Jumat, 11 Juli 2014

Pilihan Terbaik dari yang Baik

Pilihan Terbaik dari yang Baik

Andreas Lako  ;   Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unika Soegijapranata Semarang
SUARA MERDEKA, 09 Juli 2014
                                                


SIAPAKAH capres-cawapres yang sebaiknya kita pilih hari ini? Apakah pasangan Prabowo- Hatta atau Jokowi-Jusuf Kalla? Setelah mendengarkan sesi terakhir debat caprescawapres pada Sabtu lalu, sebagian besar rakyat tentu makin mantap menetapkan pilihan.

Kemantapan itu mendasarkan pada pertimbangan, penilaian, motif, serta kepentingan pribadi atau kelompok, baik yang bersifat objektif, subjektif maupun emosional. Sementara masyarakat yang masih ”bingung” atau belum menetapkan pilihan masih terus mengevaluasi kelayakan masing-masing pasangan, hingga menuju TPS.

Mereka sedang menunggu “efek kejutan” dari masing-masing kandidat, yang telah mengakhiri masa kampanye Sabtu lalu. Secara umum, saya menyarankan untuk mencoblos pasangan yang memiliki watak dan berkepribadian mulia, serta berperilaku dan memiliki rekam jejak kepemimpinan baik.

Selain itu, memiliki visi, misi, tujuan, dan agenda aksi atau program kerja visioner dan konkret, bisa dicapai dan berdampak positif untuk meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara. Secara khusus, saya menyarankan pemilih menyingkirkan egoisme masing-masing, yang hanya mendasarkan pilihan pada selera pribadi dan kepentingan politik jangka pendek.

Sangat lebih penting mendahulukan kepentingan bangsa dan negara secara lebih luas dalam menentukan pilihan. Tak bisa dimungkiri dua pasang caprescawapres tersebut adalah putra terbaik bangsa. Namun, demi kepentingan bangsa dan negara yang jauh lebih penting dan mulia, pemilih tetap harus memilih sosok terbaik dari yang baik. Ada tiga kriteria utama pemimpin terbaik yang bisa kita pakai sebagai panduan sebelum memasuki bilik TPS.

Kepimpinan Transformasional

Pertama; memiliki sifat-sifat kepemimpinan transformasional dan kemampuan manajerial memadai untuk memimpin dan mengelola Indonesia. Sifat-sifat kepemimpinan dan kemampuan manajerial yang baik dapat kita telusuri dari rekam jejak masing-masing kandidat tatkala memimpin organisasi atau unit kerja yang dipercayakan dan menjadi tanggung jawabnya.

Berhasil atau tidak ketika memimpin organisasi/ unit kerja tersebut? Bisakah kandidat itu membawa perubahan signifikan ke arah yang lebih baik serta berdampak positif bagi organisasi dan banyak orang? Saya menganjurkan pemilih mencoblos pasangan yang memiliki rekam jejak kepemimpinan dan kemampuan manajerial yang baik.

Pasalnya faktor itu akan membawa banyak pembaruan dan perubahan atau transformasi menuju arah yang lebih baik. Selain itu, mendatangkan banyak berkah dan kemanfaatan besar bagi bangsa dan negara. Kedua; memiliki watak dan budi pekerti mulia.

Watak mulia tercermin dari rekam jejaknya dalam bertutur kata, berperilaku, bertindak, mengambil keputusan dan menghadapi risiko atau konsekuensi dari kepemimpinannya. Pemimpin berhati dan berwatak mulia biasanya dekat dan dikasihi kolega dan bawahannya, disegani dan diperhitungkan dalam percaturan persaingan, menjadi figur pemersatu, dan mendatangkan kemajuan bagi organisasi.

Pemimpin berwatak mulia juga memiliki wawasan luas, siap menghormati orang lain, konsisten antara perkataan dan perbuatan, memberikan keteladanan, melindungi dan mengayomi, memberikan pencerahan dan arahan jelas.

Ia senantiasa memberi kepercayaan kepada bawahannya, dan selalu bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Ia juga mengutamakan kepentingan umum ketimbang kepentingan kelompok, golongan, apalagi kepentingan pribadi.

Pasangan yang berwatak mulia dan berbudi pekerti baik tersebut layak dipilih untuk memimpin bangsa ini minimal lima tahun ke depan. Pasangan tersebut berpotensi besar menjadi negarawan sejati yang mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa yang lebih maju, mandiri, sejahtera, bermartabat.

Jitu dan Visioner

Ketiga; memahami secara baik dan utuh tentang sumber-sumber kekuatan dan kelemahan negara, permasalahan dan tantangan bangsa saat ini dan ke depan. Termasuk memiliki strategi dan kebijakan manajemen pemerintahan yang jitu dan visioner untuk membawa bangsa ini menuju ke arah yang lebih maju, mandiri, sejahtera, dan bermartabat (bebas dari korupsi).

Hal itu bisa kita telusuri dari dokumen visi, misi. dan program aksi yang sudah mereka serahkan ke KPU dan telah dikritisi banyak kalangan. Kita juga bisa merunut dari pernyataan-pernyataan mereka dalam debat terbuka, termasuk sesi debat terakhir pada Sabtu lalu, ataupun dari forum-forum lainnya selama masa kampanye.

Mengapa visi dan misi kedua capres-cawapres penting dikritisi dan dijadikan rujukan? Pasalnya, visi dan misi merupakan konstruksi pemikiran dan dokumen resmi tertulis yang bisa dijadikan pegangan. Terpenting, bisa untuk meminta pertanggungjawabannya pada kemudian hari. Secara teoretis, dokumen visi misi sesungguhnya merefleksikan tentang apa yang ingin mereka capai untuk bangsa dan negara ini, dan langkah yang akan mereka lakukan untuk mewujudkannya.

Dalam dokumen tersebut, rakyat pemilih juga bisa menemukan program kerja atau agenda aksi yang akan mereka lakukan untuk merealisasikan misi dan visi kepemimpinan. Keterpenuhannya untuk tiga kriteria kepemimpinan tersebut niscaya membawa perubahan bangsa ini menuju ke arah yang jauh lebih baik dan bermartabat.

Pasangan tersebut pasti bisa memimpin bangsa ini yang majemuk serta kaya raya sumber daya alam, sumber daya ekonomi, dan sumber daya manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar