Jumat, 11 Juli 2014

Nilai Warisan Kekuasaan

Nilai Warisan Kekuasaan

Gouw Iwan Siswanto  ;   Praktisi Bisnis, Operational Director Global Elektronik
SUARA MERDEKA, 10 Juli 2014
                                               


Bicara problem pemerintahan di Republik ini tentu hingga kini kita belum dapat berharap perubahan secara revolusioner, pascareformasi struktur politik 1998 permasalahan yang sifatnya substansial saja belum dapat diatasi, bahkan cerdik pandai sendiri memperkirakan Negara ini sudah menuju ke arah Failed State. Banyak yang bilang kita hanya menikmati demokrasi prosedural yang high cost yang belum mampu menciptakan demokrasi yang lebih substantif. Di sisi lain Korupsi, kemiskinan, pengangguran, inflasi, terorisme, inefektivitas pembangunan dan berbagai problem yang sebenarnya tetap sama dari tahun ke tahun belum mampu 100% diatasi oleh pemerintah.

Kepercayaan rakyat kepada pemerintah juga tak menunjukkan arah yang positif,  tercermin dari sikap publik yang lebih gampang menghujat daripada memuji, para pejabat kini pun tak banyak mendapatkan tempat di hati rakyat, kata  rakyat: kebanyakan plesir foya-foya habisin duit rakyat, yudikatif pun juga demikian kongkalikong dengan para legislator yang tak bersih akibatnya banyak produk kebijakan cacat hukum hingga tak menangkap aspirasi rakyat, tumpang tindih dengan Konstitusi bahkan di lokus yang lebih kecil peraturah daerah (perda) sendiri banyak yang dicabut.

Sebagai rakyat biasa antara putus asa dan pasrah menjadi tameng yang tidak pernah dapat melindungi, seharusnya perlindungan merupakan kewajiban Pemerintah. Menjelang hari penentuan pemilihan presiden tanggal 9 esok  tentu para calon presiden (capres) semakin genjar mendeksripsikan visi misi dan keunggulan mereka di depan masyarakat, tentu setiap individu memiliki preferensi pilihan tersendiri akan tetapi untuk sekedar mengingatkan bahwa rakyat sudah jenuh untuk melayani para pemimpin kini rakyat akan memulai pilihan baru untuk lebih melayani rakyat sesuai dengan nilai demokrasi. Rakyat sudah bosan dibohongi dengan kharisma palsu pemimpin.

Pembicaraan ini mengarah pada figur-figur berkualitas dengan gaya serving, yang artinya tak segan mengabdikan diri kepada rakyat dengan pendekatan yang tak biasa tapi sebenarnya itulah yang harus dilakukan sebagai abdi rakyat dan Negara. Presiden kelas jelas tak hanya menjadi simbol negara dan pemimpin pemerintahan, akan tetapi menjadi sandaran seluruh rakyatnya yang banyak susah daripada pemimpinnya sendiri.

Jujur saja kita takkan banyak berubah jika tak mendapatkan pemimpin yang benar-benar bisa menjadi pimpinan bukan sok gaya memimpin tapi tak punya jiwa pemimpin apalagi memimpin Republik yang tengah semrawut ini pasti pekerjaan berat bagi orang-orang yang tak punya kompetensi luar biasa. Melalui pemimpinlah bangsa ini akan berubah.

Figur Pelayan Publik

Tak banyak memang jika diramalkan hingga hari ini para tokoh nasional kita baik dari kalangan politikus, birokrat hingga pengusaha yang memiliki style melayani daripada memperkaya diri sendiri. Dari Prof. Soetandyo Wignyosoebroto (Alm.) yang sangat kita hormati sebagai guru besar sosiologi hukum kita belajar makna kesederhanaan dalam hidup, Prof. Jimli Ashidique juga berujar bahwa kita butuh negarawan yang kini hidupnya sudah tak mengajar pangkat dan harta lagi, kita butuh pengabdian. Dari Prof. Mahfud M.D kita juga belajar makna integritas seorang pejabat. Sedikit karakter tersebut pelayan rakyat harus memiliki jiwa mengabdi sehingga cukup tampak jelas siapa figur-figur yang layak menjadi pilihan rakyat pada 2014. Pemimpin kali ini harus dekat kepada rakyat, mempu meredam gejolak di dalam rakyat dan tentu saja bijaksana. Kita butuh pemimpin yang siap sedia dan cepat mengambil keputusan penting dan yang terpenting adalah pemimpin yang memberikan seluruh hidupnya untuk rakyatnya tidak setengah-setengah karena kita butuh pemimpin yang melayani bukan yang meminta untuk dilayani oleh rakyatnya. Bukan juga pemimpin yang lebih banyak di duduk di meja, pemimpin yang sering sedih berkeluh kesah kepada publik, kita butuh pelayan sekarang.

Dekat Rakyat

Figur pelayan publik pasti memiliki cara untuk mendekatkan diri kepada rakyat jelas bicara masalah kedekatan seorang pemimpin kepada rakyat merupakan hal yang tak dapat dilakukan semua pemimpin, sebab realita saat ini hanya segilitir tokoh yang mampu menjalin komunikasi secara aktif dan partisipatif dengan rakyat terutama terhadap rakyat kelas menengah ke bawah yang tidak mempunyai banyak jenis saluran komunikasi kepada pejabat. Dekat kepada rakyat tak mungkin dapat diraih dengan waktu yang singkat jadi jika hanya melalui kampanye politik dengan jangka waktu yang pendek sudah hampir pasti tak akan mendapatan simpati. Mendekati rakyat tak mungkin dilakukan oleh calon yang sudah mendapat predikat negatif, walaupun sudah dilakukan berbagai upaya kemungkinan besar simpati yang didapatkan tak akan pernah seimbang dengan calon yang bersih, jadi jangan ngeyel. Siapa yang mampu mendekati rakyat dipastikan akan mampu memperoleh banyak dukungan dengan catatan menjadi calon presiden yang bersih.

Kita semua tentu sangat berharap perubahan pada negeri kita ini dan kita akan segera memulai perubahan dengan tepat jika kita juga menemukan pemimpin yang tepat, yaitu pemimpin yang mampu melayani semua rakyatnya. Agar kita tak mendapatkan pil pahit dari pesta demokrasi lebih baik kita memilih calon-calon dengan kemampuan yang sudah teruji dan jelas rekam jejaknya, lebih baik lagi agar kita tak dikecewakan mari memilih figur pelayan publik sebab rakyatlah sebagai tuan yang memang berada di atas pelayan dan bukan sebaliknya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar