PKB,
Kerja Keras dan Kreatif
Agoes Ali Masyhuri ; Pengasuh Pesantren
Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo Jatim
|
JAWA
POST, 01 September 2014
KRISIS
terbesar di dunia saat ini adalah krisis keteladanan. Krisis ini jauh lebih
dahsyat daripada krisis energi, kesehatan, pangan, transportasi, dan air.
Karena minimnya pemimpin yang visioner, kompeten, dan memiliki integritas
yang tinggi, masalah kesehatan, pendidikan, konservasi hutan, sistem
peradilan, dan transportasi menjadi semakin parah. Itulah tantangan partai
politik di Indonesia yang harus dihadapi dengan cerdas, ulet, sabar, dan
tahan banting.
Politik
pada hakikatnya mempunyai kecenderungan yang inheren dengan kepentingan dan
kekuasaan. Tanggung jawab yang dipikul partai politik tidaklah berakhir
setelah calonnya berhasil menduduki jabatan kepala daerah atau presiden dan
wakil presiden.
Ketika
budaya demokrasi dikembangkan di Indonesia, sesungguhnya masyarakat berharap
banyak bahwa akan terjadi perbaikan peta perpolitikan nasional sehingga
mempercepat pembangunan menuju kehidupan bangsa yang lebih sejahtera sesuai
cita-cita sila kelima Pancasila, yaitu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Partai
politik hendaknya tidak sekadar menjadikan ukuran keberhasilan perjuangan
politiknya pada kuantitas keberhasilan memenangi pilkada atau pilpres. Sebab,
menjadikan hal itu sebagai patokan tanpa mengevaluasi kinerja seorang kepala
daerah atau presiden dan wakil presiden bisa menjadi bumerang bagi partai
politik tersebut pada pemilu yang akan datang. Atas dasar itu, partai politik
hendaknya tidak terjebak untuk menjadikan jabatan atau kekayaan sebagai
sasaran utama dalam kehidupan berdemokrasi.
Fakta
berbicara adanya kerinduan masyarakat terhadap partai politik yang berpihak
pada rakyat harus direspons secara positif dalam rangka mewujudkan adil dalam
kemakmuran dan makmur dalam keadilan.
Salah
satu fenomena menarik pada Muktamar PKB yang berlangsung di The Empire Palace
Surabaya kali ini ditandai semboyan PKB sebagai partai politik rahmatan lil
‘alamin. Di sisi lain, ada yang menggelikan dari lontaran-lontaran pengurus
DPP PKB yang bertekad untuk mengalahkan Golkar pada pemilu akan datang.
Berawal
dari diskusi kecil jamaah setia Bumi Shalawat Jefri Yahya, seorang pedagang
sukses yang berpenampilan sederhana, bertanya, ’’Apa modal PKB bisa menjadi
partai rahmatan lil ’alamin dan bisa mengalahkan Golkar pada pemilu akan
datang?” Mas Nur Alamsyah, seorang guru, spontan menjawab, ’’Sulit Mas,
sepanjang mental politisi PKB dari daerah sampai pusat tidak punya komitmen
untuk membesarkan partai dan dekat dengan rakyat.”
Santri
lain bilang, ’’Ah... dasar kamu ’sok tahu’ seperti pengamat dan pakar politik
yang sangat lihai berbicara, menganalisis, memprediksi hal-hal yang bertalian
dengan politik yang terjadi di republik tercinta ini.”
Sambil
membenarkan posisi topinya, Ahmad Muhdlor berkata, ’’Kalian semua harus tahu
dan mengerti bahwa PKB itu didukung pemilih-pemilih tradisional yang mudah
goyah dan rentan terkena politik uang.”
Mustaqim,
seorang pelatih sepak bola, mendengarkan dengan serius sambil membenarkan
posisi duduknya, mengangguk tiga kali, dan menjawab dengan suara serak-serak
basah. ’’Begini, sebenarnya peluang PKB sangat besar untuk menjadi partai
besar sepanjang didukung pemimpin yang visioner, kompeten, memiliki
integritas yang tinggi, memimpin dengan hati dan dekat dengan rakyat.”
Rizal
Ramli sejak awal sebagai pendengar setia tersentuh saat melihat santri-santri
mempunyai wawasan dan pemikiran begitu hebat tentang bagaimana PKB menjadi
partai besar di republik tercinta ini. Dengan suara pelan dan penampilan
lugu, dia ikut angkat bicara, ’’Alhamdulillah, PKB mengadakan muktamar di
Surabaya, mudah-mudahan mendapat percikan berkah dari Allah. PKB hendaknya
tetap komitmen memperjuangkan aspirasi rakyat dan membela yang benar, bukan
membela yang bayar. Tegasnya, PKB harus berbenah diri, melakukan perbaikan
manajerial, leadership, demi terwujudnya partai yang dekat dengan rakyat dan
dicintai rakyat.”
Kerja Keras dan
Kreatif
Dalam
rangka mewujudkan cita-cita mulia PKB sebagai partai besar dekat dengan
rakyat dan dicintai rakyat, ada lima langkah cerdas yang harus dilakukan
secepatnya dan tidak bisa ditunda lagi.
Pertama,
selalu memiliki rasa ingin tahu. Para pengurus dan anggota PKB dari segala
tingkatan harus kreatif, gemar mencari informasi, mengumpulkan input, dan
cinta ilmu. Punya dedikasi yang tinggi, loyalitas kepada partai dengan
didukung seperangkat ilmu dan ketulusan untuk berjuang. Jalan dan cara yang
harus dilakukan, antara lain, gemar membaca, meneliti, melakukan riset, dan
memanfaatkan teknologi informasi melalui IT.
Kedua,
terbuka pada hal-hal baru. Ilmu pengetahuan tidak mengenal final, selalu
terjadi perubahan dan kemajuan. Betapa ruginya partai yang tidak berani
melakukan perbaikan dan tidak menyukai hal-hal baru. Partai kreatif adalah
partai yang tidak terbelenggu oleh pendapatnya sendiri. Dibutuhkan keterbukaan
dengan hal-hal baru, tidak harus harga mati mengikuti hal-hal baru tersebut.
Artinya, kita bisa mengelolanya, menyaring hal-hal yang baik dan menyesuaikan
dengan nilai-nilai yang kita anut.
Ketiga,
berani memikul risiko. Semua tindakan kreatif biasanya mengundang risiko.
Adalah mimpi melakukan suatu yang baru tanpa adanya risiko. Thomas Alva
Edison adalah orang kreatif yang berani gagal beribu-ribu kali sebelum
menemukan bola lampu. Untuk menjadi kreatif, kita harus berani menanggung
risiko dan keluar dari zona aman.
Keempat,
memiliki semangat yang membara untuk sukses. Tanpa semangat, mustahil kita
mendapat banyak hal dalam hidup. Semangat biasanya akan melipatgandakan
kemampuan seseorang untuk berprestasi. Orang yang kreatif selalu cerdas
menggunakan waktu dengan semangat untuk proses dalam menggapai semua hal yang
diinginkannya. Kita harus bertanya, bersemangatkah kita dalam hidup? Apakah
kita ini seorang yang bermental lemah dan selalu kalah dalam memperjuangkan
cita-cita?
Kelima,
memiliki hati yang jernih. Kejernihan hati akan melahirkan firasat dan
ide-ide cemerlang yang akan menjadi nilai tambah dalam kehidupan seorang
muslim dalam segala aspek. Biasanya karya-karya bermutu berawal dari
kejernihan hati dan ketajaman pikiran yang direalisasikan dalam tindakan
nyata.? ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar