Jimat Eros Djarot
Moh Mahfud MD ; Guru Besar Hukum Konstitusi
|
KORAN SINDO, 20 Juni 2015
Akhir pekan lalu,
tanpa berjanji dan tanpa sengaja, dalam penerbangan Yogya-Surabaya saya duduk
dalam satu deret kursi berdampingan dengan Eros Djarot. Itu lho, seniman dan
budayawan kita yang mencipta lagu Badai Pasti Berlalu dan menyutradarai film
Tjoet Nya Dhien. Namanya sudah sangat beken karena dia juga tercatat sebagai
politikus yang sangat vokal. Pada awalawal Reformasi Eros pernah aktif di PDI
Perjuangan untuk kemudian mendirikan Partai Nasional Banteng Kemerdekaan
(PNBK).
Sebagai kawan lama
kami ngobrol ngalor ngidul. Intinya, dada kami sesak melihat perkembangan
keadaan bangsa dan negara. ”Ngeri, Mas, negara ini sudah dikuasai oleh mafia,
di manamana korupsi yang sudah berjaringan kuat. Di sektor tertentu misalnya,
kalau ditindak bonggolnya, keseluruhan mekanisme pengelolaan sektor itu bisa
macet karena korupsinya sudah sistemik,” kata Eros.
Saya langsung paham
itu karena selain memang menjadi perhatian saya, keluhan berat seperti itu
baru dikemukakan juga oleh Presiden.
”Ya, Mas. Kemarin juga
Presiden Jokowi menyatakan kekagetannya karena ternyata mafia dan korupsi ada
di semua lini. Hukum kita pun tumpul karena sistemiknya mafia dan korupsi itu
juga sudah masuk ke mafia hukum,” kata saya menanggapi.
”Aku ngelus dhodho,
lho, Mas,” sambung Eros lagi. Dia lalu menjelaskan, betapa jutaan petani di
desa-desa menanam bibit padi, jagung, bawang, cabai secara satu per satu dan
merawatnya setiap hari selama berbulan-bulan. Begitu juga pekerja tambang,
nelayan, dan lain-lain bekerja siang malam. Mereka hanya mendapat sedikit
rupiah yang untuk makan dan menyekolahkan anak saja tak mencukupi, sedangkan
mafioso dan koruptor langsung bisa mencaplok ratusan miliar bahkan triliunan.
Parahnya lagi, banyak
di antara kita yang tahu itu, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa secara cepat
karena mafianya sudah sangat dan sangat sistemik. Jika yang satu ditindak,
yang menindak itu dipatok beramairamai oleh jaringan mafia yang lain seperti
serangan lebah yang membabi buta. Jaringan mafia itu bukan hanya melibatkan pengusaha
hitam, tetapi sudah melibatkan orang-orang birokrasi, pejabat pemerintah, dan
politikus.
”Terus bagaimana, Mas?
Kalau kita diam saja keadaan akan semakin buruk, tapi kalau mau berbuat juga
tak bisa ngapa-ngapain,” ujar saya. Eros memberi jawaban yang agak memukau
saya. ”Kalau saya terus saja berjuang sebisanya, sesuai dengan kapasitas yang
saya miliki. Saya memakai jimat yang diberikan kakek saya,” sebut Eros.
Jimat? Eros memakai jimat? Jimat apa?
Berceritalah Eros
Djarot bahwa dirinya adalah keturunan keluarga penghulu yang mengajarkan dan
menjaga agama Islam di keraton. Sejak kecil dirinya sudah dibiasakan
melaksanakan ajaran agama seperti salat, mengaji, berpuasa, dan lainlain.
Pada suatu hari, saat remaja, dia dipanggil oleh kakeknya untuk diberi jimat
agar hidupnya selamat dan kuat. Setelah menghadap sang kakek Eros disuruh
duduk dengan takzim serta khusuk dan pemberian jimat pun dimulai.
Sang kakek menuntun
Eros membaca ”bismillaahirrahmaanirrahim”
sebanyak tiga kali untuk kemudian beranjak pergi. Eros agak kaget dan
bertanya. ”Lho, Kek, mana jimatnya?” tanya Eros. Sang kakek pun mendorong
jidat Eros dengan telunjuknya sambil berkata. ”Bodoh kamu. Itu tadi jimat.
Selalu membaca bismillah tiap melangkah, itulah jimat,” kata sang kakek.
Kalau kita selalu
membaca bismillah dengan penuh penghayatan, maka kita akan selamat dan tidak
berputus asa dalam menghadapi apa pun dalam hidup ini. ”Terus terang, Mas.
Saya mungkin tidak tekun beribadah, jarang beribadah bersama-sama karena
lebih banyak menghayati ibadah sendirian, tapi saya selalu melindungi diri
dengan selalu membaca bismillahirrahmaanirrahim.
Saya sangat yakin akan kemahakuasaan dan kemahakasihsayangan Allah. Maka saya
terus saja berbuat sebisa mungkin,” kata Eros.
Bahwa Eros Jarot termasuk
orang yang cukup menjaga dan melaksanakan ajaran agama saya tahu sudah lama
meskipun kadang kala penampilannya terkesan agak nyentrik. Beberapa kali saya
pernah ditanya sesuatu oleh Eros Djarot melalui sandek (SMS) dan ketika saya
balik bertanya dia ada di mana, ternyata dia sedang beribadah umrah. Dia
mengirim SMS saat berada di Masjidilharam, Mekkah. Artinya, dari kesan
tentangnya yang agak badung sebagai seniman, dia masih selalu menghadap Allah
dengan bismillahirrahmaanirrahim.
Yang menarik dari Eros
adalah konsep jimat atau azimat yang diceritakannya kepada saya. Ternyata
jimat itu bukanlah benda-benda yang dikeramatkan seperti keris, cincin atau
kayu tertentu yang baru bisa diperoleh dengan cara yang aneh-aneh. Jimat itu
adalah ketundukan total kepada Allah Sang Pencipta dengan payung bacaan
basmalah yang dihunjamkan ke dalam kalbu.
Senyampang awal bulan
Ramadan, mungkin ada baiknya kita ambil hikmah dari cara Eros memilih jimat
dalam hidup. Kita bisa meniru atau menguatkan kembali pada diri kita bahwa
jimat yang terbaik itu adalah perlindungan dan bimbingan dari Allah. Dengan
keyakinan bahwa Allah Mahakuasa, Pengasih, dan Penyayang dan dengan selalu
memohon perlindungan serta bimbingan-Nya melalui bismillaahirrahmaanirrahim,
kita akan selalu melangkah dalam hidup ini dengan tenang, tidak dalam
ketakutan. Selamat beribadah puasa.
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar