Mers-Cov
dan Jemaah Haji
Muhammad Ilyas ;
Kepala
Seksi Kesehatan Daerah Kerja Makkah
|
REPUBLIKA,
10 September 2014
Media
sempat diramaikan pemberitaan mengenai virus corona yang menyebabkan penyakit
sindrom pernapasan Timur Tengah atau lebih popular dikenal sebagai Middle
East Respiratory Syndrom (Mers)-Cov. Hebohnya pemberitaan ini menjadi
perhatian dunia karena penyakit ini menyebabkan kematian dalam waktu singkat
dan berpotensi menjadi epidemi. Virus ini kebanyakan menyerang penduduk Timur
Tengah terutama Arab Saudi sebagai tempat umat Islam secara melaksanakan
umrah.
Saat
ini umat Islam datang ke Saudi untuk berhaji. Mers-Cov mendapat perhatian
besar tidak hanya dari Pemerintah Arab Saudi, tetapi dari negara-negara yang
penduduknya akan berhaji termasuk Indonesia, negara dengan jumlah jamaah haji
terbesar setiap tahunnya.
Sekitar
satu dekade lalu dunia pernah dihebohkan oleh infeksi virus pernapasan yang
mematikan atau Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Ini menjadi alarming epidemic pada 2002-2003 karena
menimbulkan 8.000 kasus dan menyebabkan 800 kematian serta konsekuensi klinis
dan kesehatan masyarakat.
Meskipun
secara genetik mirip, virus corona baru-baru ini memiliki karakteristik
berbeda dengan virus corona penyebab SARS yang menjangkiti 32 negara pada
2003. Pada 10 Juli 2013, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, total
80 kasus telah diidentifikasi di Timur Tengah (Arab Saudi, Yordania, Qatar,
dan Uni Emirat Arab), Eropa (Inggris, prancis, Italia, Jerman), dan Tunisia
dengan case fatality rate 56 persen --suatu angka kematian yang cukup
meresahkan masyarakat internasional.
Apa itu Mers-Cov?
Coronavirus adalah pengelompokan
besar virus dan memiliki family yang beragam, termasuk virus yang diketahui
menyebabkan penyakit pada manusia (termasuk common cold) dan hewan. Sebelumnya Mers-Cov tidak pernah
ditemukan pada manusia atau hewan,
tetapi memperlihatkan hubungan erat dan mirip coronavirus yang sebelumnya didapatkan pada kelelawar.
Sekitar
dua tahun lalu diidentifikasi coronavirus baru (novel coronavirus). Pada 28
Mei 2013 the Corona Virus Study Group
of the International Committee on Taxonomy of Viruses atau Komite
Internasional Taksonomi Virus sepakat menyebut virus corona baru itu
Mers-Cov). Virus ini pertama kali diidentifikasi sebagai virus penyebab
pneumonia yang mematikan (lethal pneumonia)
pada beberapa pasien di Timur Tengah.
Mers-Cov
merupakan strain virus corona yang
pada mulanya berjangkit di Arab Saudi dan menyebar ke Eropa serta negara lain
termasuk Indonesia. Sampai saat ini di Indonesia belum didapatkan kasus,
meski di awal 2014 ada penderita yang dirawat di rumah sakit di Indonesia
sepulang dari umrah karena dicurigai terserang Mers-Cov. Hasil pemeriksaan
laboratorium tidak terbukti menderita Mers-Cov.
Coronavirus
terutama ditularkan melalui saluran pernapasan (respiratory droplet) dan kontak langsung atau tidak langsung
dengan sekret yang terinfeksi. Virus ini juga dapat dideteksi dalam darah,
tinja, dan urin. Penularan dari partikel virus di udara (airbone infection) dapat bersumber dari sekret pernapasan yang
bersifat aerosol dan material tinja. Coronavirus memiliki selaput lemak
dengan respons terhadap desinfektan dan detergen bervariasi.
Pada
Juli 2012 Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan menyampaikan, tidak ada
bukti kuat onta sebagai sumber infeksi untuk kasus Mers pada manusia. Namun,
beberapa korban Mers-Cov diketahui pernah kontak dengan onta, termasuk onta
sakit.
Pada
September 2012, Ron Fouchier menduga virus ini berasal dari kelelawar. Pada
Agustus 2013, suatu laporan di Lancet
mengatakan, 50 dari 50 kasus (100 persen) serum darah dari onta Oman
dan 11 dari 105 (14 persen) dari onta Spanyol mempunyai protein antibody yang
spesifik Mers-Cov. Para ahli meneliti untuk menentukan sumber penularan virus
ini. Penelitian baru oleh Reusken dkk mendukung bahwa Mers-Cov adalah virus
yang sangat menyerupai Mers-Cov yang beredar pada onta.
Dari
data epidemiologi tentang pola serangan virus Mers-Cov ini, dalam tiga tahun
terakhir (2012-2014), jumlah infeksi tertinggi pada April-Mei setiap tahunnya
setelah bulan tersebut terlihat penurunan jumlah kasus signifikan. Jika pola
infeksi terjadi pada bulan tersebut, maka kita berharap pada musim haji tahun
ini yang jatuh pada September-Oktober dapat terhindar dari serangan wabah
Mers-Cov selama ibadah haji.
Jamaah
haji tidak perlu terlalu khawatir dan cemas terkait pemberitaan Mers ini,
tapi perlu dipahami bahwa perangai virus juga dapat berubah atau mutasi
setiap saat sehingga kewaspadaan terhadap infeksi tetap menjadi perhatian.
Penggunaan alat pelindung diri dan kontrol infeksi yang baik sangat
bermanfaat dalam mencegah penyebaran meskipun tidak pernah dapat
mengeliminasi risiko secara sempurna.
Bagi
mereka yang akan berangkat ke Arab Saudi, termasuk calon jamaah haji, ada
beberapa hal yang perlu menjadi perhatian. Pertama, perilaku hidup bersih
sehat dan istirahat yang memadai. Kedua, mengomsumsi makanan yang memiliki nilai gizi seimbang.
Minum air yang cukup 2,5–3 liter sehari untuk menghindari dehidrasi karena
dehidrasi dapat mengganggu mekanisme pertahanan alamiah pada saluran napas
akibat gangguan sistem mukosilier.
Ketiga,
mengomsumsi kurma dan air zam-zam secara teratur untuk memelihara asupan
kalori dan cairan. Keempat, rajin cuci tangan menggunakan sabun atau handsrub
sebagai upaya pengendalian infeksi. Kelima, membatasi aktivitas berlebihan di
luar pemondokan untuk mengurangi kontak.
Keenam,
membiasakan penggunaan masker. Ketujuh, mengurangi atau menghentikan
kebiasaan merokok karena polusi asap rokok dapat merusak struktur dan
pertahanan alamiah saluran napas.
Kedelapan,
membatasi atau tidak mengunjungi peternakan dan tempat pemotongan hewan.
Kesembilan, selama di Saudi, segera mengosultasikan kesehatan bila mengalami
gejala demam, batuk, atau sulit bernapas. Kesepuluh, bagi penderita penyakit
kronik seperti diabetes, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, gagal
jantung, gagal ginjal, atau penyakit kronik lainnya, sebaiknya memeriksakan
diri ke dokter spesialis sebelum berangkat dan tetap mengomsumsi obat secara
teratur.
Kesebelas,
bila dalam waktu 10-14 hari setelah balik ke Tanah Air dan mengalami keluhan
pernapasan, segera berkonsultasi ke dokter. Keduabelas, bila akan bepergian
ke Saudi, ikuti perkembangan informsi terkait virus Mers-Cov.
Tidak
ada pengobatan spesifik untuk Mers-Cov. Terapi, yang diberikan hanya suportif
untuk menghilangkan gejala. Pengobatan simptomatik yang diberikan berdasarkan
beratnya penyakit. Tidak ada vaksin khusus untuk penyakit ini.
Berbagai
hal ini hanya bagian dari ikhtiar manusia. Tentunya hanya kepada Sang Khaliq
kita mengharapkan pertolongan dan perlindungan. Semoga jamaah haji Indonesia
sehat kembali ke Tanah Air dengan membawa predikat mabrur. n
Pengobatan dan vaksin
Tidak
ada pengobatan spesifik yang direkomendasikan untuk Mers-Cov. Terapi yang
diberikan hanya bersifat suportif untuk membantu menghilangkan gejala.
Pengobatan simptomatik yang diberikan berdasarkan beratnya penyakit. Tidak
ada vaksin khusus yang tersedia untuk penyakit ini. Diskusi dan upaya untuk
pengembangannya masih terus berjalan.
Upaya
pencegahan sangat diperlukan dalam pengendalian infeksi Mers-Cov, membiasakan
diri mencuci tangan setelah menyentuh benda-benda yang berpotensi menularkan
virus tersebut sebelum menyentuh hidung dan atau mata, penerapan etika batuk
serta disiplin dalam penggunaan masker, merupakan hal penting dalam
meminimalkan risiko penularan infeksi. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah
melakukan upaya pencegahan melalui promosi kesehatan dan menyediakan rumah
sakit khusus bagi perawatan pasien yang diduga menderita Mers-Cov untuk
menhindari penyebaran penyakit.
Berbagai
usaha oleh Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam
melindungi jamaah haji Indonesia dari risiko penyakit selama di Arab Saudi,
mulai dari promosi kesehatan dengan terus menyosialisasikan perilaku hidup
bersih dan sehat, pengawasan dan pengendalian sanitasi lingkungan dan
pemondokan jamaah, pengawasan katering, sampai pada menyediakan sarana dan
prasarana pelayanan kesehatan, mulai dari level kelompok terbang (kloter),
pelayanan kesehatan sektor, dan Balai Pengobatan Haji Indonesia (setingkat
rumah sakit tipe B) yang didukung dokter spesialis dalam berbagai bidang
Berbagai
upaya ini hanya bagian dari ikhtiar manusia. Tentunya hanya kepada Sang
Khaliq kita mengharapkan pertolongan dan perlindungan. Semoga jamaah haji
Indonesia sehat kembali ke Tanah Air dengan membawa predikat mabrur. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar