Membandingkan Ibunda
Jokowi dan Prabowo
Asvi Warman Adam ; Sejarawan LIPI
|
KORAN
TEMPO, 11 Juli 2014
Kepribadian Joko Widodo yang sederhana dan pekerja keras itu tidak
terlepas dari sentuhan sang ibunda, Sujiatmi. Buku Saya Sujiatmi, Ibunda
Jokowi, yang ditulis Kristin Samah dan Fransisca Ria Susanti, bercerita
tentang seorang ibu yang menanamkan pendidikan budi pekerti, kesederhanaan
hidup, kerendahan hati, hingga akhirnya membentuk karakter Jokowi seperti
sekarang ini. Pesan kepada anaknya, "Nek mlakumu lurus, lempeng, uripmu
mesti penak" (Kalau jalanmu lurus, lempang, maka hidupmu pasti enak".
Sangat sederhana cara ia mengajar anak-anaknya. "Untuk apa punya mobil
sepuluh? Apa iya kalau mau pergi sepuluh-sepuluhnya dipakai".
Apresiasi terhadap cara Sujiatmi membesarkan Jokowi, salah satunya,
disampaikan Nina Akbar Tanjung. "Ibu Sujiatmi itu wanita yang sukses
karena berhasil membesarkan anak-anak, beliau tetap mengajarkan filsafat
luhur ojo dumeh (jangan mentang-mentang)," kata Nina. Selain memuji
pendidikan karakter yang dilakukan, Nina menyinggung sosok Sujiatmi.
"Beliau sangat luar biasa, beliau juga berdagang, selain itu juga jadi
ibu rumah tangga. Jadi, dulu waktu Jokowi sedang sakit, ibunya juga rela
mengantarkan anaknya ke sekolah dengan sepeda motor dan saat menjemput
dicandai temannya bahwa Jokowi dijemput oleh saudaranya," Nina
bercerita. Dalam kesempatan itu, Nina juga menjelaskan mengenai bagaimana
ibunda Sujiatmi selalu berpesan bahwa jika ingin kaya berkecimpunglah dalam
bisnis, bukan dalam politik. Menurut penulis Amerika Serikat, Emily Post,
karakteristik perempuan hebat ditandai dengan sifat "ketulusan,
kesederhanaan, simpati, dan ketenangan". Semuanya itu dimiliki Sujiatmi,
ibunda Jokowi. Kegiatan rutin Haijah Sujiatmi ini adalah Sabtu senam,
hari-hari lain mengikuti pengajian di kampung dan di beberapa tempat lain,
sedangkan setiap Senin ia berpuasa sambil istirahat di rumah.
Dalam buku ini juga disinggung tentang pertemuan Joko Widodo dengan
calon istrinya, Iriana. Semuanya berjalan sederhana. Iriana adalah teman
sekolah Iit, adik perempuan Jokowi. Cinta mereka adalah cinta orang biasa.
Ini tentu berbeda dengan kisah Prabowo, seorang perwira militer, putra
begawan ekonomi Indonesia yang menikah dengan Titik Soeharto, putri Presiden
Indonesia.
Ibu juga memiliki peran sentral dalam kehidupan Prabowo. Dora Sigar
yang berasal dari Minahasa dan beragama Protestan mengawali kisah cintanya
dengan Sumitro Djojohadikusumo di Eropa. Pada 1945, ketika Sumitro menderita
tumor usus, Dora yang belajar ilmu keperawatan di Utrecht mengayuh sepeda ke
rumah sakit di Rotterdam untuk merawat Sumitro. Pada 1946, Sumitro pulang ke
Indonesia, Dora menyusul kemudian dan mereka menikah pada 1947 dengan
mempertahankan agama masing-masing. Keluarga mereka pun sangat heterogen.
Putri pertama Bianti beragama Katholik dan bersuamikan Sudrajat Djiwandono
yang pernah menjadi Gubernur BI. Putri keduanya, Maryani, bersuamikan orang
Prancis yang merupakan keturunan Yahudi. Putra ketiganya, Prabowo, menikah
dengan Titik Soeharto. Yang bungsu, Hashim, beragama Protestan dan menikahi
perempuan yang beragama sama. Pada Ramadan, Dora sering bangun untuk menemani
Sumitro makan sahur.
Pada 1958, meletus pemberontakan PRRI yang menyebabkan Sumitro
sekeluarga harus berkelana di luar negeri selama belasan tahun. Demi
keamanan, mereka hidup berpindah-pindah dari Singapura, Hong Kong, Kuala
Lumpur, Zurich, London, dan Bangkok. Prabowo sendiri menamatkan sekolah
menengah di London. (Hidup di "perantauan" juga kemudian hari
dialami Prabowo ketika ia meninggalkan Indonesia pada 1998 dan tinggal di
Yordania beberapa tahun.) Sumitro beruntung memiliki Dora Sigar sebagai istri
yang setia, tidak pernah mengeluh. Ia tidak pernah menyalahkan Sumitro karena
mereka harus meninggalkan Tanah Air. Dora menghabiskan waktunya untuk
mengurusi anak-anak.
Joko Widodo dan Prabowo Subianto berasal dari kelas yang berbeda. Joko
berasal dari kalangan orang biasa yang sudah terbiasa dengan kerja keras,
sementara Prabowo dari keluarga pergerakan kemerdekaan yang sudah terbiasa
berjuang, termasuk mengungsi ke luar negeri. Kemenangan Jokowi dari Prabowo
adalah kemenangan wong cilik dalam berhadapan dengan priayi. Namun patut
dicatat bahwa keduanya dilahirkan dan dididik karakternya oleh dua perempuan
yang luar biasa, yakni Sujiatmi dan Dora Sigar. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar