Kamis, 17 Juli 2014

Keruhkan Air, Lalu Mengail

                                     Keruhkan Air, Lalu Mengail

Seno Gumira Ajidarma  ;   Wartawan 
KORAN TEMPO,  16 Juli 2014
                                                


Semua orang lagi asyik makan sahur di warung Mang Diman, ketika Sukab datang-datang membanting pecinya ke atas meja.

"Coba lihat di tivi itu? Apa mungkin?"

"Soal apa, nih?"

"Pilpreslah! Apalagi?!"

"Kenape tuh pilpres?"

"Jelas soal itungan cepet itulah! Gua dari tadi bolak-balikin aja tuh saluran tivi, masak dua stasiun tivi bisa siarannya beda-beda gitu? Barang yang diitung sama, kan? Mana mungkin hasilnya kayak bumi dan langit, stasiun yang kiri pemenangnya pasangan Paijo-Parno, stasiun yang kanan pemenangnya pasangan Paimo-Ngatiyo. Mana mungkin?"

"Kenape enggak mungkin?"

"Ibarat ngitung ayam, taruhlah jumlah ayamnya 1.000, boleh aja kagak sama. Yang satu itungannye ayam item 600, ayam putih 400, lainnya ayam item 650, ayam putih 350, pasti salah satunya salah, tapi itu biasa! Kalau terbolak-balik abis, itu kesalahan yang disengaja!"

Orang-orang tertegun, tapi tetap melanjutkan makan sahurnya.

"Wah, ati-ati lu Kab, salah-salah dituduh memfitnah, lo!"

Mata Sukab masih menyelusuri wajah-wajah di warung Mang Diman. Mereka semua memang sering makan di situ karena Mang Diman selalu berjiwa besar terhadap utang! Tampaknya tidak ada wartawan, dan juga intel.

"Kenapa disebut kesalahan yang disengaja? Karena ini memang siasat, dijalankan kalau-kalau dalam pilpres tidak menang."

"Kenapa begitu Kab?" ujar Hasan sambil mencomot tempe, "Bukannya yang menentukan kalah dan menang itu rakyat?"

Sukab menarik napas panjang.

"Orang itu lain-lain San, ada yang meskipun berjuangnya pol tetap patuh kepada aturan main. Ada yang mengusahakan segala cara untuk menang karena aturan main yang ada cuma bagian saja dari permainan doi."

"Permainan?"

"Yo-i, politik itu permainan! Dalam permainan ini yang dicarinya adalah kemenangan demi kemenangan itu sendiri. Jadi, aturan permainan yang berlaku hanyalah tahap pertama dalam permainannya, menang syukur, kalah tetap berjuang untuk menang. Langkah-langkahnya: (1) mengaburkan dulu hasil kemenangan dengan hitung cepat tandingan, yang diharapkan didukung seluruh pemilih setia ataupun yang berkepentingan; (2) hasil langkah pertama: kekeruhan, sebisa mungkin dikeruhkan lagi dengan daya dorong media massa. Meski KPI sudah melarang siaran, tetap bisa jadi modal menyambut hasil resmi dengan (3) ilmu ngeyel, yakni menolak hasil resmi, yang dengan dukungan para pemilihnya berpotensi dikembangkan ke segala arah, syukur-syukur menciptakan keadaan darurat yang membuat hasil pilpres tidak berlaku."

Semua orang ternganga.

"Omong-omong, ini nyang mane Kab?"

"Apenye?"

"Nyang mau menang sendiri itu?"

Sukab tersenyum sok tau.

"Ada, deh!" * ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar