Berubah
Sepeninggal Istri Tercinta
Agustine Dwiputri ;
Penulis kolom “Konsultasi Psikologi”
Kompas
|
KOMPAS,
06 Juli 2014
Saya menduda sejak 15 bulan lalu, setelah istri meninggal secara
mendadak akibat serangan jantung. Dua anak kami sudah dewasa, meskipun belum
ada yang berkeluarga. Hidup sehari-hari sepeninggal almarhumah dapat kami
jalani tanpa banyak masalah karena ada pembantu setia yang dapat
menyelesaikan tugas-tugas domestik, sementara saya sendiri juga masih
bekerja. Jadi sebetulnya hidup kami oke-oke saja. Hal yang menjadi persoalan
adalah saya menjadi sulit tidur nyenyak, rasanya hati ini kosong terus.
Menurut anak perempuan saya, saya juga berubah banyak, yaitu tidak terlalu
peduli atau bersikap hangat lagi. Katanya, saya jadi ayah yang ”cuek”.
Pendapat itu sepertinya benar. Perlu Ibu ketahui, ketika istri pergi, saya
memang tidak sempat mengeluarkan air mata. Saya pikir mungkin karena saya
terlalu sibuk mengurus segala sesuatu. Tapi kemudian rasanya aneh juga waktu
itu, kok, tidak merasa sedih. Orang-orang mengatakan saya seorang yang tabah,
tapi saat ini saya sering berpikir jangan-jangan saya belum ikhlas melepas
istri, rasanya masih ada ganjalan perasaan yang saya sendiri tak paham apa.
Bagaimana supaya saya bisa seperti dulu lagi, ya, Bu, menjadi bapak yang
peduli? Terima kasih.
D (53)
-------------------
Reaksi
menghindar
Hal yang terjadi pada Anda ketika ditinggal istri secara mendadak
sebenarnya adalah situasi yang sangat menekan dan mungkin merupakan situasi
yang traumatis. Hanya saja reaksi yang Anda lakukan secara tak disadari saat
itu adalah menghindar dengan cara menyangkalnya. Reaksi yang wajar jika
seseorang kehilangan pendamping hidup yang sangat dicintai adalah terkejut,
syok, menangis, mengekspresikan kesedihan. Tapi yang terjadi pada Anda adalah
putus atau bersembunyinya berbagai perasaan atau emosi yang seharusnya
muncul, digantikan oleh perilaku menyangkal, menghindar, seolah-olah tidak ada
apa-apa, atau diganti dengan pemikiran yang tampak rasional, seperti
kata-kata Anda di atas, yaitu ”Saya sibuk mengurus segala sesuatu saat itu”.
Menurut Herbert dan Wetmore (2010), bentuk perilaku menghindar yang
sulit untuk diidentifikasi dan dipahami adalah mati rasa (numbness) secara
emosional, suatu perasaan kosong atau terus merasa berada di ruang kosong.
Orang yang trauma mungkin merasa seolah-olah bagian perasaan mereka telah
terhapus atau mati dan mereka mengalami suatu rasa dihentikan, tanpa kemampuan
untuk terhubung ke dunia melalui perasaan. Hal ini dapat memengaruhi
kemampuan untuk tertawa, merasa bahagia, atau bahkan kemampuan untuk menangis
walaupun Anda mungkin masih merasa sangat sedih.
Terkadang Anda mungkin merasa bahwa kapasitas Anda untuk mencintai
telah terpengaruh. Inilah yang telah terjadi pada Anda selama ini. Sejalan
dengan berlangsungnya waktu dan adanya keterbukaan dari putri Anda untuk
memberikan umpan balik mengenai perubahan yang terjadi pada Anda, Anda
menjadi tersadar secara perlahan dan mulai merasa ingin keluar dari situasi
yang demikian.
Anda perlu mulai bertanya pada diri sendiri secara hati-hati: ”Apa yang
sedang saya coba untuk tidak saya hadapi?” Sering kali jenis reaksi ini
menunjukkan bahwa pikiran Anda sedang mencoba untuk melindungi Anda dari
suatu emosi yang Anda takuti, misalnya saya takut untuk mencintai lagi, saya
takut untuk percaya lagi. Akibatnya, Anda bersembunyi dari emosi Anda, karena
takut emosi tersebut akan mengambil alih dan menghancurkan Anda.
Cara
mengatasi
Herbert dan Wetmore dalam bukunya, Overcoming Traumatic Stress (2010),
mengatakan bahwa penting untuk melakukan langkah mengatasi secara perlahan
dan tidak berlebihan karena mungkin justru bisa menyebabkan kemunduran.
Berhati-hatilah terhadap situasi emosional yang sangat kuat. Lakukan secara
sendirian atau dengan bantuan ahli. Anda harus mulai mengakui bagian dari
pengalaman Anda yang selama ini Anda coba untuk tidak dihadapi, dengan
menjawab pertanyaan berikut.
”Apa arti peristiwa traumatis ini untuk Anda? Apakah Anda menyimpulkan
peristiwa yang cenderung menimbulkan kepahitan atau sikap sinis dan membuat
Anda secara emosional tertutup? Apakah Anda pernah mencoba untuk membenarkan
perilaku-perilaku selama ini pada diri sendiri?”
Mati rasa secara emosional biasanya tidak akan hilang dengan
sendirinya. Diperlukan perlawanan dan kesediaan untuk mencari penyebabnya.
Sering kali hal ini terhubungkan dengan kehilangan nyata yang telah Anda
alami, bahkan mungkin rasa bahwa Anda telah kehilangan identitas pribadi
melalui trauma yang dialami. Anda mungkin telah kehilangan kemampuan untuk
bekerja, atau seperti yang Anda katakan mengalami sulit tidur nyenyak, bagian
dari identitas Anda mungkin telah terbungkus dalam rencana Anda untuk masa
depan. Kehilangan kemungkinan untuk mencapai harapan dan impian atau tidak
mampu menjadi orang yang Anda inginkan, bisa jadi menyebabkan Anda untuk
menutup/mematikan emosi.
Latihan menemukan kembali dan membentuk rasa identitas pribadi
Tanyakan kepada diri Anda pertanyaan-pertanyaan berikut dan tulis
jawabannya.
1. Siapakah saya sekarang, setelah peristiwa kehilangan istri?
2. Bagaimana saya mendefinisikan diri sendiri?
3. Apa harapan pribadi yang saya miliki sebelum saya tidak lagi
berpikir bisa saya capai?
4. Bagaimana saya membandingkan diri dengan orang lain?
5. Apakah saya telah memperlakukan diri saya seperti ”orang yang
gagal”?
6. Apakah yang saya khawatirkan tentang pandangan orang lain?
7. Apa yang saya takuti tentang pengakuan saya pada diri sendiri?
Mati rasa juga sering dialami sebagai bagian dari respons berduka
karena kehilangan orang yang dicintai, bahkan jika kejadiannya telah lama
berlalu. Ketika seseorang berduka, mungkin ia merasa enggan untuk melepaskan
kehilangan yang menyakitkan mereka dan mulai menikmati hidup mereka lagi,
karena takut bahwa mereka akan mengkhianati memori tentang orang tersebut
atau dari hal-hal yang telah hilang. Ia mungkin merasa tidak mampu untuk
mengucapkan selamat tinggal dan mungkin menyiksa diri dengan hal-hal yang tak
terkatakan atau belum selesai.
Mereka juga mungkin khawatir tentang kesan kepada orang lain seolah-
olah mereka tidak benar-benar peduli pada orang tersebut. Apabila demikian,
Anda perlu memikirkan beberapa jenis ritual untuk memperingati atau melakukan
”selamat tinggal” yang akan bermakna secara pribadi bagi Anda. Ini dapat
menjadi salah satu langkah yang akan membantu Anda untuk menghormati dan
mengakui kedalaman rasa kehilangan Anda dan kemudian melangkah maju.
Salam
hangat dan ceria.
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar