Rabu, 16 Oktober 2013

Mengelola Sendiri Kekayaan Alam

Mengelola Sendiri Kekayaan Alam
M Arif Rohman Hakim  Penerima Beasiswa Tahfidz di Monas Institut untuk IAIN Walisongo Semarang, Aktivis HMI Komisariat Dakwah IAIN Walisongo Semarang
SUARA KARYA, 14 Oktober 2013


Kekayaan alam yang melimpah tidak serta merta menjadikan negara Indonesia menjadi kaya. Kekayaan alam itu, secara langsung akan mendorong seorang yang tak bertanggung jawab untuk mengeksplorasi hasil bumi yang ada. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kepunahan bioresources (kekayaan jenis flora, hewan, dan mikroorganisme lainnya). Selain mendorong terjadinya kepunahan bioresource, dampak paling kronis yang akan dialami negeri ini yaitu berkembangnya kompetensi berkorupsi. Kedua faktor dasar inilah yang menjadikan Indonesia masih istiqomah didasar kemelaratan.

Ditengah kekayaan alamnya yang melimpah, seharusnya Indonesia mampu menjadi negara dengan tingkat kesejahteraan rakyatnya paling merata dn tinggi di dunia. Namun, ternyata Indonesia masih dihuni oleh masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan. Tentu saja, ini bertolak belakang dengan melimpahnya sumber daya alam yang tersedia. Jika dipikir secara rasional, tentunya negara yang memiliki kekayaan alam melimpah, pasti masyarakatnya akan hidup sejahtera.

Setelah ditelisik dengan saksama, sebagian besar keuntungan dari pengolahan hasil bumi negeri ini, ternyata dinikmati oleh para pemilik modal yang kebanyakan berasal dari luar negeri, atau bangsa lain. Sungguh miris negeri ini, memiliki banyak kekayaan alam tetapi hanya dapat membanggakan dan mengolahnya saja, tanpa bisa menikmatinya. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus maka lama-kelamaan bangsa ini akan dikuasai oleh investor-investor luar negeri, yang nantinya mampu menjadikan bangsa ini mengalami degradasi perekonomian.

Padahal, apabila Indonesia mau bersungguh-sungguh, diyakni bisa mengolah hasil buminya sendiri. Masalahnya, pemerintah seakan mendiamkan saja masalah tersebut. Kebisuan pemerintah ini seakan menyiratkan bahwa pemerintah lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Mengapa demikian? karena jika hasil bumi di Indonesia dikelola oleh investor luar negeri, pemerintah akan mendapatkan banyak kucuran dana lewat pajak dan juga penanaman modal.

Sebagai negara yang memiliki sumber daya manusia (SDM) unggul seperti BJ Habibie dan lain-lain, seharusnya Indonesia memberikan kepercayaan kepada putera bangsa untuk berinovasi, bukan malah mendoktrin mereka untuk menjadi pekerja di perusahaan negeri sendiri untuk orang asing. Habibie sebagai teknokrat dan inovator telah malahirkan Habibie-Habibie di negeri ini. Pada tempatnya dibuatkan sebuah wadah (perusahaan) tersendiri untuk mengolah hasil bumi dalam negeri, bukan BUMN yang ada sekarang. Bisa dibayangkan jika SDA di Indonesia dikelola oleh putra bangsa, pasti akan banyak menciptakan lowongan pekerjaan. Sehingga, jumlah masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan pun bisa dikurangi sedikit demi sedikit.

Sebagai negara dengan tingkat SDA yang tinggi, seharusnya Indonesia mampu membiayai putera-puteri negeri dalam menuntut ilmu tanpa banyak biaya. Namun apa yang terjadi, pemerintah justru selalu mengambil uang rakyat itu dengan berbagai dalih atas nama untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal inilah yang sering menjadikan bangsa lain selalu menertawakan dan memandang remeh Indonesia.

Penyebab masih terbelakangnya Indonesia yang terlihat paling konkret yaitu tidak adanya korelasi antara pemerintah dengan masyarakat. Pemerintah sebagai elemen tertinggi dari masyarakat seharusnya mampu membuat interelasi dengan masyrakat awam. Namun pada kenyataannya pemerintah cenderung menutup diri dengan masyarakat atau bahkan sebaliknya. Sikap saling apatis inilah yang setiap harinya selalu membangunkan jurang pemisah yang semakijn dalam.

Dampak kedua dari ketiadaan interelasi antara keduanya, juga bisa dilihat dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Sering sekali kebijakan yang dibuat oleh pemerintah merugikan masyarakat menengah kebawah. Contoh kecilnya, ketika tiba musim tanam padi, harga alat-alat dan obat-obatan pertanian melonjak drastis. Namun, ketika panen tiba, nilai jual padi akan turun sangat drastis.

Kelucuan negeri ini terlihat dari tingkah laku para pejabatnya. Sebagai pemimpin yang telah dipilih rakyat untuk mengemban tugas kekhalifahan, pemerintah seharusnya mampu mengayomi masyarakat dari segi ekonomi, pendidikan, dan keamanan. Namun, dalam implementasinya, yang sekarang dialami oleh rakyat justru sebaliknya. Dimana-mana terjangkit wabah penyakit busung lapar, korupsi, kolusi, dan nepotisme semakin santer diberitakan, serta banyak terungkapnya kasus-kasus terorisme.

Oleh karena itu, harus ada solusi. Hal pertama yang harus diselesaikan pemerintah untuk menangani masalah ini adalah, memperbaiki hubungan dengan masyarakat. Jika pemerintah mampu mencuri kepercayaan dari rakyat, jelas semua bentuk kebijakan akan mudah diterima rakyat. Namun, pemerintah harus mengingat satu hal, bahwa citra pemerintah di masyarakat sudah nol, artinya rakyat sudah tidak lagi percaya terhadap pemerintah.

Langkah kedua yaitu, memberikan kesempatan kepada putra bangsa untuk mencoba mengolah sendiri sumber daya alam yang ada. Jika SDA negeri ini dikelola oleh pemiliknya sendiri, maka pendapatan bangsa ini akan bertambah terus-menerus. Hal ini juga akan mengerem kegiatan untuk mengimpor barang dari luar negeri, bahkan dapat dikatakan bangsa ini akan mampu mengekspor barang-barang keluar negeri dengan kwalitas siap bersaing di pasar internasional.


Langkah ketiga yaitu pembentukan karakter remaja. Dalam hal ini, dimasukannya pendidikan karakter dilingkup pendidikan diharapkan mampu mencetak generasi yang siap bersaing dengan luar negeri. Jika ketiga hal diatas dapat dipenuhi secara intensif, maka bangsa ini sedikit demi sedikit mampu merangkak dari jurang kemelaratan dan bisa sejahtera. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar