Menjadi
Pemilih Rasional
Benny Susetyo ;
Budayawan
|
SUARA
MERDEKA, 07 Juli 2014
MENJELANG
Pilpres 2014, Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) kembali mengeluarkan
surat gembala sebagai arahan bagi umat supaya menjadi sosok pemilih cerdas
dan rasional. KWI menilai momentum pilpres ini akan menjadi kesempatan bagi
kita untuk makin memperkokoh bangunan demokrasi. Pilpres menjadi sarana
mengambil bagian dalam membangun dan mengembangkan negeri tercinta supaya
makin damai dan sejahtera sesuai dengan cita-cita kemerdekaan. KWI mendorong
supaya dalam momentum ini umat memilih sosok pemimpin yang integritas
moralnya bisa diandalkan. Umat harus berusaha mengetahui dan memahami rekam
jejak kedua capres-cawapres. Mereka harus diyakinkan secara sungguh-sungguh
apakah mempunyai watak pemimpin yang melayani dan memperjuangkan nilai-nilai
kemanusiaan atau tidak. Pemimpin bangsa haruslah mereka yang menghormati
kehidupan dan martabat manusia, memperjuangkan kebaikan bersama, mendorong
dan menghayati semangat solidaritas dan subsidiaritas serta memberi perhatian
lebih kepada warga kurang beruntung. Pilpres 2014 hendaknya melahirkan
pemimpin yang gigih memelihara, mempertahankan, dan mengamalkan Pancasila.
Karena itulah, umat hendaknya cerdas dan berusaha mengenali secara
sungguh-sungguh para kandidat sebelum menjatuhkan pilihan. Pancasila dan
Bhinneka Tunggal Ika adalah harga mati untuk kehidupan bangsa ini. Pluralitas
merupakan fakta kebangsaan yang tidak bisa dimungkiri. Pemimpin haruslah
menjadikannya sebagai landasan dalam melahirkan kebijakankebijakan yang adil
dan bijaksana. Pada situasi seperti sekarang, kita juga perlu mencari
pemimpin yang mampu memberikan rasa aman dan damai. Mereka yang lahir batin
menjalankan konstitusi demi kemajuan Indonesia sebagai bangsa. Mereka adalah
negarawan yang memiliki orientasi dan kebijaksanaan melindungi kaum kecil,
bukannya mereka yang bersama- sama kaum kaya justru memperdaya dan
memanfaatkan wong cilik.
Totalitas Melayani
Kita
merindukan pemimpin yang melayani rakyatnya secara total. Bangsa ini sungguh
membutuhkan sosok pemimpin yang bisa melayani rakyat dengan hati secara
total. Mereka memberikan diri sepenuhnya untuk membangun bangsa, bukan untuk
orientasi lain yang hanya memanfaatkan rakyat sebagai kambing hitam
kekuasaan. Kita membutuhkan pemimpin yang tangguh, sosok yang tidak mudah
menyerah pada keadaan.
Pemimpin
yang kreatif dan mengarahkan kekuasaannya semua demi kepentingan rakyat,
bukan kepentingan cukong atau mafia. Pada titik inilah kita secara sadar
membutuhkan pemimpin amanah dan bisa dipercaya. Sudah lama rakyat merindukan
sosok pemimpin yang jujur dan bisa dipercaya. Ini artinya bahwa selama ini
rakyat merasa dibohongi. Bertahun-tahun hanya mendapatkan pemimpin yang
kurang amanah dan kurang memiliki perhatian pada nasib rakyat.
Di
tengah situasi demikian, satriya piningit ideal dambaan rakyat adalah sosok
yang jujur. Kesatria yang total memberikan pelayanan kepada rakyatnya.
Pemberantasan korupsi janganlah sekadar janji.
Begitu
banyak pengalaman bangsa ini tertipu oleh janji manis pemberantasan korupsi.
Rakyat terlena termakan janji, dan tersadar bahwa ternyata mereka memilih
pemimpin yang tidak memiliki totalitas memberantas korupsi. Pemberantasan
korupsi bukan semata janji melainkan sudah mendarah daging menjadi jiwa dan
karakter, bahwa korupsi sudah waktunya tidak lagi diberikan tempat di bumi
pertiwi ini.
Kembali
umat diingatlkan supaya jangan tertipu janji manis pemberantasan korupsi
tanpa langkah konkret pembenahan sistem birokrasi yang begitu lihai merampok
uang rakyat. Pemberantasan korupsi adalah masalah paling penting yang harus
ditangani pemimpin nasional ke depan. Semua pemimpin memang memiliki visi
demikian, tapi tentukanlah kepada mereka yang jujur dan bukan sekadar
mengumbar janji.
Cerdas Memilih
Seperti
lazimnya dalam pilpres, semua calon pemimpin mengumbar janji. Kalau suatu saat
tampuk kekuasaan sudah diraih, mereka pun melupakan semua yang dijanjikan.
Pelajaran demikian sudah berulangulang terjadi. Rakyat pun bosan dan
seharusnya semakin tercerahkan agar tidak mudah terjebak retorika calon
pemimpin. Jangan lagi mau dibuai oleh janji palsu yang tidak masuk akal.
Janji yang sudah kehilangan makna.
Pemimpin
idaman bangsa ini adalah mereka yang menghayati nilai-nilai agama dengan baik
dan jujur, peduli terhadap sesama, berpihak kepada rakyat kecil, cinta damai
dan anti kekerasan. Berhati-hatilah dengan sikap ramah-tamah dan kebaikan
yang ditampilkan para elite saat berkampanye, seperti membantu secara
material atau memberi uang. KWI menyerukan agar saudara-saudari menggunakan
hak untuk memilih.
Tidak
memilih bukan tindakan yang tepat. Tapi hendaknya pilihan kita tidak
dipengaruhi oleh uang atau imbalan-imbalan lainnya. Sikap demikian merupakan
perwujudan ajaran gereja yang menyatakan, ”Hendaknya semua warga negara
menyadari hak dan kewajibannya untuk secara bebas menggunakan hak suara
mereka guna meningkatkan kesejahteraan umum” (Gaudium et Spes 75). ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar