Megawati,
SBY, Prabowo, dan Jokowi :
Enough
is Enough
Josep Purnama Widyatmaja ; Sekertaris
Eksekutif
Center for Development and Culture
|
SATU
HARAPAN, 01 September 2014
Sepuluh
tahun sudah puasa kekuasaan PDIP akan segera berakhir dan segera menghasilkan
buahnya. Dalam Pileg April 2014 PDIP telah memenangkan suara hampir 19
persen. Kemenangan itu jauh dari harapan elite partai karena PDIP tidak bebas
mengusung capres dan cawapres sendiri. Koalisi dibutuhkan agar PDIP bisa maju
sebagai partai penguasa pemerintahan 2014 -2019. Koalisi ramping dan tanpa
politik transaksional mengantar Jokowi/JK memenangkan piipres 2014
berdasarkan keputusan KPU.
Selama
pemerintahan SBY, isu negatif menempa Partai Demokrat dan diri SBY. Partai
Demokrat tidak saja harus menghadapi partai “ oposisi” yang teridiri dari
PDIP, Gerindra dan Hanura, tapi Partai Demokrat juga harus menghadapi anggota
sekertariat gabungan bentukan SBY. Mereka adalah kawan seiring yang menohok
SBY dari dalam. Misalnya dalam kasus Bank Century, Hambalang dan kenaikan BBM
partai pendukung SBY tidak seirama dengan kebijakan pemerintah. Mereka malah menghianatinya.
Sebelumnya,
oleh Megawati, SBY dianggap menghianatinya karena dengan secara diam diam SBY
mencalonkan diri sebagai calon presiden tahun 2004 untuk menjadi penantang
Megawati. SBY dianggap tidak terus terang soal hasrat nya untuk mencalonkan
diri sebagai capres kepada Megawati. Padahal Megawati merasa telah banyak
menolong dan mengorbitkan SBY selama
pemerintahan yang dipimpin Megawati.
Sepuluh
tahun SBY berkuasa, hubungan dan komunikasi antara SBY dan Megawati sangat
buruk. Salam dan sapa antara SBY dan Megawati hampir tak pernah terjadi dalam
tiap pertemuan. Boleh dikatakan luka batin yang dialami Megawati tak mudah di
sembuhkan walaupun ada upaya beberapa pihak yang ingin menyatukan tokoh
bangsa yang berseberangan. Bagi kebanyakan perempuan kejujuran dari lelaki
adalah segalanya bukannya kebohongan
dan perselingkuhan, Ketidakjujuran dan keterus terangan pada perempuan yang
mempercayai lelaki akan membuahkan luka batin yang sulit tersembuhkan.
Politik
sering disebut seni lidah tak bertulang dalam merebut kekuasaan dan jabatan.
Kampanye, janji dan ucapan mudah dilupakan dan di ingkari demi mempertahankan
kekuasaan atau untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih tinggi. Hal serupa
terjadi dalam diri sekertariat gabungan ataupun koalisi partai.
Seorang
capres dengan suara lantang menolak hasil quick
count dan ia bersikukuh untuk menghormati hasil dari KPU. Tapi setelah
pengumuman KPU capres yang sama itulah yang memperkarakan KPU di Makamah
Konstitusi. Selanjutnaya
setelah nantinya MK membenarkan putusan KPU, apa yang akan dilakukan oleh
yang di kalahkan dalam putusan KPU? Jangan
jangan giliran MK yang harus digugat kembali dan di perkarakan.
Enough is enough!
Terpilihnya
Jokowi membawa angin segar untuk perubahan dan penyembuhan bangsa yang
tercabik karena pemilu masa lalu. Jokowi adalah Jokowi dia bukan Megawati, SBY
ataupun Prabowo.
Jokowi
maju dalam pilgub DKI dengan dukungan Prabowo dan Megawati. Dalam Pilpres
Jokowi harus berhadapan dengan Prabowo yang pernah mendukungnya jadi cagub
DKI. Rakyat tidak ingin hubungan Jokowi dan Prabowo selama tahun
pemerintahannya 2014 -2019 mengulang hubungan Mega dan SBY tahun 2004-2014.
Rakyat tidak ingin bangsa Indonesia disandera luka batin akibat persaingan
untuk memperebutkan jabatan RI.1.
Jokowi
tidak cukup blusukan seperti di Surakarta dan Jakarta ketika ia menjadi
kepala daerah. Yang lebih penting bagi Jokowi ia harus mampu blusukan di hati
Megawati, SBY dan Prabowo pasca pengumuman keputusan MK. Enough is enough dan rakyat sudah jenuh dan letih menyaksikan
perseteruan di antara calon pemimpinnya. Jokowi perlu merajut kembali
hubungan Megawati dan SBY dan hubungan dirinya dengan Prabowo.
Saya
percaya Jokowi mampu melakukan tugas sulit itu. Era Mega, SBY dan Prabowo
sudah berlalu tetapi mereka tetap mempunyai tugas yang tak kalah penting.
Mereka memiliki peran untuk memberikan keteladanan kepada generasi muda dan
masa depan dengan memberikan dukungan
pada pemerintahan Jokowi yang akan meyingsing pada tanggal 20 Oktober 2014. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar