tersebut adalah putra terbaik bangsa. Namun, demi kepentingan
bangsa dan negara yang jauh lebih penting dan mulia, pemilih tetap harus memilih
sosok terbaik dari yang baik. Ada tiga kriteria utama pemimpin terbaik yang
bisa kita pakai sebagai panduan sebelum memasuki bilik TPS.
Kepimpinan
Transformasional
Pertama; memiliki sifat-sifat kepemimpinan transformasional dan
kemampuan manajerial memadai untuk memimpin dan mengelola Indonesia.
Sifat-sifat kepemimpinan dan kemampuan manajerial yang baik dapat kita
telusuri dari rekam jejak masing-masing kandidat tatkala memimpin organisasi
atau unit kerja yang dipercayakan dan menjadi tanggung jawabnya.
Berhasil atau tidak ketika memimpin organisasi/ unit kerja tersebut?
Bisakah kandidat itu membawa perubahan signifikan ke arah yang lebih baik
serta berdampak positif bagi organisasi dan banyak orang? Saya menganjurkan
pemilih mencoblos pasangan yang memiliki rekam jejak kepemimpinan dan
kemampuan manajerial yang baik.
Pasalnya faktor itu akan membawa banyak pembaruan dan perubahan atau
transformasi menuju arah yang lebih baik. Selain itu, mendatangkan banyak
berkah dan kemanfaatan besar bagi bangsa dan negara. Kedua; memiliki watak
dan budi pekerti mulia.
Watak mulia tercermin dari rekam jejaknya dalam bertutur kata,
berperilaku, bertindak, mengambil keputusan dan menghadapi risiko atau
konsekuensi dari kepemimpinannya. Pemimpin berhati dan berwatak mulia
biasanya dekat dan dikasihi kolega dan bawahannya, disegani dan
diperhitungkan dalam percaturan persaingan, menjadi figur pemersatu, dan
mendatangkan kemajuan bagi organisasi.
Pemimpin berwatak mulia juga memiliki wawasan luas, siap menghormati
orang lain, konsisten antara perkataan dan perbuatan, memberikan keteladanan,
melindungi dan mengayomi, memberikan pencerahan dan arahan jelas.
Ia senantiasa memberi kepercayaan kepada bawahannya, dan selalu
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Ia juga mengutamakan kepentingan umum
ketimbang kepentingan kelompok, golongan, apalagi kepentingan pribadi.
Pasangan yang berwatak mulia dan berbudi pekerti baik tersebut layak
dipilih untuk memimpin bangsa ini minimal lima tahun ke depan. Pasangan
tersebut berpotensi besar menjadi negarawan sejati yang mampu membawa bangsa
ini menjadi bangsa yang lebih maju, mandiri, sejahtera, bermartabat.
Jitu
dan Visioner
Ketiga; memahami secara baik dan utuh tentang sumber-sumber kekuatan
dan kelemahan negara, permasalahan dan tantangan bangsa saat ini dan ke
depan. Termasuk memiliki strategi dan kebijakan manajemen pemerintahan yang
jitu dan visioner untuk membawa bangsa ini menuju ke arah yang lebih maju,
mandiri, sejahtera, dan bermartabat (bebas dari korupsi).
Hal itu bisa kita telusuri dari dokumen visi, misi. dan program aksi
yang sudah mereka serahkan ke KPU dan telah dikritisi banyak kalangan. Kita
juga bisa merunut dari pernyataan-pernyataan mereka dalam debat terbuka,
termasuk sesi debat terakhir pada Sabtu lalu, ataupun dari forum-forum
lainnya selama masa kampanye.
Mengapa visi dan misi kedua capres-cawapres penting dikritisi dan
dijadikan rujukan? Pasalnya, visi dan misi merupakan konstruksi pemikiran dan
dokumen resmi tertulis yang bisa dijadikan pegangan. Terpenting, bisa untuk
meminta pertanggungjawabannya pada kemudian hari. Secara teoretis, dokumen
visi misi sesungguhnya merefleksikan tentang apa yang ingin mereka capai
untuk bangsa dan negara ini, dan langkah yang akan mereka lakukan untuk
mewujudkannya.
Dalam dokumen tersebut, rakyat pemilih juga bisa menemukan program
kerja atau agenda aksi yang akan mereka lakukan untuk merealisasikan misi dan
visi kepemimpinan. Keterpenuhannya untuk tiga kriteria kepemimpinan tersebut
niscaya membawa perubahan bangsa ini menuju ke arah yang jauh lebih baik dan
bermartabat.
Pasangan tersebut pasti bisa memimpin bangsa ini yang majemuk serta
kaya raya sumber daya alam, sumber daya ekonomi, dan sumber daya manusia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar