Akselerasi
Infrastruktur
Mohammed Ali Berawi ;
Direktur
Centre for Sustainable Infrastructure Development (CSID) Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
|
REPUBLIKA,
11 September 2014
Infrastruktur memegang peran penting sebagai salah satu roda
penggerak pertumbuhan ekonomi untuk mempercepat pembangunan nasional. Kunci
sukses pembangunan infrastruktur terletak pada kesiapan perencanaan
pembangunan yang matang, pembiayaan proyek yang efisien, dan pola kelembagaan
dan kerja sama yang efektif.
Perencanaan proyek merupakan salah satu peran sentral dalam
kesuksesan pembangunan infrastruktur untuk dapat menghasilkan manfaat yang
optimal bagi yang terlibat. Manfaat optimal diperoleh dalam bentuk
keberhasilan pemerintah sebagai penyelenggara negara dalam menyediakan
infrastruktur publik, tidak terbebaninya masyarakat dalam mengakses
infrastruktur, dan memberikan keuntungan bagi pihak swasta yang terlibat.
Untuk mencapai manfaat yang optimal maka diperlukan inovasi dan
terobosan baru bagi pembangunan infrastruktur yang bernilai tambah (value for money). Perencanaan berbasis
nilai tambah ini yang secara langsung akan memengaruhi skema pembiayaan dan
kerja sama pembangunan proyek infrastruktur.
Sebagai pertimbangan, penerapan rekayasa nilai pada perencanaan
megaproyek Jembatan Selat Sunda (JSS) yang ditawarkan pemerintah sebesar Rp
250 triliun dapat dioptimalkan manfaatnya melalui penambahan fungsi proyek
berupa pengembangan tidal energy di
bawah laut; pemasangan pipa distribusi minyak, gas dan utilitas; pengembangan
akses jalan jembatan menuju Pulau Sangiang yang dialihkan peruntukannya
menjadi kawasan pariwisata; beserta pengembangan kawasan industri pembangkit
energi, material, dan industri berat lainnya di Provinsi Banten dan Lampung
yang akan melengkapi fungsi dasar pembangunan JSS sebagai infrastruktur
konektivitas atau transportasi.
Estimasi total biaya untuk pengembangan keseluruhan fungsi dalam
perencanaan ini diestimasi Rp 188 triliun dengan penambahan manfaat dan
pendapatan tujuh kali lipat dari total pendapatan jika hanya bergantung pada
pendapatan fungsi dasar saja, yakni tiket tol mobil dan kereta api. Dengan
adanya tambahan pendapatan dari inovasi fungsi JSS maka biaya akses pengguna
dapat diestimasi tanpa membebani masyarakat dan secara bersamaan dapat
meningkatkan kelayakan investasi JSS.
Selain itu, rencana pembangunan tiga proyek infrastruktur di
Jakarta yang terdiri dari pembangunan MRT, KA bandara, dan terowongan MPDT
dengan total estimasi biaya lebih dari Rp 50 triliun dapat dilakukan dengan
terobosan perencanaan pembangunan infrastruktur yang terintegrasi dengan
menggabungkan fungsi sistem pengendali banjir dan transportasi publik
berbasis rel untuk mengurai kemacetan dalam satu terowongan. Public Railways and Stormwater Infrastructure (Prasti)
Tunnel yang diestimasi berdiameter 19 meter ini akan membentang sekitar
sembilan kilometer dari stasiun terintegrasi Dukuh Atas menuju Pluit dan
terdiri dari tiga level. Level pertama untuk MRT dan level kedua untuk KA
bandara serta level terbawah terowongan digunakan sebagai saluran pengendali
banjir di Jakarta.
Selain itu, pengembangan jaringan utilitas maupun kawasan bisnis
bawah tanah dilakukan terkait peningkatan kelayakan proyek. Perencanaan
pembangunan Prasti Tunnel ini diestimasi Rp 22 triliun yang kemudian
dihubungkan dengan pembiayaan masing-masing jaringan kereta dapat menunjukkan
efisiensi pembiayaan dan efektivitas pembangunan infrastruktur publik yang
terintegrasi. Dengan subsidi silang pendapatan transportasi dan pengembangan
kawasan bisnis maka pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur yang mempunyai
kelayakan rendah seperti infrastruktur pengendali banjir dapat dibangun.
Pembiayaan infrastruktur
Pembiayaan proyek infrastruktur merupakan hasil dari perencanaan
pembangunan. Perhitungan pembiayaan proyek dilakukan dalam konteks estimasi
umur hidup infrastruktur (life cycle
cost) yang meliputi biaya pengeluaran berupa inisial biaya pembangunan,
operasi, dan pemeliharaan infrastruktur beserta biaya pendapatan yang
dihasilkan. Hal ini akan menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan
teknologi dan kualitas infrastruktur. Upaya efektivitas pembiayaan dan
penciptaan nilai tambah proyek menjadi landasan berfikir dalam mengoptimalkan
ketersediaan pendanaan pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Alokasi dana pembiayaan infrastruktur dapat ditunjang dengan
memanfaatkan potensi keuangan domestik di Indonesia yang diestimasi lebih
dari Rp 3.000 triliun, baik berupa pasar modal, obligasi, sukuk, reksa dana,
dana pensiun, dan asuransi. Potensi pembiayaan ini dapat dimaksimalkan dengan
memberlakukan peraturan dan kebijakan yang kondusif bagi masuknya investasi
infrastruktur dan adanya insentif pemerintah untuk percepatan pembangunan infrastruktur.
Berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Cina, dan India telah dapat
mengoptimalkan penggunaan pembiayaan dari potensi pasarnya untuk pembangunan
infrastruktur publik dengan mempertimbangkan adanya jaminan pengembalian
investasi pada skema kerja sama pemerintah dan swasta yang dilakukan.
Pola kerja sama dan
kelembagaan
Perencanaan berbasis nilai tambah dan efektivitas pola
pembiayaan infrastruktur telah mampu meningkatkan kelayakan ekonomi
pembangunan proyek dan untuk dapat meningkatkan kelayakan finansial proyek
maka diperlukan skema kerja sama aliansi strategis antara pemerintah dan
swasta (dalam hal ini multiindustri).
Dari kedua contoh kasus pembangunan infrastruktur di atas maka
pola kerja sama aliansi strategis yang dibentuk tidak hanya menempatkan
pemerintah sebagai penanam modal (sunk
cost), tetapi juga dapat mengikutsertakan BUMN/BUMD, di dalam satu
kelembagaan join venture dengan
pihak swasta untuk berbagi tanggung jawab atas pembangunan, operasi, dan
pemeliharaan infrastruktur beserta pembagian pendapatan yang dihasilkan.
Meskipun tidak mendapatkan keuntungan sebesar pihak swasta, dana bagi hasil
yang didapatkan dengan pola kerja sama dan kelembagaan ini, maka pemerintah
sedang menabung modal investasi tambahan bagi pembangunan infrastruktur
selanjutnya.
Sebagai kesimpulan, dengan perencanaan infrastruktur yang
inovatif dan bernilai tambah, adanya efisiensi pembiayaan proyek serta
penerapan pola kelembagaan dan kerja sama aliansi strategis yang efektif maka
percepatan pembangunan infrastruktur Indonesia dapat diwujudkan oleh
pemerintahan ke depan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar