Senin, 01 Juni 2015

Gosip Joko Wi

Gosip Joko Wi

Garin Nugroho  ;  Penulis kolom “Udar Rasa” Kompas Minggu
KOMPAS, 31 Mei 2015


                                                                                                                                                           
                                                
”Joko Wi sering melamun di Istana, wajahnya keruh dan kebingungan. Suasana Istana nampak kacau tidak seperti era Sby”.

Inilah gosip yang muncul ketika saya bertemu dengan beberapa elite politik, bulan-bulan terakhir. Tentu saja, gosip tentang Joko Wi terus meluas yang muncul di setiap kelompok elite politik.

Gosip memang ringan dan sering disepelekan. Gosip sering diartikan sebagai desas-desus atau selentingan berita yang tersebar luas dan menjadi rahasia umum, tetapi masih diragukan kebenarannya.

Namun, harus dicatat, gosip menjadi gaya hidup populer karena tidak memerlukan upaya mencari fakta. Para pakar menyebut bahwa gosip menjadi ruang katarsis terbesar sebuah bangsa dalam dua wajah terbesarnya. Perspektif pertama gosip menjadi gaya hidup survival pada negara tirani seperti era Soeharto, ketika data dan fakta tidak dapat diakses serta kebenaran hanya muncul dari penguasa. Perspektif kedua, gosip menjadi gejala hidup pada negara yang terbuka, tetapi kehilangan panduan nilai-nilai informasi serta nilai-nilai panduan kepemimpinan, setiap individu warga menjadi sumber berita.

Pada perspektif kedua ini, keterbukaan melahirkan kebebasan yang tidak didukung pengetahuan, keterampilan, dan etika. Alhasil, warga bangsa tumbuh dalam lintas khaos informasi dan komunikasi dalam percepatan yang luar biasa tanpa panduan. Celakanya, pada abad teknokapitalis hiburan, maka segalanya adalah pameran perhatian tiap detik yang vulgar dalam kompetisi yang serba menghibur tanpa memperhatikan pengetahuan dan etika. Bisa diduga, gosip yang merupakan psikologi massa tanpa kerja data dan fakta menjadi ruang subur bagi gejala hidup baru bangsa ini.

Jangan heran, gosip yang serba tersebar cepat dan serba massa, menjadi salah satu ruang strategi komunikasi politik, baik itu kampanye positif maupun kampanye penghancuran citra tokoh politik. Inilah sesungguhnya ruang luas pertempuran politik abad ini. Terlebih pada era teknokapitalis, media sosial baru (telepon genggam, internet, Twitter, Facebook, hingga Instagram) menjadi medium gosip dengan tingkat penyebaran dalam pelipatan massa luar biasa. Lebih celaka lagi, teknologi baru di era digital didukung kemampuan manipulasi serta transformasi bentuk, pola hingga pengucapan gosip. Harap mahfum, pada masyarakat yang belum masuk dalam kultur data dan fakta, maka media baru menjadi medium terbesar gosip.

Simak beragam gosip yang muncul seputar Joko Wi. Sebut, gosip Joko Wi yang tidak bisa kerja sama dengan Jusuf Kalla dan lebih pada poros Luhut. Alhasil, tersebar gosip bahkan pada wilayah mikro terdekat Presiden, terjadi keretakan dan perpecahan. Sebut gosip elite muda sekitar Presiden yang tidak mampu melakukan negosiasi politik pada elite politikus yang berpengalaman untuk memecahkan krisis politik. Sebut juga, elite politik relawan Joko Wi yang sering bekerja tidak lebih seperti event organizer, tetapi tidak mampu mengelola kekuatan birokrasi, padahal birokrasi menjalankan 60 % kerja berbangsa. Sebut gosip lain, yakni keluhan birokrat di berbagai kementerian karena tuntutan Presiden yang tidak masuk akal pada pertumbuhan, baik pertumbuhan ekspor, pajak, hingga penurunan angka kemiskinan.

Sungguhlah ironis, hanya dalam rentang tak lebih setahun, kepopuleran Joko Wi yang dahulu didukung pencitraan bergaya gosip di media sosial baru, kini merosot dan berbalik, dipenuhi beragam gosip yang meragukan kepemimpinannya.

Tentu saja, gosip bukanlah data dan fakta, tetapi gosip dalam bangsa gaya hidup abad hiburan tidak bisa lagi disepelekan. Saatnya, Joko Wi mentransformasi gosip tentang dirinya, sebelum gosip menjadi muara kebenaran karena telah menjadi psikologi massa yang penuh drama yang bisa meredupkan kepercayaan kepemimpinan dan panduan berbangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar