Krisis
di Suriah
Ban
Ki-moon ; Sekretaris Jenderal
Perserikatan Bangsa-Bangsa
|
TEMPO.CO,
01 Juli 2014
Perang
yang mengerikan di Suriah terus memburuk dan berdarah di luar perbatasannya.
Korban tewas sekarang mungkin lebih dari 150 ribu orang. Fasilitas penjara
dan penahanan darurat membengkak isinya dengan pria, wanita, dan bahkan
anak-anak. Kematian oleh eksekusi dan penyiksaan yang tak terkatakan
ditemukan di mana-mana di wilayah tersebut. Orang-orang juga mati karena
kelaparan dan penyakit yang menular sekali dan langka. Seluruh pusat kota dan
beberapa arsitektur serta warisan budaya manusia termasyhur terhampar di
reruntuhan. Suriah sekarang menjadi negara yang semakin parah.
Perserikatan
Bangsa-Bangsa sudah mencoba untuk mengatasi akar konflik dan dampak yang
menghancurkan. Upaya kemanusiaan kami dan upaya lainnya adalah untuk
menyelamatkan nyawa serta mengurangi penderitaan. Namun tujuan dasar
kami-mengakhiri konflik-tetap belum terpenuhi.
Enam
poin berikut ini dapat memetakan cara yang prinsip dan terintegrasi ke depan.
Pertama,
mengakhiri kekerasan. Tidak dapat dipersalahkan atas kekuatan asing yang
memberikan dukungan militer lanjutan kepada pihak di Suriah yang melakukan
kekejaman dan terang-terangan melanggar prinsip-prinsip dasar hak asasi
manusia dan hukum internasional. Saya telah mendesak Dewan Keamanan untuk
memberlakukan embargo senjata. Pihak yang bertikai harus duduk bersama lagi
di meja perundingan.
Kedua,
melindungi masyarakat. PBB terus melaksanakan upaya bantuan kemanusiaan yang
besar. Namun pemerintah terus memaksakan pembatasan akses yang tidak masuk
akal. Beberapa kelompok pemberontak telah bertindak sama. Selain itu,
masyarakat internasional telah memberikan hampir sepertiga dari dana yang
dibutuhkan untuk upaya bantuan. Saya terus meminta untuk mengakhiri
pengepungan dan akses kemanusiaan yang tak terkekang di garis depan
perbatasan internal serta perbatasan internasional.
Ketiga,
memulai proses politik yang serius. Pihak-pihak yang bertikai secara
sistematis menghambat tanpa henti inisiatif dua diplomat terkemuka di dunia,
Kofi Annan and Lakhdar Brahimi. Pemilihan presiden awal bulan ini merupakan
pukulan lagi, dan gagal memenuhi standar, bahkan standar minimal, untuk
pemilihan suara yang dapat dipercaya. Saya akan segera menunjuk Utusan Khusus
baru untuk melibatkan tokoh dan transisi ke Suriah baru. Negara-negara
regional memiliki tanggung jawab khusus untuk membantu mengakhiri perang ini.
Saya menyambut dengan senang hati kontak baru-baru ini antara Iran dan Arab
Saudi serta berharap bahwa mereka akan membangun keyakinan dan mengubah
sebaliknya persaingan yang destruktif di Suriah, Irak, Libanon, dan di tempat
lain.
Keempat,
memastikan pertanggungjawaban atas kejahatan serius. Bulan lalu, sebuah
resolusi yang bertujuan untuk merujuk konflik ke Mahkamah Pidana
Internasional gagal lolos Dewan Keamanan. Saya bertanya kepada negara-negara
anggota yang mengatakan tidak untuk Mahkamah Pidana Internasional, tapi
mereka mengatakan mendukung akuntabilitas di Suriah, untuk maju dengan
alternatif yang kredibel. Orang-orang Suriah memiliki hak untuk keadilan dan
mengakhiri tindakan impunitas (kebebasan dari hukuman).
Kelima,
menyelesaikan penghancuran senjata kimia di Suriah. PBB dan Organisasi
Pelarangan Senjata Kimia telah bekerja sama untuk menghancurkan atau melucuti
dari negara tersebut semua bahan kimia yang dilaporkan pada suatu kesempatan
di gudang besar. Banyak negara anggota telah menyediakan sumber daya kritis
dan dukungan untuk tugas yang menantang ini, yang dilakukan dalam zona perang
aktif, dan yang tidak akan selesai pada berbagai fasilitas kehancuran di luar
Suriah.
Keenam,
menyikapi dimensi regional konflik, termasuk ancaman ekstremis. Pejuang asing
dalam aksi di kedua belah pihak, menambah tingkat kekerasan dan memperburuk
kebencian sektarian. Sementara kita tidak boleh begitu saja menerima
demonisasi pemerintah Suriah dari semua oposisi seperti teroris, kita juga
tidak harus dibutakan oleh ancaman nyata teroris di Suriah. Dunia harus
bersatu untuk meniadakan pendanaan dan dukungan lainnya untuk Jabhat al-Nusra
serta Islamic State of Iraq dan al-Sham. ISIS juga merupakan ancaman terhadap
semua komunitas di Irak; sangat penting bagi para pemimpin di kawasan
ini-politik dan agama-mengimbau untuk menahan diri serta menghindari serangan
spiral dan pembalasan.
Untuk
saat ini, hambatan terbesar untuk mengakhiri perang Suriah adalah gagasan
bahwa hal itu dapat dimenangkan secara militer. Saya menolak narasi saat ini
bahwa pemerintah Suriah "menang".
Ketegangan
sektarian berbahaya, gerakan besar pengungsi, serta kejahatan yang terjadi
setiap hari dan menyebarkan ketidakstabilan yang menimbulkan perang saudara
di Suriah adalah ancaman global. Semua nilai di mana kita berpijak, dan
alasan mengapa PBB ada, dipertaruhkan di lanskap yang hancur yang merupakan
Suriah sekarang ini. Waktu adalah masa lalu yang panjang bagi komunitas
internasional, khususnya Dewan Keamanan, untuk menegakkan tanggung jawabnya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar