Kamis, 11 September 2014

Mers-Cov dan Jemaah Haji

Mers-Cov dan Jemaah Haji

Muhammad Ilyas  ;   Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Makkah
REPUBLIKA, 10 September 2014

                                                                                                                       
                                                      

Media sempat diramaikan pemberitaan mengenai virus corona yang menyebabkan penyakit sindrom pernapasan Timur Tengah atau lebih popular dikenal sebagai Middle East Respiratory Syndrom (Mers)-Cov. Hebohnya pemberitaan ini menjadi perhatian dunia karena penyakit ini menyebabkan kematian dalam waktu singkat dan berpotensi menjadi epidemi. Virus ini kebanyakan menyerang penduduk Timur Tengah terutama Arab Saudi sebagai tempat umat Islam secara melaksanakan umrah.

Saat ini umat Islam datang ke Saudi untuk berhaji. Mers-Cov mendapat perhatian besar tidak hanya dari Pemerintah Arab Saudi, tetapi dari negara-negara yang penduduknya akan berhaji termasuk Indonesia, negara dengan jumlah jamaah haji terbesar setiap tahunnya.

Sekitar satu dekade lalu dunia pernah dihebohkan oleh infeksi virus pernapasan yang mematikan atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Ini menjadi alarming epidemic pada 2002-2003 karena menimbulkan 8.000 kasus dan menyebabkan 800 kematian serta konsekuensi klinis dan kesehatan masyarakat.

Meskipun secara genetik mirip, virus corona baru-baru ini memiliki karakteristik berbeda dengan virus corona penyebab SARS yang menjangkiti 32 negara pada 2003. Pada 10 Juli 2013, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, total 80 kasus telah diidentifikasi di Timur Tengah (Arab Saudi, Yordania, Qatar, dan Uni Emirat Arab), Eropa (Inggris, prancis, Italia, Jerman), dan Tunisia dengan case fatality rate 56 persen --suatu angka kematian yang cukup meresahkan masyarakat internasional.

Apa itu Mers-Cov?

Coronavirus adalah pengelompokan besar virus dan memiliki family yang beragam, termasuk virus yang diketahui menyebabkan penyakit pada manusia (termasuk common cold) dan hewan. Sebelumnya Mers-Cov tidak pernah ditemukan pada manusia atau hewan,  tetapi memperlihatkan hubungan erat dan mirip coronavirus yang sebelumnya didapatkan pada kelelawar.

Sekitar dua tahun lalu diidentifikasi coronavirus baru (novel coronavirus). Pada 28 Mei 2013 the Corona Virus Study Group of the International Committee on Taxonomy of Viruses atau Komite Internasional Taksonomi Virus sepakat menyebut virus corona baru itu Mers-Cov). Virus ini pertama kali diidentifikasi sebagai virus penyebab pneumonia yang mematikan (lethal pneumonia) pada beberapa pasien di Timur Tengah.

Mers-Cov merupakan strain virus corona yang pada mulanya berjangkit di Arab Saudi dan menyebar ke Eropa serta negara lain termasuk Indonesia. Sampai saat ini di Indonesia belum didapatkan kasus, meski di awal 2014 ada penderita yang dirawat di rumah sakit di Indonesia sepulang dari umrah karena dicurigai terserang Mers-Cov. Hasil pemeriksaan laboratorium tidak terbukti menderita Mers-Cov.

Coronavirus terutama ditularkan melalui saluran pernapasan (respiratory droplet) dan kontak langsung atau tidak langsung dengan sekret yang terinfeksi. Virus ini juga dapat dideteksi dalam darah, tinja, dan urin. Penularan dari partikel virus di udara (airbone infection) dapat bersumber dari sekret pernapasan yang bersifat aerosol dan material tinja. Coronavirus memiliki selaput lemak dengan respons terhadap desinfektan dan detergen bervariasi.

Pada Juli 2012 Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan menyampaikan, tidak ada bukti kuat onta sebagai sumber infeksi untuk kasus Mers pada manusia. Namun, beberapa korban Mers-Cov diketahui pernah kontak dengan onta, termasuk onta sakit.

Pada September 2012, Ron Fouchier menduga virus ini berasal dari kelelawar. Pada Agustus 2013, suatu laporan di Lancet  mengatakan, 50 dari 50 kasus (100 persen) serum darah dari onta Oman dan 11 dari 105 (14 persen) dari onta Spanyol mempunyai protein antibody yang spesifik Mers-Cov. Para ahli meneliti untuk menentukan sumber penularan virus ini. Penelitian baru oleh Reusken dkk mendukung bahwa Mers-Cov adalah virus yang sangat menyerupai Mers-Cov yang beredar pada onta.

Dari data epidemiologi tentang pola serangan virus Mers-Cov ini, dalam tiga tahun terakhir (2012-2014), jumlah infeksi tertinggi pada April-Mei setiap tahunnya setelah bulan tersebut terlihat penurunan jumlah kasus signifikan. Jika pola infeksi terjadi pada bulan tersebut, maka kita berharap pada musim haji tahun ini yang jatuh pada September-Oktober dapat terhindar dari serangan wabah Mers-Cov selama ibadah haji.

Jamaah haji tidak perlu terlalu khawatir dan cemas terkait pemberitaan Mers ini, tapi perlu dipahami bahwa perangai virus juga dapat berubah atau mutasi setiap saat sehingga kewaspadaan terhadap infeksi tetap menjadi perhatian. Penggunaan alat pelindung diri dan kontrol infeksi yang baik sangat bermanfaat dalam mencegah penyebaran meskipun tidak pernah dapat mengeliminasi risiko secara sempurna.

Bagi mereka yang akan berangkat ke Arab Saudi, termasuk calon jamaah haji, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian. Pertama, perilaku hidup bersih sehat dan istirahat yang memadai. Kedua, mengomsumsi  makanan yang memiliki nilai gizi seimbang. Minum air yang cukup 2,5–3 liter sehari untuk menghindari dehidrasi karena dehidrasi dapat mengganggu mekanisme pertahanan alamiah pada saluran napas akibat gangguan sistem mukosilier.

Ketiga, mengomsumsi kurma dan air zam-zam secara teratur untuk memelihara asupan kalori dan cairan. Keempat, rajin cuci tangan menggunakan sabun atau handsrub sebagai upaya pengendalian infeksi. Kelima, membatasi aktivitas berlebihan di luar pemondokan untuk mengurangi kontak.

Keenam, membiasakan penggunaan masker. Ketujuh, mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok karena polusi asap rokok dapat merusak struktur dan pertahanan alamiah saluran napas.

Kedelapan, membatasi atau tidak mengunjungi peternakan dan tempat pemotongan hewan. Kesembilan, selama di Saudi, segera mengosultasikan kesehatan bila mengalami gejala demam, batuk, atau sulit bernapas. Kesepuluh, bagi penderita penyakit kronik seperti diabetes, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, gagal jantung, gagal ginjal, atau penyakit kronik lainnya, sebaiknya memeriksakan diri ke dokter spesialis sebelum berangkat dan tetap mengomsumsi obat secara teratur.

Kesebelas, bila dalam waktu 10-14 hari setelah balik ke Tanah Air dan mengalami keluhan pernapasan, segera berkonsultasi ke dokter. Keduabelas, bila akan bepergian ke Saudi, ikuti perkembangan informsi terkait virus Mers-Cov.

Tidak ada pengobatan spesifik untuk Mers-Cov. Terapi, yang diberikan hanya suportif untuk menghilangkan gejala. Pengobatan simptomatik yang diberikan berdasarkan beratnya penyakit. Tidak ada vaksin khusus untuk penyakit ini.

Berbagai hal ini hanya bagian dari ikhtiar manusia. Tentunya hanya kepada Sang Khaliq kita mengharapkan pertolongan dan perlindungan. Semoga jamaah haji Indonesia sehat kembali ke Tanah Air dengan membawa predikat mabrur. n

Pengobatan dan vaksin                        

Tidak ada pengobatan spesifik yang direkomendasikan untuk Mers-Cov. Terapi yang diberikan hanya bersifat suportif untuk membantu menghilangkan gejala. Pengobatan simptomatik yang diberikan berdasarkan beratnya penyakit. Tidak ada vaksin khusus yang tersedia untuk penyakit ini. Diskusi dan upaya untuk pengembangannya masih terus berjalan.

Upaya pencegahan sangat diperlukan dalam pengendalian infeksi Mers-Cov, membiasakan diri mencuci tangan setelah menyentuh benda-benda yang berpotensi menularkan virus tersebut sebelum menyentuh hidung dan atau mata, penerapan etika batuk serta disiplin dalam penggunaan masker, merupakan hal penting dalam meminimalkan risiko penularan infeksi. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah melakukan upaya pencegahan melalui promosi kesehatan dan menyediakan rumah sakit khusus bagi perawatan pasien yang diduga menderita Mers-Cov untuk menhindari penyebaran penyakit.

Berbagai usaha oleh Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam melindungi jamaah haji Indonesia dari risiko penyakit selama di Arab Saudi, mulai dari promosi kesehatan dengan terus menyosialisasikan perilaku hidup bersih dan sehat, pengawasan dan pengendalian sanitasi lingkungan dan pemondokan jamaah, pengawasan katering, sampai pada menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, mulai dari level kelompok terbang (kloter), pelayanan kesehatan sektor, dan Balai Pengobatan Haji Indonesia (setingkat rumah sakit tipe B) yang didukung dokter spesialis dalam berbagai bidang

Berbagai upaya ini hanya bagian dari ikhtiar manusia. Tentunya hanya kepada Sang Khaliq kita mengharapkan pertolongan dan perlindungan. Semoga jamaah haji Indonesia sehat kembali ke Tanah Air dengan membawa predikat mabrur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar